Saya mau teman-teman yang terjeblos di postingan ini mengikuti petunjuk berikut. Jangan banyak tanya, jangan dibuat-buat. Ikuti saja. Sampai menemukan tulisan : sudah selesai. Barulah boleh menyimak alasannya.
Oya, kalau teman-teman lagi di kantor atau di tempat umum. Pastikan semua orang merasa aman. Tapi kalau anda memiliki rasa percaya yang tinggi. Okelah, tidak masalah.
Ngapain sih Des?!
Gini :
Bunyikan kalimat berikut, boleh semua, atau salah satu dengan berbagai versi :
"keren banget ya!" atau "subhanallah" atau "tulisan inspiratif" atau "foto nya bagus" atau "aku juga suka lagu ini" atau "kok kita sama ya, suka film ini"
versi 1 : lemah lembut, mendayu dayu
versi 2 : cepat dan datar tanpa nada
versi 3 : berteriak lantang
versi 4 : ekspresi senyum
versi 5 : ekspresi datar
"terimakasih banyak!" atau "terimakasih komentarnya ya kak/dek/om/mbak/mas/pak/bu"
atau "thank's banget!" atau "jazakallah/jazakillah/jazakumullah"
versi 1 : lemah lembut, mendayu-dayu
versi 2 : cepat dan datar tanpa nada
versi 3 : penuh semangat
versi 4 : biasa saja
versi 5 : wajah sumringah
versi 6 : wajah datar biasa aja
"aaarrrrghhhhhh!" atau "ah!" atau "idih" atau "ooh gitu"
versi 1 : datar dan panjang
versi 2 : teriak dan panjang
versi 3 : mendayu dayu manja
versi 4 : sambil mengerutkan dahi
versi 5 : sambil sebel sekali
versi 6 : biasa saja
"hihihihi.." atau "hahahaha.." atau "hehehehe..."
versi 1 : pelan
versi 2 : kenceng
versi 3 : suara rendah kayak laki2
versi 4 : suara tinggi kayak perempuan
versi 5 : wajah senang
versi 6 : wajah sedih
sudah selesai.
bagaimana perasaan teman-teman setelah mencoba?
sebenernya masih banyak lagi. tapi sebaiknya jangan banyak-banyak nanti jadi ketagihan.
Terus Des?!
Tulisan ini terinspirasi dari note : friewan.mp.com lalu saya buka-buka lagi catetan Psikologi Sosial bab Internet.
Salah satu kelemahan menjalin komunikasi di dunia maya adalah tidak terlihatnya reaksi non verbal dari teman maya kita. Sebagaimana MP kita ini. Aktifitas yang berlalu lalang disana hanyalah : huruf, kata, kalimat, cerita gambar, video, audio, emotikon, dan sedikit bumbu alay2. Tidak ada layanan chatting via webcam atau audio. Artinya segala yang muncul di sana akan dipersepsi berbeda-beda oleh setiap orang yang melihat dan mendengarnya.
Eksperimen di atas adalah salah satu bentuk persepsi. Kalimat yang digunakan hanya sebagian kecil dari bentuk komentar teman-teman. Sebuah kata terimakasih jika diucapkan mendayu-dayu dan itu didengar oleh lawan jenis, boleh jadi akan tersanjung. Tapi kalau diucapkan datar saja, ya biasa saja, malah mungkin tersinggung : "nih orang niat nggak sih bilang makasih?!" Kalimat jazakallah/jazakillah/jazakumullah yang mengandung doa yang mulia juga menjadi horor ketika diucapkan mendayu-dayu. Oya, mendayu-dayu tidak hanya ada pada perempuan, laki-laki juga bisa. Kita juga tidak tahu bagaimana komentator postingan kita berkspresi. Bisa jadi dia bilang "keren banget" tapi wajahnya sedih.
Tidak jarang kita menggunakan emoticon sebagai pelengkap kometar-komentar kita. Harapannya supaya bisa ditafsirkan dengan benar, minimal mengubah persepsi pembaca. Lagi-lagi masalahnya sang penafsir tidak selamanya netral. Kalau dikasih kedipan mata artinya apa ya.
Lebih lagi, jika kita belum mengenal siapa sang empunya MP, jangan buru-buru mendjuge. Karena bisa jadi apa yang tampak di blog bertolak belakang dengan kepribadian si empunya. Bukti penelitian, yang insyAllah akurat, bisa dibaca di attachment bawah.
Lhah terus gimana?
No problemo. Wajar saja. Tidak lebih tidak kurang. Kita flashback kembali bahwa begitulah hukum dunia maya. Tidak bisa tertolak karena fitrahnya dunia maya itu bebas. Ini bisa diartikan pula kebebebasan ekspresi di dunia maya akan ditanggapi dengan kebebasan persepsi. Bukan berarti saya menjunjung kebebasan yang tidak beradab. Selama tidak melanggar SARA, insyaAllah aman.
Hubungannya sama gombal?
Versi lengkapnya adalah rayuan gombal.
Rayuan adalah ajakan atau bujukan dengan kata-kata yang lemah lembut menyenangkan yang mampu menggerakkan diri kita dengan senang hati melakukan segala sesuatu yang semula kita enggan melaksanakannya.
Gombal (bhs Jawa) artinya semua bahan yang terbuat dari kain, biasanya kain dan celana, yang sudah lusuh, robek, jelek serta sama sekali berbeda dari wujud dan kegunaan aslinya.
Jadi arti kata ‘Rayuan Gombal’ adalah ajakan atau bujukan dengan kata-kata yang lemah lembut menyenangkan disertai pujian-pujian, yang seringkali terdengar norak dan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataanya, yang membuai perasaan kita serta mampu membuat kita dengan suka hati menerima dan melakukan segala sesuatu yang sebelumnya tidak kita sukai sama sekali.
(definisi ini saya dapatkan dari sebuah artikel, dimungkinkan ada definisi yang lebih akurat)
Ternyata gombal itu bohong. Dosa dong . Sesuai definisi di atas maka silakan persepsikan masing - masing setiap komentar di postingan kita. Komentar kah atau gombal kah? Perlu ditanggapi kah atau dibiarkan saja kah? Ohiya, umumnya gombalisasi terjadi pada para bujang terhadap bujangwati atau sebaliknya. Pula terjadi pada postingan/blog yang memicu terjadinya penggombalan. Kalau ada yang bilang, nggombal itu wajar sekali-sekali dilakukan, kalau nggak nggombal kurang sedep gaulnya. Nah, kalau sedepnya bikin ketagihan ya tanggung sendiri lho. Antisipasi jika gombal berlanjut sampai dunia nyata.
Sebagai manusia yang multipersepsi ini maka baiknya selalu mensucikan hati dengan mengingat Allah. Supaya tidak terjebak pada arus gombalisasi dunia maya. Pastikan tetap pada jalur niat, u/ silaturahim ya monggo, belajar menulis ya silakan, mencari ilmu oke, buat promosi juga boleh. Kejujuran menjadi kunci penting di sini.
Allahu'alam.
______________
*Sebagai Desti, saya mempersepsikan setiap komentar di MP ini adalah bentuk apresiasi dari teman-teman MP'ers. Semoga tidak lebih tidak kurang. Menafsirkan puisi saja saya agak sulit apalagi komentar gombal. Jadi, semua komentar saya terima insyaAllah dengan usaha dinetralkan saja. Jika terjadi ketidaknetralan pada persepsi komentator maka "maaf" saya sama sekali tidak bermaksud. Mungkin, terdapat kekeliruan pada tulisan ini, mohon kritik dan sarannya (*tulisan masih acakadut). Ada yang tersindir? itu persepsi siapa ya. hehe
Oya, kalau teman-teman lagi di kantor atau di tempat umum. Pastikan semua orang merasa aman. Tapi kalau anda memiliki rasa percaya yang tinggi. Okelah, tidak masalah.
Ngapain sih Des?!
Gini :
Bunyikan kalimat berikut, boleh semua, atau salah satu dengan berbagai versi :
"keren banget ya!" atau "subhanallah" atau "tulisan inspiratif" atau "foto nya bagus" atau "aku juga suka lagu ini" atau "kok kita sama ya, suka film ini"
versi 1 : lemah lembut, mendayu dayu
versi 2 : cepat dan datar tanpa nada
versi 3 : berteriak lantang
versi 4 : ekspresi senyum
versi 5 : ekspresi datar
"terimakasih banyak!" atau "terimakasih komentarnya ya kak/dek/om/mbak/mas/pak/bu"
atau "thank's banget!" atau "jazakallah/jazakillah/jazakumullah"
versi 1 : lemah lembut, mendayu-dayu
versi 2 : cepat dan datar tanpa nada
versi 3 : penuh semangat
versi 4 : biasa saja
versi 5 : wajah sumringah
versi 6 : wajah datar biasa aja
"aaarrrrghhhhhh!" atau "ah!" atau "idih" atau "ooh gitu"
versi 1 : datar dan panjang
versi 2 : teriak dan panjang
versi 3 : mendayu dayu manja
versi 4 : sambil mengerutkan dahi
versi 5 : sambil sebel sekali
versi 6 : biasa saja
"hihihihi.." atau "hahahaha.." atau "hehehehe..."
versi 1 : pelan
versi 2 : kenceng
versi 3 : suara rendah kayak laki2
versi 4 : suara tinggi kayak perempuan
versi 5 : wajah senang
versi 6 : wajah sedih
sudah selesai.
bagaimana perasaan teman-teman setelah mencoba?
sebenernya masih banyak lagi. tapi sebaiknya jangan banyak-banyak nanti jadi ketagihan.
Terus Des?!
Tulisan ini terinspirasi dari note : friewan.mp.com lalu saya buka-buka lagi catetan Psikologi Sosial bab Internet.
Salah satu kelemahan menjalin komunikasi di dunia maya adalah tidak terlihatnya reaksi non verbal dari teman maya kita. Sebagaimana MP kita ini. Aktifitas yang berlalu lalang disana hanyalah : huruf, kata, kalimat, cerita gambar, video, audio, emotikon, dan sedikit bumbu alay2. Tidak ada layanan chatting via webcam atau audio. Artinya segala yang muncul di sana akan dipersepsi berbeda-beda oleh setiap orang yang melihat dan mendengarnya.
Eksperimen di atas adalah salah satu bentuk persepsi. Kalimat yang digunakan hanya sebagian kecil dari bentuk komentar teman-teman. Sebuah kata terimakasih jika diucapkan mendayu-dayu dan itu didengar oleh lawan jenis, boleh jadi akan tersanjung. Tapi kalau diucapkan datar saja, ya biasa saja, malah mungkin tersinggung : "nih orang niat nggak sih bilang makasih?!" Kalimat jazakallah/jazakillah/jazakumullah yang mengandung doa yang mulia juga menjadi horor ketika diucapkan mendayu-dayu. Oya, mendayu-dayu tidak hanya ada pada perempuan, laki-laki juga bisa. Kita juga tidak tahu bagaimana komentator postingan kita berkspresi. Bisa jadi dia bilang "keren banget" tapi wajahnya sedih.
Tidak jarang kita menggunakan emoticon sebagai pelengkap kometar-komentar kita. Harapannya supaya bisa ditafsirkan dengan benar, minimal mengubah persepsi pembaca. Lagi-lagi masalahnya sang penafsir tidak selamanya netral. Kalau dikasih kedipan mata artinya apa ya.
Lebih lagi, jika kita belum mengenal siapa sang empunya MP, jangan buru-buru mendjuge. Karena bisa jadi apa yang tampak di blog bertolak belakang dengan kepribadian si empunya. Bukti penelitian, yang insyAllah akurat, bisa dibaca di attachment bawah.
Lhah terus gimana?
No problemo. Wajar saja. Tidak lebih tidak kurang. Kita flashback kembali bahwa begitulah hukum dunia maya. Tidak bisa tertolak karena fitrahnya dunia maya itu bebas. Ini bisa diartikan pula kebebebasan ekspresi di dunia maya akan ditanggapi dengan kebebasan persepsi. Bukan berarti saya menjunjung kebebasan yang tidak beradab. Selama tidak melanggar SARA, insyaAllah aman.
Hubungannya sama gombal?
Versi lengkapnya adalah rayuan gombal.
Rayuan adalah ajakan atau bujukan dengan kata-kata yang lemah lembut menyenangkan yang mampu menggerakkan diri kita dengan senang hati melakukan segala sesuatu yang semula kita enggan melaksanakannya.
Gombal (bhs Jawa) artinya semua bahan yang terbuat dari kain, biasanya kain dan celana, yang sudah lusuh, robek, jelek serta sama sekali berbeda dari wujud dan kegunaan aslinya.
Jadi arti kata ‘Rayuan Gombal’ adalah ajakan atau bujukan dengan kata-kata yang lemah lembut menyenangkan disertai pujian-pujian, yang seringkali terdengar norak dan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataanya, yang membuai perasaan kita serta mampu membuat kita dengan suka hati menerima dan melakukan segala sesuatu yang sebelumnya tidak kita sukai sama sekali.
(definisi ini saya dapatkan dari sebuah artikel, dimungkinkan ada definisi yang lebih akurat)
Ternyata gombal itu bohong. Dosa dong . Sesuai definisi di atas maka silakan persepsikan masing - masing setiap komentar di postingan kita. Komentar kah atau gombal kah? Perlu ditanggapi kah atau dibiarkan saja kah? Ohiya, umumnya gombalisasi terjadi pada para bujang terhadap bujangwati atau sebaliknya. Pula terjadi pada postingan/blog yang memicu terjadinya penggombalan. Kalau ada yang bilang, nggombal itu wajar sekali-sekali dilakukan, kalau nggak nggombal kurang sedep gaulnya. Nah, kalau sedepnya bikin ketagihan ya tanggung sendiri lho. Antisipasi jika gombal berlanjut sampai dunia nyata.
Sebagai manusia yang multipersepsi ini maka baiknya selalu mensucikan hati dengan mengingat Allah. Supaya tidak terjebak pada arus gombalisasi dunia maya. Pastikan tetap pada jalur niat, u/ silaturahim ya monggo, belajar menulis ya silakan, mencari ilmu oke, buat promosi juga boleh. Kejujuran menjadi kunci penting di sini.
Allahu'alam.
______________
*Sebagai Desti, saya mempersepsikan setiap komentar di MP ini adalah bentuk apresiasi dari teman-teman MP'ers. Semoga tidak lebih tidak kurang. Menafsirkan puisi saja saya agak sulit apalagi komentar gombal. Jadi, semua komentar saya terima insyaAllah dengan usaha dinetralkan saja. Jika terjadi ketidaknetralan pada persepsi komentator maka "maaf" saya sama sekali tidak bermaksud. Mungkin, terdapat kekeliruan pada tulisan ini, mohon kritik dan sarannya (*tulisan masih acakadut). Ada yang tersindir? itu persepsi siapa ya. hehe
Attachment: Jurnal Psikologi.pdf