"Begitu pula dengan kau kawan, jika tak sengaja tertarik melirik postingan ini, yakinlah itu bukan suatu ketidaksengajaan, tapi saat ini Allah menggerakkan hatimu, kau memilihnya, lalu..."
Tentang pencarian hidayah.
Bapak :Nanti kalau Bapak sudah siap.
Desti :Kapan bapak bisa siap kalau nggak dicoba?
Bapak :Iya, Bapak tahu.
Desti :Kalau sudah tahu kenapa tidak dilaksanain?
Bapak terdiam sejenak. Mengambil nafas agak dalam. Mungkin sedikit kaget aku menanyakan hal itu lagi. Beliau lalu mengalihkan pembicaraan.
Bapak :Kamu sudah sholat dhuhur?
Desti :waha iya belom! (*tengsin sendiri
Setelah selesai sholat. Tiba-tiba bapak mulai angkat bicara.
Bapak :Bapak tidak ingin, sholat hanya sebagai sebuah ritual.
Desti :ya enggaklah Pak, ini kan bagian dari ibadah, kewajiban orang islam.
Bapak :Kamu lihat, berapa banyak orang yang sholat, tapi perilaku kesehariannya tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang islam. Dia sholat tetapi tetap saja menipu. Koruptor, apa mereka nggak sholat? Mereka itu sholat, pakai peci rapi. Jadi, sholat itu cuma ritual kan?
Desti :(aku terdiam, baru kali ini bapak berkata seperti itu)
Bapak :Dulu bapak sholat. Bapak juga rajin ke masjid. Bapak dulu ikut membangun masjid yang di deket rumah simbah itu. Istilahnya takmir apa pa itu. Setelah masjid itu berdiri. Bapak mendengar kabar ketua takmir masjid menghamili anak gadis satu desa, diluar nikah. Buat apa itu sholatnya? Buat apa susah payah bikin masjid kalau kelakuannya masih begitu?
Desti :(aku benar-benar tidak bicara, hanya menatap bapak lebih dalam)
Bapak :Itu yang bikin bapak masih tidak sholat Nak. Belum lagi teman sekantor Bapak. Dia, jenggotan, celananya cingkrang, udah kayak dakocan dandanannya. Iya, memang dia paling alim, rajin sholat. Dia tahu bapak tidak pernah sholat. Suatu hari bapak ditegur, yang pada akhirnya dia ngatain bapak ini seperti babi, karena tidak sholat. Masak seperti itu perkataan orang yang rajin sholat. Bapak aja yang tidak pernah sholat tidak pernah mengatakan hal semacam itu pada orang lain.
Desti :mungkin maksudnya bukan begitu Pak?
Bapak :tapi apa ya nggak ada kata-kata lain? bapak jadi semakin ragu, sholat nggak sholat kok nggak ada bedanya, lebih parah lagi. Itu juga di TV, ibu-ibu pakai jilbab tapi anaknya disuruh jadi artis pake baju kembenan gitu.
Desti :hehe,, iya ya Pak. Tapi, semua orang kan punya dosa, walau begitu mereka
masih dapat pahala melaksanakan sholat. Lha bapak?Bapak :ya doakan saja ya nak, biar bapak bisa sholat.
Desti :doa sih iya, tapi klo bapak nggak usaha ya sama aja bo'ong.
Bapak :iya-iya, bapak akan usaha. sudah beli makan siang dulu sana. bapak laper.
ibu lagi pergi sama adek.
Aku sedikit tenang mendengar pernyataan bapak. Hanya saja, Aku jadi berfikir lebih dalam, tentang arti ibadahku. Sudahkah benar? Bukankah seharusnya sholat mencegah perbuatan munkar. Tapi segala alasan yang dilontarkan bapak tadi tidak bisa menjadi sebuah pembenaran bagi tidak sholatnya beliau selama ini.
<key : hidayah> Q.S. An-Nahl : 104
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Quran),
Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.
Sejak kecil aku tak pernah melihat beliau sholat. Aku pun baru mengenal sholat sebagai hal yang wajib di usia 14 tahun. Sampai percakapan di atas berarti sudah hampir 20 tahun bapak tidak lagi sholat. Sebelumnya aku sudah sering berdiskusi bahkan berdebat tentang sholat dengan beliau, tak terhitung, awalnya bapak tidak pernah merespon, lama-lama beliau menanggapi dengan kata "ya". Bahkan, anehnya, cukup seringbapak mengingatkan aku untuk sholat. Kadang aku tidak sabar. Kadang sedikit tinggi nada bicaraku (*maaf). Aku berkeluh kesah dan juga resah, apakah beliau mendengarkan aku? Pernah kubelikan beliau baju koko dan sarung. Berharap itu sebuah tanda nyata bahwa aku menginginkan beliau menjadi imam, berdiri di depanku saat aku sholat. Tapi, hati lelaki memang keras, tidak selembut ibu. Saat aku mengajak ibu untuk sholat, beliau tidak segan untuk berubah, walaupun awalnya hanya untuk membahagiakan aku, tetaplah hidayah pun menyapa ibu lebih awal.
<key1 : hidayah> Q.S An-Nahl : 82
Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban
yang dibebankan atasmu (Muhammad)
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
Sudah kukatakan aku tidak cukup sabar. Aku sempat putus asa tahap satu. Berhenti menegur bapak supaya mau sholat. Namun, hati wanita memang lembut. Seperti hatiku (*jiyaah ujub!), dalam diam tetap kupanjatkan doa untuk beliau. Kata ibu, doa seorang anak pasti terkabul.
Perasaan resahku semakin menjadi-jadi. Karena ilmuku belum dalam. Saat terbesit keraguan akan Allah, entah kenapa justeru semakin dalam aku mencari-cari mengapa Allah melakukan ini. Apakah Allah sudah mentakdirkan aku akan terseret ke neraka juga karena bapakku tidak sholat? Ya Allah, sudah bolehkah aku berlepas tanggung jawab, aku sudah lelah mengingatkan.
<key2 : hidayah> Q.S Al-Israa:15
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat
bagi (kerugian) dirinya sendiri.
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,
dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
Dasar remaja. Sok bersikap dewasa. Sok bijaksana menasihati bapaknya untuk sholat. Disaat tak kunjung dikabulkan kau seperti anak kecil. Marah dan putus asa. Jika kau tahu duhai remaja, koreksi dulu niat hatimu. Mengapa kau ingin bapakmu sholat? Karena engkau mencintainya? atau kau ingin berlepas tanggung jawab dari 'amar ma'ruf nahi munkar'?
<key3 : hidayah> Q.S Az-Zukhruf : 27
tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku."
Aku baru sadar bahwa hidayah Allah bertingkat-tingkat. Aku seperti mendapat hidayah baru. Tentang arti ke"tulus"an. Ternyata, ketika kita menyeru keluar untuk berbuat baik, sesungguhnya seruan itu kembali berlari kedalam, mempertajam ilmu menguatkan iman. Bahwa Rasulullah menyeru umatanya karena rasa cinta yang begitu dalam, bukan semata-mata karena kewajiban beliau sebagai seorang Rasul. Sampai sakaratul maut pun, Rasulullah saw menyebut "ummati ummati ummati" kalau bukan karena cinta, alasan apalagi? Bukankah di akhirat nanti kita akan bersama orang yang kita cintai? Ya. Mungkin perlu kubeningkan hati dengan cinta baru kemudian berbincang lagi dengan bapak.
Dua pekan setelah operasi aku tidak bisa berbicara dengan bapak. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya karena saat itu aku pun tidak bisa menemui beliau karena ujian. Lebih lagi ibu melarangku bolos, ibu berusaha menenangkanku dengan berita tentang bapak yang masih baik-baik saja. Mungkin kalau masih satu kota akan lebih mudah.
<key4 : hidayah> Q.S Al-anbiya : 51
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran
sebelum (Musa dan Harun),
dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.
Seminggu kemudian, sebelum pulang ke kampung halaman bapak dan ibu menyempatkan diri menjengukku di kota pelajar. Aku tidak mampu membendung air mataku melihat bapak dipapah oleh ibu saat berjalan. Bapak yang selama ini melindungiku dengan jiwa dan raga yang begitu kuat. Saat ini berjalan dituntun perlahan. Ibu bilang selama di RS beliau harus memakai kursi roda. Air mataku semakin deras ketika kulihat jahitan yang masih merah di dadanya. Juga jahitan membujur panjang dibetisnya. Beliau bilang pembuluh betisnya harus diambil sebagai pengganti pembuluh darah ke jantung. Ku dengar nafasnya berbunyi, jika bersin selain mengatakan alhamdulillah beliau juga beristighfar karena sakit sekali rasanya di dada. Beliau berbicara seperti anak TK yang baru belajar membaca, mendengarkan beliau sangat menyayat hati. Saat mau tidur kami harus menahannya, dan meletakkan kepalanya di atas bantal, seperti ibu yang akan menidurkan anak bayinya di tempat tidur. Semalaman beliau tidak bisa tidur karena harus membuang lendir yang menggumpal di mulut setiap satu jam, katanya akibat operasi. Bolehlah kau bayangkan. Makanan untuk beliau hanyalah bubur dan sayur yang bagiku samasekali hambar. Aku haru, kupeluk beliau tapi tak bisa erat dan lama, karena itu hanya akan menambah sakit fisiknya. Sudah sebulan bapak tidak boleh mandi, bahkan untuk buang air harus dituntun oleh ibu. Kami selalu waspada ketika beliau batuk, sebuah alat bantu pernafasan (*tidak tahu apa namany?) harus segera dipasang dimulut bapak untuk menstabilkan nafasnya lagi.
<key5 : hidayah> Q.S Al-Fatihah : 6
Tunjukilah kami jalan yang lurus.Dulu aku berdoa agar Allah menyegerakan pemberian hidayah untuk bapak. Aku terus beroda agar Allah lebih cepat memberikan petunjukNya untuk bapak. Aku tidak behenti menyebut bapak dalam doa di malam tahajudku agar beliau segera sholat. Allah tak kunjung mengabulkan doaku. Bahkan doa yang sama pun dilantunkan ibuku, adikku, dan simbah putriku.
Orang beriman tidak akan pernah putus asa dari rahmat Allah.
Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengka-bulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim)
Lalu aku tidak lagi meminta Allah memberikan hidayah pada bapak. Aku hanya memasrahkan bapak pada Allah. Ba'da tahlil dan shalawat "Ya Allah hamba lemah selemah-lemah makhluk, Ya Allah hamba rela dengan keputusanMu, akan bapak, Engkau sebaik baik Pemberi Keputusan"
Hingga akhirnya aku tahu hidayah tersampaikan, cepat atau lambat, dengan susah atau senang, dengan cara apa pun Allah yang menentukan.
<key6 : hidayah> Q.S Yunus : 25
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga),
dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus (Islam).
dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus (Islam).
<key 7 terakhir : hidayah> Q.S Al-Hajj : 37
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu
supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu
supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Atas peristiwa bersejarah itu. Aku belajar banyak hal tentang takdir, tentang janji, dan tentang ikhlas.
Mungkin, spekulasiku :
1. Allah pasti sudah menuliskan dalam lauh mahfuz, bahwa bapak akan menerima hidayah sholatnya di bulan Ramadhan, tahun sekian, jam sekian.
2. Bisa jadi, tanpa perlu seruan dariku, Allah tetap akan memberikan hidayah itu pada bapak tepat waktu, melalui hal atau orang lain.
3. Bahwa hidayah yang didapatkan bapak, belum tentu karena nasihat atau obrolanku dengan beliau, atau hadiah yang aku berikan untuk beliau, atau bahkan doa yang aku panjatkan untuk beliau.
4. Allah mengajariku untuk tidak beranggapan bahwa aku mampu membuat orang lain mendapat hidayah. Allah memberiku kesempatan untuk beramal, berikhtiar, dan bertawakal. Allah Memberiku kesempatan untuk lebih dekat denganNya lewat tahajud, munajat dan doa.
5. Banyak pilihan untuk putus asa, tetapi Allah selalu menarikku agar tetap yakin dengan ilmuNya, janjiNya. Ia mengambil sedikit kenikmatan duniawi, sungguh Ia akan menukar kenikmatan itu dengan kenikmatan akhirat yang tidak bisa kita beli dengan apa pun, kecuali ikhlas.
Begitu pula dengan kau kawan, jika tak sengaja tertarik melirik postingan ini, yakinlah itu bukan suatu ketidaksengajaan, tapi saat ini Allah menggerakkan hatimu, kau memilihnya, lalu tanganmu bergerak dan "klik". Semoga ada hikmah yang kau ambil sebelum kau tinggalkan halaman ini.
Allahu'alam
_______________
- sesungguhnya tafsir ayat-ayat di atas benar adanya diambil dari Alquran, namun jika ternyata pada kaidah2, penempatan, dan asbabun nuzulny tidak sesuai harap maklum. semoga bermanfaat.
- selamat menjalankan I'tikaf di 10 hari terakhir bagi yang menjalankan, semoga mendapat Lailatul Qadar.