HALAMANKU

Kamis, 24 Juli 2014

Sebentar Lagi Saudaraku

Ingin menangis dan sudah
Entah antara berduka atasmu atau iri padamu
Tetapi mengapa engkau tersenyum saudaraku
Satelit itu menggambarkan gugurmu
Semakin deras air mata ini


Engkau yang berada di garis depan
Berjarak ilmu dan kesungguhan
Kami akan menyusulmu dengan tertatih
Kadang berlari dan tersandung-sandung


Tunggulah sebentar lagi saudaraku
Pada bilangan matahari dan bulan
Menyamai niat dan kegigihanmu
Diiringi lantunan pada langit tertinggi


Karena
Kini keluarga kami satu per satu mendirikan sholat
Para lelakinya memakmurkan masjid
Kini tetangga-tetangga kami menabung haji pula umrah pun
Ada yang sampai di rumahmu lalu berkisah
Kini anak-anak kami berlomba-lomba menjadi hafizh alquran
Kini stasiun TV kami mengabarkan kebenaranmu
Kini berbondong bondong tangan mengulur harta bersedekah
Kini suburlah majelis-majelis aqidah
Kini pemuda-pemuda kami bercita-cita syahid
Kini dalam doa berjamaah kami tak lalai menyebutmu saudaraku



Tidak lama lagi saudaraku
Kekayaan limpah ruah di tanah kami
Akan menjadi senjata disegani
Kami akan segera sampai
Bendera itu masih kami simpan
Sesampainya di sana kita akan mengibarkannya




Kita akan berdiri dan bercahaya
Menyombongkan kekuasaan Allah swt
Pekik-pekik takbir
Bersyahadat kompak di muka dunia
Jaisyu Muhammad, Laa illaha illallah!




Borneo,
Malam Ganjil Ini
27 Ramadhan 1435

Rabu, 23 Juli 2014

Si Dungu dan Si Peduli

Indonesia belakangan ini. Setiap kali buka twitter, hati malah jadi was was. Teman yang biasanya santun mendadak ngomel beruntun. Wartawan yang biasanya bikin kagum mendadak suka berantem. Entahlah. Salah saya juga selama ini memfollow orang-orang yang "berkepentingan." Ambil hikmah baiknya. Maunya sepuluh hari Ramadhan bisa khusyuk. Namun ternyata, ah sudahlah. Kalau mau tenang tidak usah peduli bukan? Tapi menurut saya kudu peduli, jadi makin banyak istighfar dan ikhtiar. Lumayanlah.

Lalu sampailah saya membaca hadist mengerikan ini...



Kalau hadist ini dikaitkan dengan kemenangan pemimpin Indonesia kita kali ini. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa lima tahun ke depan kita akan dipimpin oleh Ar-ruwaibidhah atau si dungu. Kalau disederhanakan, Presiden Indonesia dungu. Ngeri kan?! Mana ada yang mau dicap seperti itu. Tapi kalau faktanya begitu. Waduh. Serbasalah. Apalagi ia terpilih berdasarkan hasil voting suara terbanyak. Berarti kurang lebih 50 persen penduduk Indonesia memilih si dungu, dan sisanya memilih yang tidak dungu. Sudah tahu dungu kok ya dipilih, berarti yang memilih juga dungu, atau kesogok harta tahta waria jadi dungu seketika. Maaf. Kok kasar ya kalau dijabarkan. 

Nah, kabar agak gembiranya, kulit manggis ada ekstraknya. Gak lucu lagi. Hadist itu tidak menyebutkan tanggal tahun pastinya. Coba kalau iya 2014. Kan?!

Artinya masih ada optimisme untuk mengira-ngira kadar kedunguannya sekian persen. Entah 5% , 20% atau 50%. Namanya manusia, gak ada yang seratus persen pintar. Toh pintar cerdas itu karunia Allah swt dan bagi orang yang mau belajar sungguh-sungguh. Maka ketika sadar kadar kecerdasan dan kedunguan kita sebagai manusia, misal kamu iya kamu... cerdas 85% dungu 15% merendahhatilah untuk mengajak saudara kita agar kecerdasanya meningkat sama atau lebih dari kita. Kalau banyak yang kedunguan nya berkurang insya Allah kecerdasannya meningkat. Jadi, sekalipun ada satu pemimpin yang dungunya 50% diantara 10 bawahan yang kecerdasannya 90%, probabilitas menjalankan program kerja dengan hasil buruk, minimum. Evaluasi pun akan lebih jelas. Tapi kalau kamu sombong dengan kecerdasanmu dan membiarkan saudara setanah air dalam kedunguannya ya kayak pare diantara nasi goreng. (Saya gak suka pare). Pahit dan tidak terasa manfaatnya.

Saya teruskan ke takdir saya membaca habis sekuel Novel Tere Liye ini. Negeri para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk. Fiksi tapi mirip sama kondisi Indonesia. Sudah baca, pasti faham. Belum baca, ya pinjam.


Novel itu menceritakan seorang pemuda yang berjuang untuk membongkar kejahatan ekonomi politik yang menghancurkan keluarga dan partnernya, rupa-rupanya kejahatan itu adalah satu dari serangkaian kejahatan besar di negerinya sejak puluhan tahun lalu yang dikendalikan oleh mafia hukum asing. Tokoh itu bisa saja memilih diam, toh juga sudah sukses, hidup aman nyaman tentrem, tetapi sayangnya dia adalah seorang pertarung sejati. Kalau nggak nyambung, baca dulu lah deh ya. Hikmahnya, selama kita ingin Indonesia jaya. Maka seperti dalam novel itu, akan selalu ada pahlawan yang telah Allah persiapkan untuk mewujudkannya. Cepat atau lambat.

Saya kutip epilog motivasi nya :
"Kau tahu, Thomas, jarak antara akhir yang baik dan akhir yang buruk dari semua cerita hari ini hanya dipisahkan oleh sesuatu yang kecil saja, yaitu kepedulian."

Hadist mudah tentang peduli :
Rasulullah Saw bersabda, “Tiap muslim wajib bersedekah.”
Para sahabat kemudian bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?”
Nabi Saw. menjawab, “Bekerjalah dengan keterampilan tangan untuk kemanfaatan dirinya lalu bersedekah.”
Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau dia tidak mampu?”
Nabi Saw menjawab, “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya.”
Mereka kemudian bertanya kembali, “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi Saw menjawab, “Menyuruh berbuat ma’ruf.”
Tanpa pernah bosan mereka bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan, itulah sedekah.” 
(HR. Bukhari dan Muslim).

Dear saudara-saudara. Jika saya, kamu, kita peduli. Bisa jadi pahlawan-pahwalan yang dipersiapkan Allah itu kamu, saya atau kita. 

Allahu'alam. 

Selasa, 15 Juli 2014

Don't


Don’t feel sad seeing someone smiling.
Perhaps they are smiling through thousands of pains.

Don’t feel upset seeing a successful marriage.
Perhaps they are trying hard to beat the odds in their lives.

Don’t feel sad seeing others having kids.
Perhaps they are sacrificing a lot to protect what they are only blessed with.

Don’t feel upset seeing someone spending their leisure with joy.
Perhaps that’s the only break they had for themselves.

Don’t feel annoyed hearing someone’s laughter.
Perhaps that’s the only way for them to break the silence.

We don’t know what happens behind curtains.
Perhaps those people who try to show their smiles to the world don’t want to make others cry for them.

We don’t know the trials they are facing with, so don’t judge that they are showing off.

We can’t spend a hidden life. Our joys and sorrows will be identified by the world.

No one can hide a child they have fearing that it could hurt someone who doesn’t have a child.

No one can hide their wealth because someone else would feel hurt for not being blessed with wealth.

No one can pretend to be sick knowing there could be someone suffering with an illness.

Everyone has their own package of trials.

None can live for someone else’s sake.

They have to live the life they are assigned with.

Pretending to live a life that they are not truly living is showing off.

Besides their deeds are known by Allah alone.

Sharing happiness with others is not wrong.

Intending to inspire others is not a crime.

Our duty is not to judge their deeds but to bless them to live happily forever.

We might feel offended sometimes seeing someone screaming with joy while we are grieving for a loss.

Just because we are sad it is not right to expect everyone to mourn.

If we are expecting others to be sad along with us..
Then we must get prepared to be happy with others as well.

That is the true spirit of a Muslim. “None of you [truly] believes until he loves for his brother that which he loves for himself.” ~Prophet Muhammed صلى الله عليه و سلم [ via Happy Muslim Family ]

Selasa, 08 Juli 2014

Sombong itu Merasa Pilihannya Paling Benar

WORLD CUP - PEMILU RAYA - dan PALESTINA

Bagi sebagian orang yang peduli maka dua tema utama itu menjadi bahan yang paling HOT di Indonesia raya. Saya menambahkan yang ketiga yaitu dan PALESTINA. Kamu, iyaa kamu... bisa aja ganti PALESTINA dengan yang lain, menu buka puasa mungkin, bisnis mungkin, calon kamu mungkin. Whatsoever, itu pilihan.

By the way soal memilih. Belakangan saya aktif stalking di instagram, banyak gambar2 parodi, meme, guyonan yang kelihatannya lucu tapi jujur. Ditambah perang antar tim sukses capres di twitter. Bahkan saya sempat merasa gegeretan dengan teman BBM saya yang berlawanan pilihan dengan saya.




Kamu, pilih tim mana di World Cup 2014?
Kalau saya setia sama Jerman. Alasannya? Entah, menurut saya Jerman pemainnya 'keren' (eh) dibanding pemain-pemain tim lain. Buat para pendukung Jerman pasti juga setuju dengan pilihan saya, bahkan mungkin mereka punya alasan yang lebih detail dan akurat dari sisi permainan dsb, dibanding alasan saya.

Teman saya, bahkan pasang taruhan di kantornya, dan doi megang Belgia. Dengdong! Ketika dia bercerita seperti itu, dalam hati saya "Hah? Belgia? Apa bagusnya?" tapi yang keluar di mulut "Eh kok Belgia? Kenapa?" Lalu ia menjelaskan, Belgia keren banget kali, beuh!. Saya sih, karena tidak begitu faham bola, mengakui saja tim pilihannya bakal menang, secara kalau dia menang taruhan, bisa aja kecipratan. (eh, tapi akhirnya kalah, alhamdulillah rejeki haram menjauh).

Darisitu sih saya kepikiran. There so many people pay more to make sure his team is the winner. Ada yang sampai bela-belain sampai datang ke Brasil demi tim jagoannya. Seolah-olah pengorbanannnya akan benar-benar menjadi berkah bagi timnya, dan lucky winner! Tapi lagi-lagi who knows?

Trus, Kamu, 9 Juli 2014 pilih calon presiden nomer 1 atau nomer 2?
Kalau saya setia sama nomer 1. Alasannya? Simpel sih, karena si nomer 2 harus bertanggung jawab jadi gubernur DKI 5 tahun. Saya tidak suka memilih calon yang mengkhianati janjinya sendiri. Baru jadi gubernur aja khianat apalagi jadi Presiden. Plus, secara psikologis, kalau beneran cinta gue, eh Indonesia, gak perlu baca teks #edisidebatterakhir. Itu menurut saya. Buat para pendukung nomer 1 Prabowo-Hatta pasti juga akan membela saya, bahkan akan menambahkan alasan yang jauh lebih banyak dan terverifikasi. Eaa.


Teman saya, bahkan yang saya kira selama ini akan berada pada pilihan yang sama dengan saya, ternyata memilih nomer 2 dengan bangganya. Ketika dia pasang status membela nomer 2, dalam hati "Hah? nomer 2, Kena tipumuslihat die!?" Karena informasi yang saya dapatkan (gak cuma tv ya plis) rasa2nya nyesek, marah, buncah kalau2 si nomer 2 menang. Seolah-olah kebaikannya tertutupi oleh aib-aib busuk dia dan tim suksenya. Tapi akhirnya saya urungkan untuk berkomentar dan menyerangnya. Alasannya? Karena dia berhak dengan sudut pandangnya terhadap si nomer 2 berdasar media-media yang dia baca.




Nah, darisitu saya kepikiran lagi. Sebenarnya alasan kita memilih itu untuk apa? Mengapa kita merasa begitu haqqul yakin dengan pilihan kita? Lalu kalau kalah kayak teman saya di atas, mau apa?

Lalu, teringatlah saya kisah populer seorang pembunuh, yang bertaubat lalu berhak masuk surga setelah bunuhan yang ke 100.

Bisa saja harapan ust. Salim itu juga ada pada Jokowi. Tetapi saat ini sebelum kita semua menyingkap bersama takdir kepemimpinan Indonesia lima tahun mendatang, ikhtiar itu ada pada Pak Prabowo.

Anyway, kita bisa dikhawatirkan dan ditenangkan oleh perhitungan-perhitungan manusiawi kita. Misalnya :
1. Bisa saja pilihan saya menang, tetapi keamanan Indonesia diubrak-abrik.
2. Bisa saja nomer 2 menang, aman sih, tapi perusahaan-perusahaan kita dijual, atau perusahaan liberal asing merajalela sehingga rakyat jadi budak-budak kaya harta7, miskin jiwa.
3. Bisa saja pilihan saya kalah, tetapi tumbuh subur para pengusaha, dai dan penghafal Alquran.
4. Bisa saja nomer 2 menang, tapi habis itu tabrakan dan mati seketika, eh pemilu lagi dong!
Well, 1,2,3,4 jika Allah izinkan, semuanya akan membuat kita tetap bekerja cerdas keras bukan.

Sebagaimana konsep ikhtiar tawakkal. Namanya ikhtiar itu tidak menebak-nebak atau mengandai-andaikan takdir, berupaya saja terus-menerus. Sehingga, dalam berikhtiar pula kita tidak layak merasa bahwa ikhtiar kitalah yang paling benar, akurat, tajam, terpercaya, tiada cacat dan salahnya. Ikhtiar yang baik itu diniatkan untuk yang terbaik, untuk diri sendiri dan untuk kemasalahatan lebih banyak orang. Jika tidak seperti itu, jatuhnya jadi ikhtiar sombong. Saya, saat memutuskan untuk memilih dan promosi nomer 1 Prabowo - Hatta, bismillah niatnya untuk better Indonesia. Itu saja. Sebagai pemilih yang cerdas, referensi dari berbagai pihak sudah dapatkan. Indonesia lebih baik bukan karena saya memilih Presiden dengan perhitungan paling akurat, tetapi karena Allah. Karena kata ustad, tawakal itu pasrah bongkokan.

Allahu'alam. Intinya, warning buat diri saya sendiri dan teman-teman yang yakin dengan Prabowo Hatta, jangan sampai ada rasa sombong pada diri atas apa yang dipilih dan ikhtiarkan. Karena jatuhnya manusia bukan karena tidak berupaya, tapi karena kesombongan.



Dan, kamu, tau kabar Palestina?
Kalau saya hitung untung rugi. Tim sepakbola yang dibela-belain, gak pernah tuh belain saya. Calon presiden yang menang pun belum tentu belain saya. Tetapi, some people, our brother in Palestine, always there for us. 

Terima Kasih, Palestina! Orang-orang Palestina ketika ditanya mengapa mereka tidak pergi saja dari sana dan mengungsi ke negara tetangga—karena cobaan Yahudi terhadap mereka begitu besar, mereka menjawab: "Jika kami keluar dari tanah ini (Palestina), maka siapa lagi yang akan menjaga masjid suci Al-Aqsha? Siapa lagi yang akan menjaga tanah wakaf umat Islam? Biarlah kami tetap di sini, mewakili kalian (seluruh umat Islam di dunia), saudaraku." Ini membuat kita begitu tertusuk. Tidakkah kita sadar bahwa mereka di sana sebenarnya sedang mewakili kita melindungi tanah suci Palestina? Menggantikan kewajiban kita menjaga warisan umat? Semoga Allah memuliakan mereka semua. Terima kasih, Palestina! (Diambil dr tumblr Herri Cahyadi)

Sekian. Selamat mencoblos (yg kiri). Barakallah buat kamu!



Kamis, 03 Juli 2014

Meaning - part 2

Bagi si B, ia akan terus memberikan sedekah karena dia tidak melakukannya dengan maksud memperpanjang usianya melainkan dengan maksud menggunakan kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Karena pemaknaan yang berbeda membentuk sistem nilai yang berbeda pula, maka kita perlu mengambil pemaknaan yang paling benar dalam setiap peristiwa. Pemaknaan yang paling benar adalah pemaknaan yang berlaku universal dan membuka peluang untuk implikasi yang paling luas. Kembali pada gambar kotak-kotak di atas, semakin luas Anda memaknai apa yang dimaksud persegi panjang maka semakin banyak pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Sebaliknya, semakin sempit Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin sedikit pula persegi panjang yang akan Anda dapatkan. Itulah misteri kehidupan. Sebagian orang memaknai hidup ini lebih sempit, dan sebagian orang memaknai hidup ini lebih luas. Orang yang memaknai hidup ini lebih luass (atau lebih dalam) akan memiliki kualitas hidup lebih baik seperti halnya ia akan mendapatkan lebih banyak kotak dalam gambar di atas.

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa memperluas (memperdalam) pemakanaan dalam hidup ini? Ada lima saran praktis saya. 

Yang pertama, gunakan lebih banyak sudut pandang (multi perspektif). Kita mungkin tidak bisa memahami  kenapa seseorang berbuat sesuatu karena selama ini kita selalu melihatnya dari perspektif kita. Cobalah kita menggunakan perspektif orang tersebut, maka kita akan lebih mudah memahaminya.

Yang kedua, gunakan rentang waktu (time horizon) yang lebih panjang. Seringkali kita mudah terjebak kepada sasaran-sasaran jangka pendek tanpa memperdulikan konsekuensinya ke depan. Cobalah untuk memperpanjang time horizon Anda maka Anda akan menemukan makna yang lebih luas dari sebuah kejadian.

Yang ketiga, lihatlah gambar yang lebih besar. Seperti halnya gambar kotak-kotak di atas, bila Anda terlalu asyik melihat masing-masing kotak yang bernomor 1 sampai 25 itu, maka Anda mungkin akan lupa bahwa ada kotak yang lebih besar yang bisa dihasilkan dengan cara menyusun kotak-kotak yang kecil menjadi sebuah kotak-kotak yang lebih besar.

Yang keempat, carilah pemaknaan-pemaknaan yang baru. Kembali kepada gambar kotak-kotak di atas, Anda akan menemukan bahwa persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama apabila Anda mau menyusun bentuk yang baru diluar kotak-kotak yang telah ada Kotak memiliki batasan panjang harus sama dengan lebar tapi dengan mencari bentuk yang bary, akhirnya Anda akan menemukan ada banyak persegi panjang yang bentuknya tidak kotak pada gambar tersebut. 

Yang kelima, pilihlah pemaknaan yang paling jujur. Kita bisa saja menarik pemaknaan sesuka hati kita namun pemaknaan yang tidak jujur tidak akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik, sebaliknya justru membuat kita semakin terpuruk.

Bersambung ...

Rabu, 02 Juli 2014

Meaning

Tertakdir baca artikel motivasi ini di pesawat. Oh indahnya travelling (read : melakukan perjalanan di muka buminya Allah)!

Dua buah mobil melalui sebuah belokan dimana seorang nenek tua duduk meminta-minta. Pengemudi mobil pertama yang berwarna hitam melaju begitu saja melewati nenek tersebut tanpa memberikan sedekah. Sedangkan pengemudi mobil kedua yang berwarna putih menghentikan mobilnya sejenak, membuka kaca jendela dan memberikan sedekah. Beberapa meter kemudian, mobil hitam terperosok ke dalam lobang dan pengemudinya mati seketika sedangkan mobil putih maju dengan selamat. Dua orang mengamati kejadian tersebut. Si A, orang pertama, memaknai bahwa mobil hitam mengalami musibah tersebut karena tida memberikan sedekah sehingga pengemudinya tewas seketika. Si B, orang kedua memaknai bahwa setiap ada kesempatan, berikanlah sedekah, karena ia tidak pernah tahu bahwa kesempatan tersebut merupakan kesempatan terakhir untuk memberikannya.



Kejadian yang sama, dilihat oleh dua orang berbeda dan dimaknai secara berbeda pula. Inilah yang dimaksud dengan meaning atau pemaknaan. Mengapa si A dan si B memaknai secara berbeda kejadian tersebut? Karena kedua orang tersebut memiliki batasan makna yang tidak sama. Untuk lebih jelasnya, saya sajikan latihan berikut ini bagi Anda.

Amatilah kotak-kotak berikut ini yang saya beri nomor 1 sampai 25. Pertanyaan saya, ada berapa buah persegi panjang pada gambar tersebut?


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
 

Mungkin sebagian Anda akan menjawab 25. Anda yang mengatakan ada 25 persegi panjang memaknai bahwa setiap kotak merupakan persegi panjang dan karena terdapat 25 kotak (sesuai nomor yang diberikan) maka terdapat 25 persegi panjang. Dalam hal ini, Anda memaknai bahwa persegi panjang identik dengan kotak. Tetapi Anda lupa bahwa ada kotak ke-26 yaitu kotak paling besar yang dibentuk oleh garis-garis peling luar dari kotak-kotak yang terletak di tepi (kotak nomor 1,2,3,4,5,5,6,7,8,10,20,2525,24,23,22,21,16,11 dan 60. Namun, bagi anda yang mengatakan terdapat 26 persegi panjang, Anda juga lupa bahwa ada persegi panjang lain yaitu persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 1,2,7,6 atau persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 2,3,8,7 juga merupakan sebuah persegi panjang. Belum lagi area yang dibentuk oleh kotak-kotak berukuran 3x4 atau 3x3 juga merupakan persegi panjang. Bahkan sesungguhnya sebuah persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama sehingga anda bisa membentuk persegi pandang dengan ukuran 1x2, 2x3 atau 2x4. Nah kalau sudah begini ada banyak sekali persegi panjang dalam gambar tersebut bukan?

Namun demikian, sebagian orang hanya membatasi persegi panjang sebagai kotak berukuran 1x1. Sebagian orang membatasi persegi panjang sebagai area dengan ukuran panjang sama dengan lebar. Sebagian orang membatasi penggunaan suatu kotak hanya satu kali dan sebagainya dan sebagainya. Singkatnya, setiap orang bisa memiliki pemaknaan yang berbeda-beda terhadap sebuah fenomena.

Pertanyaannya, mengapa pemaknaan begitu penting? Jawabannya karena pemaknaan seseorang akan membentuk sistem nilai yang digunakan oleh orang tersebut. Sebagai contoh, kembali ke kisah dua mobil dan dua orang pengamat di atas, Si A dan Si B mungkin akan jadi lebih sering sedekah setelah menyaksikan kejadian tersebut namun keduanya akan memiliki sistem nilai yang berbeda. Si A memberi sedekah dengan tujuan memperpanjang usianya sedangkan si B memberi sedekah karena ia ingin memanfaatkan kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Nah, sistem nilai yang berbeda ini mengakibatkan konsekuensi yang berbeda pula. Bagi si A, ketika ia merasa sudah cukup bersedekah sehingga dia merasa umurnya sudah diperpanjang, maka ia akan berhenti bersedekah. Jadi, bagi si A, memberi sedekah tidak ubahnya seperti isi ulang pulsa handphone.

Bersambung ...

Jangan Sok Tahu!

Kemarin, beberapa menit menjelang buka puasa saya tiba di rumah. Begitu memasuki pintu rumah, tiba-tiba anak perempuan saya Hana berteriak, “Bapaaak!” Kemudian ia memeluk saya sembari menangis. Selama beberapa detik saya merasa takut dan khawatir, “Jangan-jangan telah terjadi hal-hal buruk pada anak gadis saya ini.”

Air mata Hana mengalir deras. Anak saya yang sudah kelas 9 ini akhirnya berkata, “Sebel… Sebel… Bete… Bete… Tinggal 10 menit lagi aku halangan.” Tawa saya kontan meledak.
Kekhawatiran berubah menjadi tawa. Ya, saya bisa memaklumi betapa tidak enaknya kejadian yang dialami anak saya itu, sudah berpuasa berjam-jam dan saat hampir Adzan magrib tiba-tiba batal puasanya karena “tamu bulanan” datang.



Begitu banyak kejadian dalam kehidupan dimana hal yang sudah kita lakukan dengan sangat baik tiba-tiba gagal total menjelang batas waktu penyelesaian. Bagi saya, itulah pesan dari Allah SWT bahwa yang paling menentukan segala sesuatu terjadi atau tidak hanyalah Allah, bukan kita. Tugas manusia melakukan yang terbaik.

Tentu Anda tahu, pesawat ulang-alik itu disiapkan dengan sangat teliti. Namun, pada Selasa, 28 Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger meledak 73 detik setelah diluncurkan, mengakibatkan kematian tujuh astronotnya. Sesuatu yang dikerjakan dengan sangat teliti dan penuh perhitunganpun bisa gagal berfungsi bahkan meledak.

Kesadaran bahwa segala hal ditentukan oleh Allah SWT membuat kita terhindar dari rasa sombong apabila yang kita lakukan berhasil. Sebaliknya, apabila kita gagal membuat kita tidak mudah berputus asa. Lantas, apabila semua sudah ditentukan oleh Allah, apa dong tugas kita?

Tugas kita adalah melakukan banyak hal dengan strategi dan cara yang terbaik. Anggap saja saat kita melakukan sesuatu, kita sedang menuliskan kebaikan itu di laptop atau kertas. Tugas Allah SWT adalah menghapus bagian mana yang yang tidak baik bagi kita dan membiarkan bagian yang baik bagi kita untuk terus dikembangkan.

Tugas kita yang lain, berprasangka baiklah kepada Allah SWT. Apabila kebaikan yang kita lakukan dengan strategi dan cara yang terbaik ternyata gagal, sadari itu adalah hal terbaik bagi kita saat itu. Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita. Maka, tugas kita yang tak kalah penting adalah janganlah sok tahu apalagi menyalahkan Sang Maha Megetahui.

Salam SuksesMulia!

Sumber : http://jamilazzaini.com/jangan-sok-tahu/