HALAMANKU

Jumat, 31 Januari 2014

Inilkah jawaban untuk tetap dekat denganMu

Begitulah indahnya Alloh mengabulkan harapan... Pilihan kita : mensyukuri lalu melanjutkan?

Sejak lama berharap lulus kuliah bisa kerja di Jakarta. Kalau banyak orang bilang ogah banget di Jakarta, kayaknya aku termasuk yang agak "heng" maunya ke sana. Semoga bukan niat nafsu. Well, biar gak niat nafsu, aku berdoa pada Alloh, supaya didekatkan denganNya, dengan orang-orang yang Ia cintai, dengan majelis-majelis surgaNya. 

Dijawablah seketika itu dengan undangan dari teman akhwat saya yang rutin ikut kajian Kamis malam di majelis ini. Perkenalkan AQL Islamic Center di daerah Tebet. Saat masuk ke dalam gedung kecil itu, terasa berbeda, terasa adem, ah begitulah jika malaikat betah. Bolak-balik Jakarta dengan setengah ridho orang tua mencari pekerjaan. Bersamaan itu jadi sering pula ikut kajian AQL. Hanya saja, saat itu aku masih tak begitu optimis. Hmm..

Sampai suatu hari. Tiada kesempatan lagi ke Jakarta. Bulat harapan orangtua untuk balik ke kampung halaman. Yasudahlah, pasrah bahwa Desember itu bulan terakhir aku ke Jakarta. Eitzzz, takdir Alloh berkata lain. Panggilan interview kerja lagi di sebuah anak perusahaan Telkom. Seperti biasa, menyempatkan diri ke majelis AQL. Sore itu sebelum majelis QGen ditutup ada pengumuman untuk ikut jadi relawan Laziz Ar-Rahman untuk banjir yang sedang melanda Jakarta. Well, aku ingin mencoba sekali-sekali. Niatnya cuma sekali-sekali, eh kok hihi. Keputusan itu, pada akhir ceritanya mempertemukan aku pada kisah yang indah. Eaa.

Kurangkum semua kisah selama menjadi relawan posko Laziz Ar-Rahman sebagai "ukhuwah di depan pintu" ~diceritakan lebih panjang di postingan berikutnya.

Oh Alloh. Jika majelis itu adalah jawabanMu atas doaku untuk terus mendekat mengingatMu, kuatkanlah. :)

Selasa, 14 Januari 2014

[warning] Buta Politik



Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.

Bertalt Bracht (Penyair Jerman)


sumber gambar : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=670225296332791&set=a.100989739923019.2093.100000359809903&type=1&theater

Sabtu, 11 Januari 2014

Review : The Shallows [Nicholas Carr]

Intisari-Online.com - Internet, suka atau tidak suka, memiliki dampak tersendiri bagi pemakainya. Nicholas Carr, penulis buku ini, mengemukakan argumen neurologis tentang bagaimana Internet dapat mempengaruhi otak dan cara bertindak manusia. Konsep neurologis yang menjadi kunci argumen Carr adalah neuroplasticity (kelenturan saraf otak). Intinya adalah otak manusia terus menerus berubah, menyesuaikan diri, termasuk pada perubahan kecil dalam keadaan dan perilaku kita.

Ketika seseorang terbiasa menggunakan Internet untuk mencari dan mengorganisasi informasi, misalnya, otak kita akan membentuk pola tertentu sesuai dengan kebiasaan itu. Salah satu dampak nyata penggunaan Internet terhadap otak adalah sulitnya otak pengguna Internet berfokus dan berkonsentrasi ketika membaca buku. Ia hanya mampu membaca beberapa halaman buku, lalu gelisah, dan mulai mencari-cari hal yang lebih menarik dalam buku itu. Atau ia memandang sekeliling mencari perhatian, bosan, lalu berhenti membaca.

Ini terjadi karena orang yang terbiasa menggunakan Internet biasa membaca teks-teks pendek dengan banyak tautan di sekitarnya. Lalu untuk mencari informasi tinggal mengetikkan kata kunci pada mesin pencari dan dalam beberapa detik sudah muncul deretan informasi yang berkaitan dengan kata kunci. Nah, pola seperti itu lama-lama terbentuk menjadi kebiasaan. Otak menyusunnya sebagai pola atau prosedur standar yang digunakan jika ia ingin mendapatkan dan menyerap suatu informasi.

Maka, ketika seseorang membaca buku, secara tergesa ia ingin menemukan sesuatu yang menarik di buku itu. Ketika tidak segera menemukan, kebosanan pun muncuk dan memilih mencari buku atau hal lain di sekitar yang lebih menarik. Membaca buku pun tidak menjadi momen kontemplatif untuk meresapi satu demi satu makna yang berserakan di dalamnya. Membaca buku tidak lagi dalam. Hanya menyentuh kulitnya saja.

Kesulitan berfokus ketika membaca dan makin asingnya cara berpikir linear, dalam, dan kontemplatif inilah yang secara ringkas disimpulkan oleh Nicholas Carr. Bahwa penggunaan Internet bisa mendangkalkan pikiran. Ini tentu sangat mencemaskan mengingat pengguna Internet semakin hari semakin bertambah banyak. Bahkan telah menembus angka miliaran.

Tentu saja masih ada sisi kelemahan dari argumen Carr ini. Toh, buku finalis Pulitzer Award 2011 ini bisa menjadi peringatan bagi kita agar tidak menjadi adiktif dan obsesif dengan Internet. Jangan sampai Internet mengambil alih sebagian besar fungsi otak kita. (Koran Tempo)

[Judul buku: The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita? | Penulis: Nicholas Carr | Penerbit: Mizan | Cetakan: Juli 2011 | Tebal: 279 hal.]

Kamis, 09 Januari 2014

Jangan



Jangan meninggalkan amal karena takut tdk ikhlas. 
Beramal sambil meluruskan niat lebih baik dari tdk beramal sama sekali.

Jangan meninggalkan zikir karena ketidak hadiran hati. 
Kelalaian kita dari zikir lebih buruk daripada kelalaian kita saat berzikir. 

Jangan meninggalkan tilawah karena tak tau maknanya. 
Ketidaktauan makna dalam tilawahmasih lebih baik daripada ketidak mauan membaca firman-Nya.

Jangan meninggalkan dakwah karena kecewa. 
Kesabaran kita bersama orang2 shalih lebih baik daripada kesenangan kita bersama orang2 yg tidak shalih. 

Jangan meninggalkan amanah karena berat. 
Beratnya amanah yg kita emban insyaAllah sebanding dengan beratnya timbangan amal yg akan kita dapatkan. 

Jangan meninggalkan medan juang karena terluka. 
Kematian di medan juang lebih baik baik daripada hidup dalam keterlenaan. 

Jangan meninggalkan kesantunan karena lingkungan kasar. 
Santun kita saat dikasari hanya akan menambah kemuliaan dan mengundang simpati-Nya. 

Allahumma mushorrifal quluub shorif quluubana 'ala tho'atik Yaa muqollibal quluub tsabbit quluubanaa 'alaa diinik 
Ya ALLAH yg memalingkan hati manusia, palingkanlah hati kami di atas ketaatan pd-Mu Wahai yg membolak balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu :')

Rabu, 08 Januari 2014

Raja Bulan dan Tiga Ajudan 2

Tak berputus asa Raja Bulan akhirnya didatangi oleh lima orang pemuda. Mereka berlima beru saja pulang dari perburuan di hutan Rumba, sehingga baru mendengar berita raja tersebut.

Singkat cerita, dari lima pemuda tinggalah tiga orang di ujian kedua. Kalau raja tidak ingin kehilangan tiga calon ajudannya ini, cukuplah ia menyelesaikan sampai disitu, tak perlu melanjutkan ujian ketiga. Namun, raja cerdas yang disangka gila itu tetap melaksanakan ujian itu.

Ketiga pemburu tadi melihat batu besar yang disediakan raja untuk dipindahkan. Mereka terbelalak karena terkejut melihat besarnya batu tersebut. Tidak seperti calon-calon ajudan sebelumnya, mereka bertiga tidak langsung menyerah, mereka berfikir penat, mungkinkah batu itu bisa dipindahkan. Ketiga pemburu itu pun bersikusi :
1 : Kau tahu caranya? ini tidak mungkin walaupun kita bertiga melakukannya bersama
2 : Aha! Kau cerdas, sedaritadi aku berfikir bahwa seperti ujian satu dan dua kita akan menaklukannya sendiri-sendiri.
3 : Hadeh. Tapi tetap saja kita tidak bisa melakukannya, lihatlah batu raksasa itu!

Setelah hampir tiga jam, sang raja tetap menunggu usaha ketiga calon ajudannya itu. Kemudian salah satu dari ketiga calon tersebut mengajukan permohonan pada raja

"Wahai raja bolehkah kami menggunakan kapak batu?"
Raja sumringah, lalu dengan mudah menjawab "ya silakan". Namun salah satu dari para penonton angkat bicara. Rupanya ia peserta pertama yang gagal. "Curang! Mana bisa tuan, perintahnya kan memindahkan, bukan menghancurkan batu tersebut!"

"Perintahnya jelas, dengan cara apapun, yang terpenting batu itu berpindah tempat, tidak ada syarat dalam keadaan utuh, atau remuk" sahut salah satu pemburu.
Raja tersenyum. Bersamaan itu, pengawal raja membisikkan sesuatu. Raja yang tadinya tersenyum kembali serius lalu kemudian berkata "Tidak. Saya batalkan izin menggunakan kapak batu"
Ketiga pemburu itu pun terkejut! "Benar-benar gila!"



"Berikan kami tiga jam lagi untuk berfikir tuan?!"
Raja tetap tenang dan membiarkan ketiga pemburu itu berdiskusi dan berfikir. "Jika mereka tidak saling kenal, mungkin pilihan berdiskusi dan  bekerjasama tidak akan mereka ambil. Seperti sebelumnya, setiap orang bersaing menjadi yang terbaik, sendirian, padahal jelas aku butuh tiga orang" bisik raja pada pengawalnya.

"Iya raja, anda sangat bijaksana, semoga mereka bisa menebak kecerdasan anda tuan!" balas pengawalnya yang sejak awal membantu raja menyiapkan tiga ujian itu.

Akankah ketiga pemburu itu berhasil memindahkan batu? Atau raja harus berusaha mencari lagi?

....

[bersambung]


Kamis, 02 Januari 2014

Raja Bulan dan Tiga Ajudan

Alkisah, Raja Bulan dari Kerajaan Purnama mengadakan sayembara. Ia mengumumkan kepada seluruh rakyatnya, bahwa ia sedang mencari tiga orang ajudan yang akan diajak mengembara selama tiga bulan ke negeri berlian. Sebagai imbalannya, para ajudan akan mendapatkan bagian dari berlian tersebut. 

Perjalanan menuju negeri berlian tidaklah mudah. Ia harus melewati hutan misteri, gunung hitam dan sungai naga. Bayangkan saja ketiga wilayah itu adalah seburuk-buruk tempat dengan makhluk buas di dalamnya. Tidak ada satupun orang yang pernah ke negeri berlian, karena takut akan bahaya perjalanannya. Untuk itu raja harus benar-benar selektif untuk memilih tiga ajudannya itu. 

Tiba hari H pemilihan. Tidak banyak yang mendaftar. Tentu saja, sudah takut lebih dulu membayangkan perjalanan menuju negeri berlian itu, jangan-jangan belum tentu dapat berlian sudah mati duluan. Lebih banyak yang menganggap raja semakin tidak waras karena terobsesi berlian. Sepuluh, genap sepuluh orang yang berani menerima tawaran raja, tetapi raja hanya butuh tiga orang saja. Untuk itu raja menyiapkan tiga bentuk ujian. 

Pertama. Memanah batu. 
Seorang calon ajudan menyangkal "Mana mungkin batu bisa dipanah? yang ada panah kami yang patah tuan!" Tinggalah tujuh orang tersisa. Tiga lainnya gugur karena menganggap ujian itu mustahil, panahnya akan patah saat menabrak batu. Rupanya ketujuh calon ajudan tadi berhasil memanah batu tersebut, karena bagian luar batu itu diselimuti tanah liat setebal  sepuluh jari.

Kedua. Melempar batu. 
Kelima calon ajudan saling berbisik, sungguh itu tidak mungkin. Batu itu terlalu berat bahkan untuk diangkat. Tetapi kelimanya tetap mencoba. Tinggalah lima orang tersisa. Dua lainnya gugur karena raja memilih yang lemparannya paling jauh. Mulai dari 3 jari, 2 jari, dan 1 jari bergeser. Dua lainnya menggerutu sambil meninggalkan istana "Mana mungkin batu sebesar itu dilempar sendirian?" "Ya, begitulah, semoga raja kita tidak kehilangan akal sehatnya"

Ketiga. Terakhir. Memindahkan batu. 
Kali ini tidak ada seorang calon ajudanpun yang menerima tantangan ini. Semuanya mundur, karena menganggap tantangan raja Bulan semakin gila. Melihat bongkahan batu yang besarnya sepuluh kali lipat ukuran tubuh mereka, jangankan pindah, bergetarpun tidak mungkin. 
"Duhai raja, hamba pernah melihat berlian yang membutakan jiwa, saya harap tuan raja tak jadi seperti itu."
"Apa maksudmu?"
"Ini tidak masuk akal, kami undur diri, kami khawatir perjalanan bersamamu esok lebih tidak masuk akal, bagaimana mendapat berlian, sudah mati duluan kami melewati hutan misteri, gunung hitam dan sungai naga"
raja Bulan tersenyum "Tidakkah engkau ingin mencobanya? Sudah dua rintangan kau lewati, mengapa berhenti sampai disini?"
"Tidak tuan, kalaupun saya berhasil memindahkan batu ini, saya rasa tidak akan sanggupmenjadi ajudan perjalanan tuan"
Ketiga ajudan itu pulang. Raja pun gagal mendapatkan ajudannya.

Tak urung putus asa, raja menyebar berita itu berkali-kali lagi, meyakinkan bahwa berlian itu amatlah luar biasa, jika para ajudan gugur maka keluarganya berhak memilikinya. Akankah raja Bulan mendapatkan ajudan impiannya? Mengapa raja Bulan memberikan tiga ujian itu?

...

[bersambung]