HALAMANKU

Jumat, 28 September 2012

Pasar Burung - Jakarta

Travelling in Jakarta, with my father. He is looking for his hobby, collecting birds. 
I am taking some picture of them. So beautiful birds. 








Terima Kasih


Aku tidak pernah mendengar ibuku mengucapkan terimakasih padaku pada moment-moment itu...


Saat aku dalam kandungannya
Ia memberiku makan, menjaga dari goncangan yang berbahaya
Ia pasti repot dan berat sekali membawaku kemana-mana
Hingga tiba waktunya aku keluar, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah keluar dari perut ibu"



Saat setiap malam aku menangis entah kelaparan atau ngompol
Ia yang baru saja lelap harus bangun lagi menggendongku, memberiku asi, mengganti popokku
Hingga aku berhenti menangis dan tidur lagi dengan tenang tanpa dosa, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah tidak rewel"



Saat aku belum bisa berjalan
Ia menuntunku, punggungnya pasti pegal mengikutiku
Ia pasti sangat khawatir saat aku jatuh kejedot dan menangis
Hingga tiba saatnya aku bisa berjalan tegak, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah bisa jalan dan lari sendiri"



Saat aku belum bisa berbicara
Ia mengajariku, pelan, dan sabar
Ia berusaha mengartikan bahasa robotku "mamimumemo"
Hingga tiba saatnya aku bisa berpidato di depan banyak orang, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah bisa bicara sendiri"



Bu, kapan engkau akan mengucapkan terimakasih padaku?

Saat aku sekolahAku kadang bosan, tidak belajar, hingga nilaiku jelek
Ia memang memarahiku, memintaku untuk belajar lebih giat
Baiklah aku turuti
Hingga tiba saatnya aku mendapat juara kelas, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak nilaimu bagus-bagus"



Saat aku belum bisa mengaji
Begitu pula dengan ibuku, ia bingung bagaimana harus mengajariku
Ia mendaftarkanku TPA, mengantarku belajar Alquran, saat bosan ia memintaku untuk tetap hadir
Baiklah aku turutiHingga tiba saatnya aku menang lomba tilawatil quran di masjiid, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah pandai membaca Alquran"



Saat aku kuliah
Kadang aku merasa tidak ingin diatur,  merasa mandiri, dan ingin diakui
Ia masih seperti dulu, mengarahkanku, menasihatiku, mendorongku
Baiklah aku turuti
Hingga tiba saatnya aku lulus, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah jadi sarjana"

Saat aku jadi pengangguran
Aku masih minta minta uangnya, ia memintaku mencari penghasilan sendiri.
Setiap ada lowongan pekerjaan ia menunjukkan padaku, memberiku uang untuk mencoba apply
Ya, aku akan bekerja
Hingga tiba saatnya aku gajian, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah tidak minta uang ibu lagi"

Saat aku belum laku
Ibu cemas aku tidak berjodoh, atau jangan jangan sakit jiwa
Ia berusaha menggodaku, kadang menyindir ingin punya cucu
Ya, aku menikah
Hingga tiba saatnya aku berumah tangga sendiri, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah tidak menjadi beban ibu lagi"

Bu, aku sudah menuruti semua keinginanmu, aku masih menunggu kau mengucapkan terima kasih padaku.

Saat ibu sakit
Aku.................
Melihatnya lumpuh tertidur di atas kasur
Ia mulai tidak bisa bicara, berjalan, dan melakukan aktifitas sendiri
Aku yang menuntunnya, menyuapinya, mendengarkan rintihan yang aku tidak mengerti, membacakan Alquran untukknya
Hingga suatu hari aku menggendongnya, ia berbisik lirih
"terimakasih ya nak sudah merawat ibu"

Akhirnya ibu berterima kasih padaku.

Bukan senang yang kurasakan.
Hatiku hancur.
Akulah bu yang seharusnya daridulu berterima kasih padamu.
Dulu aku lumpuh, bisu, dan bodoh, kalau bukan karena sabarmu, siapalagi yang mendampingiku.
Bahkan, tidak ada sepeserpun dari apa-apa yang kulakukan berhak disebut sebagai balas jasamu.

Seketika itu rasanya aku ingin berbalik ke dalam rahimnya lagi, mengulangi setiap fase hidupku.
ibu...Terima kasih telah melahirkanku.
Terima kasih telah menggendongku.
Terima kasih telah mengajariku.
Terima kasih telah menasehatiku.
Terimakasih untuk peluh, tangis, dan darahmu untukku

Bibirku berat, tidak pernah ada kata-kata seberat terima kasih selain "terima kasih" yang harus kuucapkan pada ibu.

ya Allah, bagaimana engkau telah menyayangiku dengan memberikan ibuku untukku hingga saat ini.

#muhasabahku

Rabu, 26 September 2012

MP #11 Musuh Berselimut Kaca part 3


Apr 8, '12 11:35 PM

Kita tinggalkan Abrahah dan 'Abdul Muthalib. Kita kini belajar bahwa dalam hiruk pikuk di Yaman dan Hijjaz, konflik agama menjadi latar belakang semua jenis pergolakan politik, ekonomi, maupun militer. Bukan sebaliknya. Dzu Nuwas menghancurkan orang Nasrani Najran atas nama Yahudi. Kaisar Romawi dan Raja Habasyah juga bertindak atas nama agama Nasrani, Abrahah menghancurkan Yahudii, dan juga menyerang Ka'bah semua itu atas nama agama Nasrani.

Mungkin kita bisa menelisik, apakah pembesar yang terlibat dalam pergolakan ini; Dzu Nuwas, Heraklius, Negus, dan Abrahah adalah pemeluk agama yang baik, yang bertabur keshalihan dalam setiap tindakannya. Dan jawabannya bisa jadi adalah bukan. Baik. Jadi bisa kita katakan bahwa agama bukanlah sumber konflik.

Tetpi semua pertimbangan politis Dzu NUwas, Heraklius, Negus, maupun Abrahah tidak bisa dilepaskan dari agama mereka. Atau minimal pemeluk agama mereka. Bayangkan misalnya, sulitnya kedudukan Heraklius di hadapan para Patriark dan Uskup-uskupnya jika ia tak turun tangan membela orang-orang NAsrani yang tertindas. Kemenangan Abrahah juga terasa hampa karena ia tak berhasil menjayakan agama Nasrani yang murni di Yaman. Sekali lagi, yang terjadi adalah konflik agama, itu juga benar.

Mari kita ingat dua hal yang saling menyisi ini; agama bukanlah sumber konflik dan konflik agama selalu terjadi. 
George Bush, relijiuskah dia? Itu bisa dipertanyakan. Motif politik dan ekonominya beraroma kuat. Tetapi disebaliknya, dan disebalik semua presiden Amerika -Kaisar Romawi zaman ini- bekerja tangan-tangan yang sangat relijius, yang dengan sejuta jari telunjuk mencoba mengarahkan kita, "Tinggalkan agama kalian, karena hanya dengan begitu agama kami yang akan berjaya di bumi!"

Maka, kita sulit percaya bahwa krisis yang melanda negeri kita sejak 1997 itu semata-mata peristiwa ekonomi. Tidak! ini dilatarbelakangi oleh peristiwa agama. Bahwa kebangkitan Islam di Asia Tenggara sudah mulai mengancam. Coba tengok sorotan media terhadap kawasan ini. Asia Week pernah memuat sebuah ulasan, "The Face of Islam in Asia". Gambar covernya; seorang wanita berjilbab mengendarai skuter matik dengan latar belakang pabrik dan pencakar langit. Artinya, di kawasan ini orang bisa memadukan keberagaman, pertumbuhan ekonomi, dan teknologi sekaligus. Itulah yang mengancam!

Maka kita, lebih-lebih lagi, sulit percaya bahwa krisis Timur Tengah hanya masalah minyak atau kepengecutan Raja dan Amir! 


*finish 
Lebih lengkap di Jalan Cinta Para Pejuang




MP #10 Musuh Berselimut Kaca 2



Apr 8, '12 11:10 PM

Berangkatlah pasukan besar itu, dengan hingar bingar sepanjang halan. Gajah-gajah yang belalainya dipersenjatai gelang-gelang berduri runcing menjadi barisan depan menakutkan. Dzu Nafar yang terkenal ketangguhannya hancur berantakan. Kuda-kuda gesitnya kaget melihat gajah-gajah menyeramkan Abrahah, lalu menjadi sasaran hantaman belalai-belalai bergelang mematikan itu. Mereka gagal. Kalah. Takluk. Al Khats'ami yang tertawan bahkan dipaksa menjadi penunjuk jalan ke Makkah.

Di padang gembalaan Al Mughammas, antara Thaif dan Makkah pasukan Abrhah merampas ribuan hewan ternak. Termasuk di antaranya adalah 200 ekor unta milik 'Abdul Muthalib, pemimpin Makkah, datuk Rasulullah saw. Mencoba menjajaki kekuatan lawan, Abrahah mengirim utusan kepada pemimpin Makkah itu, mengajaknya berunding; bahwa dia hanya ingin menghancurkan Ka'bah, bukan yang lain.

'Abdul Muthalib datang dengan pesona seorang keturunan Isma'il; tampan, ranggi, anggun, dan santun. Abrahah kagum dan bersimpati padanya. Dia bahkan turun dari singgasana besar di kemahnya lalu duduk bersama di atas permadani dengan 'Abdul Muthalib.

"Aku datang dengan pasukan yang telah menaklukan Yaman, yang jaya tak terkalahkan, hanya untuk menghancurkan Ka'bah. Tak ada maksud lain. Jika engkau dan pengikutmu tak menghalanginya, aku jamin bagimu keselamatanmu dan semua kaummu!"

"Silakan saja. Tapi sebelumnya, tolong kembalikan 200 ekor unta saya yang telah kau rampas!"

"Apa?! Demi Al Masih dan ibunya yang suci! Aku tak percaya orang sepertimu yang kuhormati begitu kulihat tadi, ternyata memuakkan! Menjijikkan!" Abrahah bangkit sambil melemparkan pandangan menghina pada 'Abdul Muthalib. "Demi salib agung! Gila! Bagaimana mungkin kau tak peduli ketika lambang suci agamamu hendak kuhancurkan?!"

'Abdul Muthalib tersenyum. "Ka'bah punya pemilik", ujarnya, "Dan aku hanyalah pemilik 200 ekor unta."


MP # 9 Musuh Berselimut Kaca part 1


Random from my wise blog

Apr 6, '12 10:30 PM

Kita mencoba-coba mengatakan Tidak! Agama bukanlah sumber konflik. Orang yang menghayati agamanya dengan benar, akan mencintai perdamian, cinta kasih dan kemanusiaan. Semua agama mengajarkan itu." Sepertinya benar.
Tetapi tidakkah engkau melihat bagaimana Allah berbuat terhadap pasukan gajah? dari sana kita akan belajar tentang pasukan gajah? Dari sana kita akan belajar tentang hakikat di balik perang, pertarungan, dan permusuhan sepanjang zaman. Mari kita bicara tentang latar belakang peristiwa besar ini. Kita mulai dari negeri tempat berangkatnya pasukan bergajah itu : Yaman.

Daun Dimakan Ulat.
Yaman adalah sebuah dataran yang makmur di ujung selatan jazirah Arab. Dari tempat inilah nenek moyang bangsa Arab berasal dengan kabilah intinya, Al Qahthan. Di tanah ini pernah berjaya kerajaan Saba' termasyhur dengan Ratu Balqis dan bendungan Ma'rib-nya. Hingga suatu saat, banjir besar yang Sailul 'Arrim menenggelamkan negeri, melantakkan kebun-kebun suburnya, menyisakan tetumbuhan berbuah pahit 'Atsl dan Sidr. Maka suku-suku Arab itu bergerak ke utara dan timur laut, menjelajahi gurun, mencari pemukiman baru. Sementara yang tinggal silih berganti dijajah peradaban adikuasa masa itu; Romawi dan Persia.

Beberapa tahun menjelang kelahiran Rasulullah, seorang panglima besar bernama Dzu Nuwas melakukan kudeta dan kemudian bertakhta di Shan'a. Dzu Nuwas, tergambar dalam sejarah sebagai seorang yang cinta agama, ketat dalam kehidupan relijiusnya, dan berpenampilan sederhana. Uniknya, dalam sisi lain dia adalah seorang diktator kerjam yang membabat habis lawan politiknya.

Dzu Nuwas, bagaimanapun adalah seorang yang sangat antusias dalam diskusi dan dialog tentang iman dan agama. Dalam suatu kunjungan ke Ystrib, ia berdiskusi dengan beberapa rabbi Yahudi yang nenek moyangnya berpindah ke sana sejak penjarahan Herodes di Palestina. Dzu Nuwas merasa menemukan sebuah agama yang sangat dikaguminya; memiliki ajaran mengikat, teologi yang tak rumit, dan aturan hukum yang ketat lagi jelas. Ia menyukainya, Ia pun memeluk agama Yahudi.

Dzu Nuwas yang Yahudi, mencoba memaksa seluruh rakyatnya untuk mengikuti kebenaran yang diyakininya. Tentu saja benturan tak terhindarkan; terutama dengan komunitas Nasrani yang dalam pandangan Dzu Nuwas adalah agama gila penyembah manusia, sistem kepercayaannya kabur, bidat, dan tak memiliki hukum. Itu bukan agama, katanya. Itu ilusi sesat, bisikan syaithan pada para rahib dan pendeta yang membujang, hidup kotor, dan kelaparan!

Komunitas Nasrani terpenting dan terbesar di Yaman adalah orang-orang Najran yang tinggal di belahan utara Yaman, di tepi gurun kosong. Merekalah sasaran perang dan penghancuran Dzu Nuwas. Dengan pasukan besarnya dihancurkannya komunitas ini hingga rantas tercerai-berai. Sebuah pembantaian besar yang menelan korban ribuan manusia; laki-perempuan, kanak maupun dewasa dilangsungkan di sebuah parit api.

Saat itu, seorang Nasrani Najran lolos dan dalam pelariannya berhasil mencapai Konstantinopel, ibukota kekaisaran Romawi Timur. Ia mengadukan nasib kaumnya dengan sebuah pidato mengesankan di Hagia Sophia, gereja tersuci kepausan timur. Heraklius, sang kaisar, sang pelindung pengikut Salib, mengirim surat pada sekutunya, Negus, Raja Habasyah di Ethiopia untuk menyerbu Yaman. Yaman yang dipimpin raja Yahudi Dzu Nawas memang hanya terpisah secelah lautan dari Ethiopia yang Masehi.

Penyerbuan ini dipimpin seorang panglima agresif bernama Abrahah. Ringkas kisah, keberhasilan Abrahah menggulingkan Dzu Nuwas membuatnya diangkat menjadi raja muda di Yaman. Untuk mencerabut akar-akar agama Yahudi di Yaman, Abrahah membangun sebuah gereja agung yag sangat indah di Dhan;as. Melangkah lebih jauh, ia mencoba mengalihkan ziarah suci bangsa Arab ke gerejanya. Tetapi pesona gereja itu tak sanggup menandingi daya tarik Ka'bah yang mewariskan jejak Ibrahim dan Isma'il. Terbitlah cemburu spriritual Abrahah. Tak ada jalan selain menghancurkan bangun kotak berbatu hitam itu, bangunan yang terlalu sederhana bagi Abrahah untuk disebut suci.

bersambung...
*mau ngerjain yang lain dulu



Selasa, 18 September 2012

Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu




Allah, I Wish...
___________________________________________

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin Walid. Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia: “Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan? Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?”

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman. “Isy kariman au mut syahiidan! (Hiduplah mulia, atau mati syahid!),” kata Asma’ kepada Abdullah bin Zubair. Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata-kata Asma’ abadi hingga kini.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!”. Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan. Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses. Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

sumber: Salimah 

Kamis, 13 September 2012

MP #8 Oh Akhwat


Random from my funny blog


Mar 26, '10 11:31 AM

Oh… Akhwat
Wanita anggun pembasmi maksiat
Busananya rapi menutup aurat
Paling anti pake pakaian ketat
Katanya sich, ini salah satu ciri muslimah yang taat

Oh… Akhwat
Rajin mengaji dan tahajud dimalam yang pekat
Alasannya, biar selamat dunia dan akhirat
Ngga lupa dia doa dan munajat
Agar mendapat teman sejati dalam waktu cepat

Oh… Akhwat
Aktivitasnya begitu padat
Kuliah, organisasi sampe-sampe sehari 3 x ngikutin rapat
Ada juga yang ngajar TPA dan ngajar privat
Demi Allah, semua dilakukan dengan semangat

Oh… Akhwat
Tapi hari ini kok seperti kurang sehat?
Badan lesu dan muka keliatan pucat
Jalannya lunglai dibawah terikan matahari yang menyengat
Ooo.. ternyata dia, magh nya lagi kumat
(Abis… waktu sarapan cuma makan sepotong kue donat!)

Oh… Akhwat
Banyak juga yang berjerawat
Dari yang kecil-kecil sampe yang segede tomat
Padahal sudah nyobain semua sabun dan juga obat
( Sabar… sering wudhu lama2 juga ilang, Wat!)

Oh… Akhwat
Sering betul kirim SMS buat para sahabat
Isinya kalo ngga ngundang syuro, ya.. ngasih tausiyah atau nasihat
Walau kadang terasa bikin pulsa ngga’ bisa hemat

Oh… Akhwat
Seneng banget kalo makan coklat
Nggak sadar kalo gigi udah pada berkarat
Gara-gara sebulan sekali baru disikat
(Hiii… jorok nian kau, Wat!)

Oh… Akhwat
Paling seru waktu kumpul sesama akhwat
Ngobrolin dakwah sampe hal-hal yang kadang kurang manfaat
Apalagi kalau sudah pada saling curhat
Bisa-bisa air mata mengalir begitu lebat
( Wiih, curhat apaan tuh, Wat!)

Oh… Akhwat
Paling berani kalo di ajak debat
Siap bertahan sampe lawan bicaranya mulai sekarat
1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. Wuiih dia masih kuat..!
4 jam….? Woy berenti…! waktunya sudah masuk sholat..!!

Oh… Akhwat
Sore-sore makan soto babat
Makannya rame-rame bareng temen satu liqo’at
Maklum, hari itu ada yang baru punya hajat
Baru wisuda… walaupun wisudanya bareng adek2 tingkat

Oh… Akhwat
Nonton konser Izzis sambil lompat-lompat
Tak terasa badan mulai capek dan mulai berkeringat
Sampai nggak sadar kalo ada copet yang mulai mendekat
( Tenang…. Si Ukhti kan sudah belajar silat..!!)

Akhwat… Akhwat…
Pergi kuliah di hari Jumat
Buru-buru karena takut datangnya telat
Padahal hawa kantuk masih terasa melekat
Gara-gara Facebookkan tengah malem sampe jam 1 lewat
( So.. What gitu Wat ?!)

Oh… Akhwat
Banyak yang nggak mau dimadu, apalagi jadi istri ke empat
( Waduh, kalau yang ini ane nggak berani nerusin, Wat!)

Oh… Akhwat
Mau lebaran bantuin ibu buat ketupat
Hati gembira karena mau ketemu sanak kerabat
Tapi kesel saat ditanya… Lebaran ini masih sendiri, Wat?

Oh… Akhwat
Berharap sang pengeran datang tidak terlambat
Untuk menjemput ke hidup baru yang penuh rahmat
Namun apa daya saat proses ta’aruf jadi tersendat
Gara-gara sang Ikhwan, malah akhirnya ngurungin niat
( Huuu.. reseh banget tuh Ikhwan, Wat!)

Oh… Akhwat
Masih Banyakkah yang seperti Fatimah Binti Muhammad?
Yang memilih pendamping bukan kerena harta, tahta dan martabat
Atau hanya tertarik pada gemerlap dunia yang sesaat
Tapi… Agama dan Akhlak itulah yang ia lihat
Wah.. kalau ada… ane pesen satu Wat! *peace*
( Please dong akh, Wat! )

Oh… Akhwat
Hidup memang tak selamanya nikmat
Kadang ringan kadang juga terasa berat
Tapi teruslah Istiqomah kau di setiap saat
Karena engkaulah…. Bidadari Harapan Ummat!

Maap ya.. Wat!
Kalau ada kata-kata salah yang didapat
Maklum, yang buat bukannya Akhwat
Udah dulu ya.. yang buat matanya udah 5 Watt!

HIDUP AKHWAT!!!

(*copas dari mana-mana)






MP #7 Oh Ikhwan


Random from my funny blog

Mar 26, '10 7:59 PM

Oh.. Ikhwan
Apa bedanya dengan Si Marwan
Si Ali, Paijo atau Si Iwan
Oh ternyata Cuma beda sebutan

Oh.. Ikhwan
Walaupun tidak terlalu rupawan
Alias modal tampang pas-pasan
Tetep aja tebar senyuman

Oh.. Ikhwan
Gayanya sih bisa ketebak dan ketahuan
Jenggot melambai, baju koko & mata kaki keliatan
Kalo ngomong pake ane, antum, afwan-afwan

Oh.. Ikhwan
Sudah banyak yang bertebaran
Ada di masjid, kampus bahkan perkantoran
Sering kali ada yang getol nyari penghasilan
Ngga taunya nyari modal buat walimahan

Oh.. Ikhwan
Kalo lagi aksi, semangatnya nggak diragukan
Pekikan takbir selalu di kumandangkan
Ngomong2… kamar dikosan kok berantakan?
(Aduh.. pulang jangan lupa diberesin Wan!)

Oh.. Ikhwan
Sepekan sekali ikut kajian
Hujan dan badai nggak jadi halangan
Juga ngga ketinggalan tiap acara kepartaian
(Tapi.. cuci dulu tuh baju rendeman..!)

Oh.. Ikhwan
Pagi-pagi jarang sarapan
Alesannya males masak atau belum dapet kiriman
Akhirnya kena sakit magh sama panuan
( Kok yang terakhir nggak nyambung Wan!)

Oh.. Ikhwan
Jarang banget yang mata duitan
Demi dakwah, hati ikhlas tanpa harap imbalan
Walau kerasa, nih perut keroncongan
( Laporan aja Wan! Sama anggota dewan)

Oh.. Ikhwan
Anehnya kalau lagi jalan
Ngukurin tanah ape nyari duit jatoh sih wan?
Ooohh.. ternyata dia lagi jaga pandangan!!
Hati-hati Wan, awas nginjek gituan!!

Ikhwan… ikhwan….
Lucunya kalo ada akhwat berpapasan
Langsung minggir! Nunduk, acuh tak acuh kaya musuhan
( Gubrak..!! Suara apaan tuh Wan? )
Eh.. si ukhti jatuh, kagak ngeliat ada selokan

Ikhwan… ikhwan…
Uniknya kalo lagi rapat gabungan
Pake pembatas alias hijab biar nggak bisa lirik-lirikan
Sering juga rapatnya peke SMSan
Kadang SMSnya malem2 sambil bangunin tahajudan
Upppss.. Yang ini cuma sesama ikhwan kan..??

Oh.. Ikhwan
Badannya ade yang keker mirip binaragawan
Oh ternyata dia instruktur kepanduan
Biar di keroyok sama pereman
Kagak bakal panggil bantuan
( Abis.. udah ga bisa lari sih Wan! )

Oh.. Ikhwan
Jarang juga yang suka jajan
Mendingan nabung buat masa depan
Sekarang duitnya sudah banyak dalam celengan
(Eh, itu utang dibayar dulu Wan!)

Oh.. Ikhwan
Merasa sepi di tengah keramaian
Merindukan hadirnya bidadari penyemangat iman
Temen sekosan terasa sudah membosankan
Ditambah bisikan-bisikan setan yang kedengeran
Hemmm.. Istigfar Wan!

Oh.. Ikhwan
Pengen dapet istri yang wajahnya mirip artis di iklan
Yang nggak malu-maluin kalo diajak kondangan
Terus mulutnya yang nggak rame kaya petasan
Tiap 3 hari khatam Al Quran
Kelompok yang dibina udah lebih dar 20an
Setia sampe mati dan nggak mata duitan
Dan… setuju aja kalau suami mau cari istri tambahan

Oh.. Ikhwan

Tapi, seringnya harapan tidak sesuai kenyataan
Abis, nyari istri yang sempurna gitu kan kagak gampangan!
Apalagi kalo modalnya serba pas-pasan
Ya.. Murobbi juga nyariinnya bakal itung-itungan
Sabar deh Wan! Percaya aja sama yang Maha Rahman!

Oh.. Ikhwan
Nggak sengaja, liat ukhti minta bantuan
Jatoh dari motor masuk paretan
Hati berdebar mungkin ada harapan
Eeehh… taunya si Ukhti istrinya temen satu Liqo’an
(Gubrak..!! sungguh kasihan )

Huuhhh… Dasar Ikhwan!!!
Afwan ya Wan!! Cuma mainan
Yang nulis juga Ikhwan.

(*copas dari mana-mana)








Selasa, 11 September 2012

Perang Doa


Perang Badar dikenal juga dengan sebutan al Furqan, karena :
Dengan perang ini menjadi jelaslah siapa pendukung Al Haq dan siapa pendukung Al Bathil
Dengan perang ini menjadi jelaslah mana kubu pembela kebenaran dan mana pula kubu pembela kebatilan
Hari terjadinya peperangan ini juga disebut yauma ittaqal jam’an (QS. Al Anfaal:41), yang bermakna hari bertemunya dua kekuatan, kekuatan syirik dan kekuatan tauhid, kekuatan iman dan kekuatan kufur, kekuatan hizbullah dan kekuatan hizbusy-syaithan.

 Perang Badar bukanlah kehendak kaum Muslimin. Bahkan, banyak diantara mereka yang pada awalnya merasa tidak siap. Al Quran menggambarkan sikap dan psikologis mereka sebagai berikut:

كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ (٥)يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (٦)

”Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran[596], padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).”(Q.S. Al An faal : 5-6).

 [596]  Maksudnya: menurut Al Maraghi: Allah mengatur pembagian harta rampasan perang dengan kebenaran, sebagaimana Allah menyuruhnya pergi dari rumah (di Madinah) untuk berperang ke Badar dengan kebenaran pula. menurut Ath-Thabari: keluar dari rumah dengan maksud berperang.

 Pada awalnya, yang diinginkan pasukan Islam adalah sebatas menghadang kafilah dagang Quraisy yang hanya dilindungi oleh sejumlah kecil pasukan (empat puluh orang pasukan saja). Dalam kalkulasi manusiawi, sangat mudah dan tidak sulit menaklukan kafilah dagang itu. Sebab, waktu itu jumlah pasukan Islam adalah 313 orang.

 Terkait dengan hal ini Allah Swt berfirman:

 ”Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah[597] yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,” (Q.S. Al An faal : 7).

 [597]  maksudnya kafilah abu Sofyan yang membawa dagangan dari Siria. sedangkan kelompok yang datang dari Mekkah dibawah pimpinan Utbah bin Rabi’ah bersama abu Jahal.

 Dari sisi perekonomian, kafilah dagang inilah yang lebih membawa keuntungan bagi kaum Muslimin. Sebab, kafilah Quraisy saat  itu adalah yang terbesar, hampir seluruh penduduk Mekah ikut menanamkan sahamnya pada perjalanan dagang itu.

 Namun, kehendak Allah Swt. Berbeda dengan yang diinginkan kaum Muslimin. Yang dikehendaki Allah adalah bagaimana agar Al Haq itu menjadi nyata, dan yang Baitl itu menjadi jelas kebatilannya.

Terkait dengan ini Allah Swt. berfirman:

 وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (٧)لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (٨)

 ”Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah[597] yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (Q.S. Al An faal : 7-8).

 [597]  maksudnya kafilah abu Sofyan yang membawa dagangan dari Siria. sedangkan kelompok yang datang dari Mekkah dibawah pimpinan Utbah bin Rabi’ah bersama abu Jahal.

Pada pihak yang berlawanan, keinginan Abu Sufyan, pemimpin kafilah dagang Quraisy, bukanlah terjadinya peperangan. Ia hanya menginginkan agar dagangannya itu selamat sampai di Mekkah.

Namun, Abu Jahal –yang betul-betul jahil– mempunyai keinginan lain. Ia dengan arogan, takabur dan riya’ mengatakan “ Demi Allah! Kita tidak akan kembali sebelum sampai di Badar. Kita akan tinggal di sana selama tiga hari, menyembelih unta, menenggak khamr, dan menikmati nyanyian para biduanita. Akhirnya, seluruh orang Arab mengetahui tentang perjalanan dan perkumpulan kita, sehingga mereka senantiasa takut kepada kita.” (Ibnu Hisyam).

Singkat cerita, berhadapanlah dua kekuatan itu di Badar. Dengan kehendak dan takdir Allah, seluruh personel kaum Muslimin telah siap menghadapi apa yang akan terjadi besok.

Pada malam menjelang pertempuran, Rasulullah saw. memohon kepada Allah Swt., dengan sebuah permohonan yang penuh kepasrahan, ketundukan, dan kekhusyukan. Beliau terus memanjatkan doa, sampai-sampai selendang (sekarang baju) beliau terjatuh dari pundaknya. Bahkan, Abu Bakar sampai berkata, ”Cukup, wahai Rasulullah,cukup wahai Rasulullah.” Dalam doanya itu beliau serahkan kelangusngan umat yang menghamba Allah Swt ini kepadaNya. Beliau berdoa, ””Jika sekelompok umat ini binasa, Engkau (ya Allah) tidak akan disembah lagi di bumi.”



Pada kelompok  yang berseberangan, Abu Jahal pun memanjatkan doanya kepada Allah Swt. Ia berkata, ”Ya Allah! Dia (maksudnya  Nabi Muhammad saw.) telah menyebabkan hubungan persaudaraan (silaturrahim) antarsesama kami terputus, dia telah datang kepada kami dengan sesuatu yang tidak kami kenal, karenanya, hancurkanlah dia esok hari.”

Inilah satu sisi dari perang Badar, di mana pada malam menjelang pertempuran yang furqan itu telah terjadi peperangan yang lain, yaitu perang doa.

Satu doa dipanjatkan oleh seseorang yang tidak pernah berdusta. Seorang yang berpredikat Al Amin; seseorang yang ’azizun ’alaihi ma ’anittum harishun ’alaikum bil mukminiina rauufur-rahim (Q.S. At-Taubah : 128); seseorang yang oleh Allah Swt dinyatakan sebagai ’ala khuluqin azhim, yaitu Rasulullah Saw.

Pada sisi lain, ada doa yang dipanjatkan oleh seorang yang menghabiskan segala potensinya untuk menghambat dan menghalangi dakwah Allah Swt., yaitu Abu Jahal.

Malam itu telah terjadi perang doa, antara seseorang yang  tawadhu (rendah hati), tawakkal (penuh kepasrahan kepada Allah), khusyuk (takut yang disertai pengagungan kepada Allah), bercita-cita mulia (yaitu terwujudnya penyembahan kepada Allah) dengan seseorang yang congkak, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor (minum khamr, bermain dengan perempuan, sok dan diktator).

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa Allah Swt  berpihak kepada Nabi Muhammad saw., dan tidak berpihak kepada Abu Jahal.

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa kemenangan berpihak kepada seorang hamba yang penuh amanah, selalu berusaha untuk tidak membebani umatnya, bersemangat dalam mengupayakan kemaslahatan mereka, penuh sayang dan belas kasihan.

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa kemenangan berpihak kepada pemilik akhlak yang agung.

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa kemenangan berpihak kepada kelompok yang penuh  kepasrahan kepada Allah Swt., penuh tawakal kepada-Nya, bercita-cita mewujudkan upaya ubudiatul khalqi lillah (penghambaan seluruh makhluk kepada Allah Swt. semata).

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa kemenangan itu berpihak kepada golongan yang pemimpinnya menghabiskan malam harinya untuk menjalin hubungan dengan Allah Swt., berdoa kepadaNya, sampai-sampai bajunya terjatuh tanpa dirasa, sehingga dia diingatkan oleh sahabatnya.

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa kemenangan tidak berpihak kepada golongan yang arogan, riya’, sok dan diktator.

Al Quran dan sejarah mencatat bahwa kemenangan tidak diberikan kepada golongan yang bercita-cita keji dan mungkar.

Saudara-saudara yang dicintai Allah …

Masih banyak ibrah dan pelajaran yang bisa kita gali dari peristiwa Badar, peristiwa yang terjadi 1418 tahun yang lalu. Peristiwa yang kejadiannya diabadikan dalam Al Quran.

Adanya pengabadian dalam Al Quran ini tentunya menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, ibrah yang tersurat ataupun tersirat padanya tidaklah berhenti sebatas peristiwa sejarah, tetapi pasti dan sudah tentu akan senantiasa terulang dan terulang, sampai kiamat nanti.

Sunnatullah itu pasti terulang, bila berbagai variabel yang melingkupinya pun berulang, sebab tidak ada perubahan pada sunnatullah dan ia sama sekali tidak akan berganti.

Kita harus yakin bahwa kemenangan pasti berpihak kepada para pembela kebenaran, karena hal ini adalah sunnatullah. Akan tetapi, sunnatullah yang melingkupi dan menjelaskan syarat-syarat terwujudnya kemenangan itu harus ada pada para pendukung kebenaran itu. Gali dan renungilah berbagai variabel yang ada  pada sunnatullah itu; sunatullah yang menggoreskan kemenangan gemilang bagi kaum Muslimin pada peristiwa Badar! Penuhi seluruh persyaratan-persyaratan yang ada, niscaya sunnatullah itu akan terulang, sehingga kita pun akan melihat kemenangan yang gemilang bagi kejayaan Islam dan kaum Muslimin!

HadanaLlahu wa iyyakum ajma’in, wawaffaqana lima yuhibbuhu wayardhahu, wa-a’anana ’ala imtitsali dzalika.

Semoga Allah Swt. memberikan hidayah kepada kita seluruhnya, memberikan taufik-Nya kepada kita untuk menjalani segala hal yang dicintai dan diridai-Nya, dan memberikan pertolongan untuk menjalani itu semua. Amiin!

sumber : dimari

MP #6 Rumus : Sepatu High Heels Tuiinggiii


Random from my smart blog

Nov 10, '11 7:50 AM

Dalam sebuah grup di facebook. Seorang kawan memposting gambar ini..




Serius saya agak trauma pake beginian, gak bakat, atau kurang latihan? dikarenakan mestiii keseleo  tapi kalau melihat gambar itu, sekarang lebih dikarenakan alasan medis.

Berikut ini, saya mau nulis ulang komen2 yg ilmiah dan penting dr teman2 saya di bawah gambar ini :

Fulan A :
"klo pake hitungan fisika berapa tekanan yg diterima kaki dengan bidang tekan yang semakin kecil??"

Fulan B :
P=F/A

Fulan C :
"berat tubuh wanita yg pake spatu ginian kaeknya 45 kg= 450 N dibagi 2 (kaki kanan kiri)= 225N luas tampang hak sepatu kira 1cm2=100 mm2 
p=F/A ==> 225/100= 2,25 Mega Pascal"

Fulan D :
"padahal tekanan utk bikin kayu laminasi aja cuma 1-1,5 MPa lho, 2 MPa jebol kayu ne"

Fulan C :
"ternyata tulang qta lebih kuat dari kayu laminasi :0 saran ku tidak cocok berjalan di tanah tanpa perkersaan, bahkan tanah pasir pun bisa ambles jika di tekan 2.25 MPa, perkerasanya yang rigid, minimal cone blok."



Berhubung saya sudah hampir sama sekali lupa tentang Fisika, sehingga kesimpulan saya cuma : Masya Allah, betapa kuatnya tulang kecil ini diciptakan oleh Allah.















Senin, 10 September 2012

MP #5 Rantai Gajah


Random from my wise blog.

Sep 21, '08 5:43 AM

Kita semua pastilah tahu gajah liar. Tapi tahukah kita bahwa dalam kondisi liar ia mampu berjalan lebih dari 40 km per hari? Ia juga mampu mencari makan dalam jumlah yang berlimpah. Memiliki kekuatan merobohkan pohon, merusak satu kampung dan memiliki kekuatan lain. 

Anda tahu bagaimana cara menjinakkan gajah liar itu? Pertama, tembak gajah itu dengan obat bius. Kedua, ikat gajah itu dengan rantai dan ikatkan di pohon yang besar. Setelah siuman gajah akan lari, tapi karena kakinya diikat dengan rantai, gajah itu pasti akan terjatuh. Setelah terjatuh dia bangun lagi, lari... dan
jatuh lagi. Begitu terus berulang-ulang. Setelah gajah lelah datanglah pawang gajah memberinya makan. Ketika gajah memiliki tenaga baru, dia berusaha lari lagi... dan terjatuh lagi. Lalu datang pawang lagi, memberi makan. Kejadian seperti itu terus berulang sampai kira-kira selama 2 pekan. 

Di pekan ketiga sang pawang akan mengganti rantai yang mengikat kaki gajah dengan tali plastik. Akankah si gajah mencoba berotak lagi? Ternyata tidak. Mengapa? Dia takut terjatuh lagi. Dia sudah punya pengalaman berkali-kali di dua pekan sebelumnya; kalau dia berlari pasti terjatuh. Dari sini kita bisa
menyimpulkan bahwa kemampuan gajah berkurang dan dibatasi dengan pikirannya sendiri. Bahkan sampai mati nanti, kehidupan gajah dibatasi dengan pikirannya sendiri. Bila sudah begini, dia tidak mau lagi berjalan lebih dari 40 km. Dia tidak mau lagi mencari makanan sendiri, "Toh nanti ada yang mengantar makanan,"
pikir si gajah. 

Sesungguhnya di dalam diri manusia pun banyak "rantai gajah". "Tak mungkin saya berhasil, saya kan bukan sarjana"; Nggak mungkin saya sukses, bapak dan kakek buyut saya kan miskin, garis keturunan saya adalah garis kere."; Nggak mungkin saya berwirausaha, darah saya kan jawa, cocoknya pegawai negeri."
Ungkapan-ungkapan diri seperti itulah yang saya katakan sebagai "rantai gajah" dalam diri kita. 

"Rantai gajah" juga bisa mewujud untuk membatasi pikiran ketika mendapati kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagainya. Ini tentu akan menghambat prestasi dan kemampuan kita yang sesungguhnya. Kemampuan optimal kita pun tak pernah tercermin dalam aktivitas sehari-hari. 

Bila kita ingin memunculkan potensi diri kita yang sesungguhnya, kita harus "take action" untuk membuang "rantai gajah" dalam pikiran kita. Lihatlah Ucok Baba, aktor bertubuh mungil, atau Tukul Arwana yang sosoknya oleh dirinyasendiri diakui sebagai sosok wong ndeso, mampu menjadi presenter di televisi.
Anda tentu juga mengenal Helen Keler. Ia buta, tuli dan "gagu", tapi dia mampu lulus dari Harvard University. Kita juga pasti kenal Hee Ah Lee, seorang yang harnya memilki 4 jari; 2 di kanan, 2 di kiri, namun ia menjadi pianis hebat dunia dan sudah menggelar konser di berbagai negara. 

Pendidikan juga tak boleh menjadi "rantai gajah". Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi "raja" komputer dan orang terkaya di dunia saat ini. 

Kemiskinan pun tak boleh menjadi "rantai gajah". Mantan Meneg BUMN, Sugiharto pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir, dan kuli pelabuhan. Kemiskinan juga melilit masa lalu kehidupan Sylvester Stallone, yang kini menjadi bintang Hollywood papan atas. 

Mari segera buang "rantai gajah" yang masih melekat dalam pikiran kita agar kita mampu menembus berbagai keterbatasan. 

Dikutip dari buku Menyemai Impian Meraih Sukses Mulia, Jamil Azzaini.



MP #4 Remind me to be my best


Feb 23, '12 11:00 PM

Puisi ini sudah banyak yang tahu...
Cuma ingin posting di lapak sendiri...
Banyak yang suka, saya juga suka...
it's remind me to be my best



.:Kerendahan Hati:.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

[Taufik Ismail]






.:Be the Best of Whatever You Are:.

If you can't be a pine on the top of the hill
Be a scrub in the valley, but be the best little scrub by the side of the rill
Be a bush if you can't be a tree

if you can't be a bush, be a bil of the grass
and same highway happier make
if you can't be a muskie then just be a bass
But the liveliest bass in the lakel

We can't all be captains, we've got to be crew
There's something for all of us here
There's big work to do, and there's lesser to do
And the task you must do is the near.

If you can't be a highway then be a trail,
If you can't be the sun be a star
It is'nt by size that you win or you fail
Be the best of whatever you are

[Douglas Malloch]









MP #3 Mewajarkan Sesuatu



Random, from my great blog.

Mar 13, '12 3:35 AM

Adeknya : mbak, aku mau cerita...
Mbaknya : iya, kenapa dek?
Adeknya : entah kenapa masa lalu itu datang lagi
Mbaknya : masa lalu? apakah?
Adeknya : aku jatuh cinta lagi sama seseorang...
Mbaknya : terus? [merasa wajar, ada masanya]
Adeknya : iya, soalnya dia perhatian dan baik sama aku
Mbaknya : sudah lama? [agak khawatir, karena dia selama ini dikenal solihah]
Adeknya : dulu pernah, terus aku putus, sekarang ada orang lain lagi
Mbaknya : maksudnya gimana ya, orangnya beda? [bingung]
Adeknya : gini mbak, aku suka sama cewek, dulu aku pernah jadian sama cewek karena dia baik banget, tapi kita putus karena dia keluar kota.
Mbaknya : [terkejut]
Adeknya : sekarang ada seseorang yang perhatian banget sama aku, aku jadi suka sama dia
Mbaknya : [speechless]
Adeknya : maaf ya mbak, jangan kaget
Mbaknya : ya, mbak boleh nanya?
Adeknya : iya
Mbaknya : sudah lama suka sama cewek dek?
Adeknya : dulu pertama waktu SMA mbak, dan temen temen di sekolahku juga banyak mbak yang begitu. jadi ya wajar kalau ada cewek jadian sama cewek.
Mbaknya : oh. yang dirasakan memangnya gimana dek?
Adeknya : aku ngerasa lebih "deg2an" kalau deket sama cewek mbak. kalau sama cowok itu biasa aja. dan sekarang aku ngerasain itu lagi sama seseorang.


**potong**

diambil dari kisah nyata (dengan editan), alumni sebuah SMK di Yogyakarta. entah ini adalah resiko dari sekolah yang didominasi 1 jenis, baik perempuan atau laki-laki. walaupun tidak dapat digeneralisir. tapi pernyataan bahwa, memiliki pacar "sesama" di sebuah sekolah yang dominan perempuan/laki-laki adalah wajar. homo dan lesbi adalah penyakit sosial, artinya lingkungan yang sangat mendukung secara psikologis terbentuknya konsep diri semacam ini. orang tua dan pendidik semoga mewaspadai ini. nauzubillah

saya teringat kuliah Psikologi Klinis. saat presentasi bab penyakit klinis : penyakit seksual, homoseksual dkk. ibu dosen melarang kami presentasi dengan alasan bahwa homoseksual bukan penyakit klinis, lebih kepada penyakit sosial, artinya kita tidak akan mendapatkan solusi penanganan secara klinis. tetapi karena kita kuliah di universitas islam, kita akan tetap membahasnya dari sudut pandang agama. kita harus punya prinsip, kita tidak akan mewajarkan sesuatu yang memang salah. sekalipun seluruh dunia mengatakan itu "wajar" kita tidak semudah itu.
[applause buat ibu dosen]

Hadits riwayat Ibn Abbas : “Siapa saja yang engkau dapatkan mengerjakan perbuatan homoseksual maka bunuhlah kedua pelakunya”. [ditakhrij oleh Abu Dawud 4/158 , Ibn Majah 2/856 , At Turmuzi 4/57 dan Darru Quthni 3/124].

Hadits Jabir : “Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth” [HR Ibnu Majah : 2563, 1457. Tirmidzi berkata : Hadits ini hasan Gharib, Hakim berkata, Hadits shahih isnad]

Hadits Ibnu Abbas : “Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth, (beliau mengulanginya sebanyak tiga kali)” [HR Nasa'i dalam As-Sunan Al-Kubra IV/322 No. 7337]



___________________
bertanya2 sendiri, apa saja yg sudah kuwajarkan.. --"