HALAMANKU

Kamis, 19 September 2013

Don't Compare Your Life to Others

Fitrahnya memang begitu. Melihat yang lebih baik ada di sekitar kita. Alloh kasih kesempatan kita untuk menilai sesuatu lebih baik dari kita. Lebih kaya, lebih pintar, lebih beruntung, lebih solih/solihah, lebih cantik/ganteng. Sebagian menggunakan kesempatan itu untuk merasa minder, sebagian menggunakan kesempatan itu untuk membela diri, dan sebagian menggunakan kesempatan itu untuk iri dan dengki, nauzubillah yang terakhir.
Sederhana sih, kalau daun kering jatuh dari pohon aja Alloh rencanakan. Maka, mata kita yang melihat segala yang lebih itu juga pastinya sudah Alloh rencanakan. Ibarat pengen eksis, kalau manusia kan difoto2 diupload ke socmed biar dilihat2. Itu juga Alloh, gak cuma eksis tapi berhak sombong, "semua yang lu liat baik-baik itu ya punya gue, klo lu mau minta sama gue!"

”Mintalah kalian kepada Allah dari anugerah-Nya, Sesungguhnya Allah senang untuk diminta.” (HR Tirmidzi).

“Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)Ku, dan beriman kepadaKu agar mereka mendapat petunjuk (bimbingan)”. (Al-Baqarah: 186)

Beruntunglah bagi siapa pun yang dalam kesempatan yang sama digunakan untuk berdoa. Ada yang doanya langsung dikabulkan, misal dapat doorprize trus kaya, ada yang doanya pakai proses dikasih bimbingan sebelumnya misal diminta kerja keras dulu, dan tentunya ada yang dikasih lebih dari apa yang dia harapkan. Alhamdulillah. Besok kalau kejadian gitu lagi, ya akan diulang aja lagi, tinggal pilih, konsepnya adalah bersyukur, ikhtiar, tawakal, naik kelas, beruntung naik ke surga. Aamiin.



Well, jika kondisi kita sekarang tidak lebih baik dari apa yang kita lihat berdoalah saja, tak perlu merasa minder iri dengki. Terkadang dalam proses transfer doa kita Alloh juga menakdirkan kita untuk melihat yang tidak lebih baik dari kita. Di titik yang sama semoga Alloh nyuruh kita berdoa lagi, dijauhkan dari rasa sombong, biar gak dikutuk kayak iblis yang keluar dari surga.

Dari Abu Yahya Suhaib Bin Sinan R.A ia berkata ;Rasulullah Saw bersabda : “ Alangkah mengagungkan keadaan diri seorang mukmin sebab segala keadaan dirinya adalah baik bagi dirinya, dan itu tidak akan dimiliki orang lain selain orang mukmin. Apabila ia memperoleh kebaikan hidup, maka ia bersyukur kepada Allah dan itu memang lebih baik baginya. Dan apabila ia ditimpa duka cita (musibah), maka ia pun bersabar. Itupun lebih baik baginya. (HR Muslim)

Akhirnya. Sampai pada kelas tertentu, kita akan dipertemukan dengan diri kita sejatinya, yang diciptakan unik dan sudah diranselin dg jadwal rejeki sampai mati.




~note to my self :) cmimw

Minggu, 15 September 2013

Intropeksi Diri

Kadang kala dengan pengetahuan atau perasaan cerdas yang sedikit lebih baik dari orang lain kita jadi melangit. Istighfar. Mari merendah hati...

“Sejak dulu kami menyepakati,” demikian tulis Imam Ahmad ibn Hambal, “jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dengan dosa yang semisal dengannya.”
Tidak menghina orang baik itu perkara yang wajar adanya. Akan tetapi, tidak menghina mereka yang (sedang) tergelincir dosa butuh kesungguhan juga. Ini bukan pekerjaan sederhana. Betapa sering kita memperolok orang lain yang sedang terpeleset dan berperkara. Mengejek mereka sambil memicingkan sebelah mata.
Alih-alih menginstrospeksi diri, kita malah menyibukkan diri untuk menjadikan mereka yang tergelincir dalam kekhilafan sebagai bahan gunjingan. Maka, sekali lagi, betapa sering kita dengan sikap jumawa mempertanyakan, “Kok bisa dia berbuat sekerdil itu?” Seakan kita merasa sangat yakin bahwa kita akan mampu melampaui ujian serupa. Sungguh, hanya kepada Allah kita memohon pada Allah agar mengistiqamahkan hati kita dalam ketaatan kepada-Nya.

Ketika seseorang menghina saudaranya yang tergelincir kesalahan, pada saat bersamaan ia sedang menggelincirkan diri pada kesalahan yang bersebab kesombongan. Jumawa bahwa dirinya lebih baik.

Sungguh perkataan Sufyan bin Uyainah patut kita renungkan.
“Siapa yang kemaksiatannya terletak pada syahwat, maka taubat bisa diharapkan darinya. Sebab Adam a.s. bermaksiat karena keinginan syahwat, ia bertaubat lalu diampuni. Sementara jika kemaksiatannya terletak pada kibr (kesombongan), maka aku khawatir is sebagai orang yang dilaknat. Iblis bermaksiat karena kesombongan karenanya ia dilaknat.” Begitulah yang terjadi, ketika seseorang menghina saudaranya yang tertimpa kesalahan, ia sendiri tidak menyadari bahwa penghinaan yang dilakukannya adalah kesalahan yang lebih parah.
Apa yang diperoleh dari menghina? Pahala dari Allah berupa jaminan surgakah? Atau bertumpuknya keburukan dan kehinaan diri? Alangkah indah manakala kita bersibuk menelisik diri daripada menguliti saudara sendiri.
[...]
Ketika media mempermudah jangkauan untuk mengetahui ruang-ruang pribadi seseorang, seringkali kita menjadi latah untuk mengomentari. Kita pun menjadi tak sadar sedang digiring ke arah tradisi pergunjingan yang tiada manfaat. Kita mendadak menjadi gampang mencela dan mudah dibuat kecewa pada hal-hal yang tidak terlalu penting. Betapa hal-hal demikian sangat menguras energi dan mudah membelokkan orientasi; dari semangat beramal ke arah hasrat pergunjingan.
Na’udzubiLlahi min dzalik.
[...]
Agama ini melarang seseorang untuk mencaci dan menghina orang yang melakukan kesalahan. Pada yang berdosa saja kita tak boleh mencelanya, apalagi pada mereka yang kesalahannya belum diputuskan benar tidaknya. Puncak tertinggi dari masyarakat Muslim adalah menegakkan hukum sesuai yang dituntukan Allah, dan bukan menyibukkannya dengan cacian
dan hinaan.
[...]
Pada mereka yang sedang didera ujian, doakan semoga lekas terurai masalah. Jangan memperolok dan menghinakannya. Kita tak berharap ujian serupa ditimpakan atas diri kita. Begitu pula pada mereka yang gagal menghadapi ujian kehidupan dari Allah, kita panjatkan doa agar Allah menyayangi mereka yang berusaha memperbaiki diri. Berdoa pula agar kita istiqamah dalam ketaatan kepada-Nya, lalu menuntaskan tugas hidup kita dengan khusnul khatimah.
- DB