HALAMANKU

Selasa, 10 Februari 2015

Blog, Sarana Belajar Curhat Positif

Saya wanita. Syalalalala. Saya wanita normal. Saya sebagaimana wanita-wanita yang memiliki hormon lengkap normal juga mengidap sindrom perubahan mood yang entah kadang disebabkan oleh apa, bisa menjadi terlalu sensitif bahkan terlalu masa bodoh. Hanya saja, saya diselamatkan oleh lingkungan yang mana menjadikan saya nggak gampang curhat di sembarang tempat. #siapayangnanya woi!

Saya punya beberapa akun social media. Facebook. Twitter. Instagram. Path. BBM. Wasap. Line. Opomeneh. Namun tetapi akun-akun pribadi di socmed-socmed itu dibuka kalau ada perlunya saja. Sharing kalau ada perlunya saja. Bahkan sebagian terancam jamuran dan berkarat. Seperti Facebook dan Path. Gpp lah ya, gratis inih. #siapayangnanya woi!

Mengapa? Karena terlalu banyak informasi singkat yang masuk ke mata saya dalam waktu singkat pada waktu yang hampir-hampir bersamaan. Bahkan terkadang antara satu dan lainnya saling bertolak belakang. Bagi saya itu seperti memecah-mecah otak dan hati saya. Tidak fokus. Jadi ni, dalam satu kali scrolling saya bisa mendapat berita foto cuplikan suka duka, jijik, aneh, neraka, surga, ganteng, miliader, yatim, plus curhat alay, dan gak ketinggalan diskon maksa jualan online. Itu yang facebook. Kalau yang Path, bahkan dia bangun tidur aja pake update. Berasa infotainment pindah ke path, dan artisnya adalah teman-teman saya sendiri. Terus yang mengagumkan lagi, saat saya terlibat dalam rumpian, "eh si itu apa kabar?" dijawab rumpi lain "lagi berentem sama suaminya deh keliatannya, kmrn aku liat di pathnya sih" #dengdong! bener kan infotainment. 

Jadi, saya termasuk wanita yang tidak suka mendapat informasi yang terlalu singkat atau pun menginformasikan sesuatu terlalu singkat. Walaupun saya pernah terjebak seperti itu lalu tobat. Karena biasanya "cerita" yang terlalu singkat itu dipengaruhi oleh emosi. Kalau tidak kan pasti lebih panjang, karena harus pake 5W (what, when, where, why, who) 1H (how). Contoh, ada yang lagi bad mood trus update begini : "Astagaaahhh.... astgahfirullah... sial!*emote" atau "Senangnya dikasih hadiah, terimakasih kesayangan *lope" atau "Baiklah... berubah! *kamenriderkali" udah kan, gitu aja kan biasanya. Bisa tuh dalam sehari lebih dari lima kali update. Setelah ada komentar dengan pertanyaan 5W 1H, pasti emosi yang awalnya meluap langsung perlahan reda, karena pertanyaan-pertanyaan itu bikin otak jadi lebih rasional. Eh tapi bisa sebaliknya! *tepokjidat

Intinya begini. Membiasakan update status emosi sesaat di media sosial itu memanjakan hati untuk kalut dalam perasaan dan membuat otak malas berfikir rasional. Sehingga saya menghindari hal-hal tersebut. Menurut saya akan jauh lebih baik jika kita menuliskannya lebih panjang, bahkan sampai pada solusi. Misal, apa yang membuat kamu sedih atau bahagia, lalu bagaimana cara kamu mendapatkannya lalu kemudian cara kamu bersyukur, itu lebih memotivasi kan, buat diri sendiri dan orang lain yang membaca. Emosi tertumpahkan dengan lebih bijaksana. Insya Allah dengan begitu kita sebagai wanita yang moodnya nano-nano lebih bisa dikontrol. Susah sih? Tapi ya terserah sih, suka-suka kalian sih. Mungkin socmed tercipta untuk tumpahan perasaan itu. Haish, kayak gak bisa milih aja. Cuman nya saya mikir ke anak cucu, setidaknya sikap sabar, menjaga lisan dan akhlak yang baik itu warisan yang lebih berharga daripada iPhone 5. *ups.

Olehkarenadaripada itu, saya belajar dengan menuliskan isi otak dan hati saya melalui blog. Hal ini tidak bisa saya lakukan di twitter, atau socmed yang lain. Bisa tapi bagi saya agak maksa. Blog pribadi gratisan ini belum diniatin sebeken bloger-bloger kelas kakap. Sekedar self-healing, mengisi waktu luang, dan sebagainya yang lebih positif. Berasanya, setelah menulis di blog, luapan-luapan emosi yang rasa-rasanya pengen semua orang tahu jadi hilang seketika. Cukup keluarga atau sahabat terdekat saja yang diajah diskusi langsung. Kekuatan seorang wanita itu ada pada hatinya. Bangunan yang batu batanya tertata rapi lebih kuat daripada bangunan yang batu batanya acak adul. Begitu pula dengan hati kita. Insya Allah dengan menata lintasan pikiran, emosi, dan sebagainya, hati kita semakin bijaksana dan kuat. 

Blog ini, jika ada yang antusias membaca, Alhamdulillah, walaupun mungkin, andai bisa melihat wajah para pembaca diam yang terjebak di blog ini mungkin beginilah ekspresi kalian.... haha



Tersadar bahwa ide-ide tulisan saya sebagian masih dangkal. Atau tidak rapi dalam merangkai kalimatnya, mesti belajar lagi memperdalam makna dengan kata-kata yang lugas. Cie. Lalu, untuk socmed-socmed yang lain, yaa digunakan saja lah seperlunya #alajokowi.

Jumat, 06 Februari 2015

Sifat Tak Pantas dari Calon Istri

Dalam islam dikatakan wanita yang baik pasti akan mendapatkan pria yang baik pula, sebaliknya wanita yang buruk tingkah dan perbuatannya juga mendapatkan pria yang serupa.
DreamWanita merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terindah. Setiap pribadi seorang wanita memiliki sifat lemah lembut dan memiliki karakteristik yang berbeda. Seorang wanita juga sering dikatakan sebagai tombak kesuksesan bagi seorang pria.
Wanita pada akhirnya akan menjadi seorang istri dan juga ibu. Baik buruknya anak juga peran terbesar seorang wanita.

Dalam Islam dikatakan, wanita yang baik pasti akan mendapatkan pria yang baik pula. Sebaliknya wanita yang buruk tingkah dan perbuatannya juga mendapatkan pria yang serupa.
Pria berhak memilih wanita yang seperti apa yang akan mendampinginya hingga ke surga nanti. Bukan menjerumuskannya ke neraka. Menurut pandangan Islam ada baiknya jika seorang pria menghindari ciri-ciri wanita seperti :

1. Al-Anaanah, wanita yang selalu merasa resah dan selalu merasa tidak berkecukupan.


2. Al-Manaanah, wanita yang selalu mengungkit-ungkit dan tidak menghargai apa yang telah diberikan suaminya.

3. Al-Hunaana, wanita yang menginginkan suami atau lelaki lain dan tidak ikhlas menerima suaminya dengan apa adanya.


4. Al-Hudaaqah, wanita yang selalu memaksakan kehendaknya dan melawan segala keputusan yang telah dibuat suaminya.



5. Al-Hulaaqa, wanita yang lupa akan tanggung jawab dan kewajibannya sebagai seorang istri. Seperti mengurus anak, bergosip, dan lebih mementingkan mengurus diri sendiri.



6. As-Salaaqah, wanita yang suka bergosip dan membuka aib keluarga sendiri.




gambar : mbah google aja

Rabu, 04 Februari 2015

Emang situ kenal saya? Eih, jangan sok kenal... :p

Beberapa pakar beneran dan pakar abal-abal yang pendapatnya disebarkan lewat media beneran dan media abal-abal pernah berkesimpulan bahwa media sosial merupakan salah satu cara untuk mengenal kepribadian seseorang. Saya teringat kuliah Psikologi Sosial, saat itu dosen saya mengatakan bahwa media sosial memiliki dua sisi, dimana seseorang menggunakannya sebagai wadah eksistensi, bahasa gaulnya "eksiiiiss" (huruf "i"nya panjang), atau satu lagi sebagai topeng. Lebih detailnya baca buku ya. 

Sehingga, sebagai seorang manusia yang terbatas mata telinga dan hatinya, manalah mungkin kita bisa menilai seseorang hanya dengan melihat media sosial yang ia gunakan. Hati-hati. Jangan-jangan itu adalah prasangka. Nahlho. #istighfar

[gambar dari mbah google]

Tipsnya Umar bin Khattab nih :

Seseorang belum dikatakan mengenal saudaranya apabila ia belum melakukan satu di antara tiga hal berikut: bepergian bersamanya (safar), menginap di rumahnya, atau melakukan muamalah (transaksi hutang-piutang) dengannya.- [Umar bin Khattab]

Jadi, kamu yang terjebak di blog ini, lalu selama tiga hari tiga malam baca isi postingan saya dari awal berdirinya blog sampai postingan terakhir, tetapi kalau belum pernah travelling sama saya, menginap di rumah orang tua saya, atau ditagih-tagih hutang sama saya bisa dosa ya ngata-ngatain saya. Haha. Ngancem. Begitu juga sebaliknya. Tips itu jadi jurus ampuh, kalau tiba-tiba ada yang iseng ngajakin gosip ngalor-ngidul aroma bangkai, #istighfar. Spontan aja bilang,, "hmm gtw juga sih lama gak ketemu, gak kontak juga, gak kenal juga, mungkin itu hanya luarnya aja", lalu cepat-cepat ngomongin makanan. "Laper nih aku" :p