HALAMANKU

Selasa, 30 Juni 2015

Kejahatan dan Kebaikannya

Tinta telah kering, sang penulis telah mengangkat penanya.

Segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan, malam dengan siangnya, gelap dengan terangnya, sedih dengan senangnya, begitu pula kejahatan dengan kebaikannya.

Kita sudah tak heran, ketika siang berlalu, malam pasti menggantikan. Hanya saja siang tidak pernah bertemu dengan malam. Terang tidak pernah bertemu dengan gelap. Tidak ada jarak yang memisahkan mereka, tidak pula ada waktu yang dapat mempertemukan mereka. Biar begitu, mereka tetap berpasangan bukan.

Pun pada kejahatan-kejahatan yang hadir silih berganti dengan kebaikan. Mirip seperti siang dan malam. Kejahatan tidak pernah bertemu dengan kebaikan. Hanya saja mereka tetap berpasangan.
Dibelahan bumi katulistiwa ini kita melihat terang hampir sama lamanya dengan gelap. Namun tidak dengan dasar perbandingan itu, kita menyebut sesuatu sebagai 'pasangan'. Pun bilamana kita melihat kejahatan tidak selalu sama banyaknya dengan kebaikan. Dibelahan bumi lain, ke utara atau selatan mendekati kutub-kutubnya. Lamanya malam tak sebanding dengan lamanya siang. Tak sama tetapi tetap berpasangan. Sepertinya beginilah saya mendapati hikmah.

Oh memang kita pasti ingat kalau semua itu berpasangan. Tidak pernah siang sendirian atau malam sendirian. Tidak pernah ada gelap tanpa terang. Tentunya tidak pernah ada kejahatan tanpa kebaikan. Selamanya. Oh namun kita kadang lupa bahwa berpasangan itu tidak selalu sama porsinya. Berpasangan itu, rupa-rupanya adalah tentang memahami posisi serta memenuhi kewajiban.


Kejahatan dengan pengikutnya tahu bahwa kewajibannya adalah berbuat jahat sampai batas waktu yang mereka tidak ketahui. Begitu pula kebaikan dengan pengikutnya, tidak ada ruang dan waktu yang bisa mempertemukan mereka dengan kejahatan, yang ada hanyalah melakukan kewajiban berbuat baik sampai batas waktu yang ditentukan. Tak usahalah selalu menghitung-hitung berapa banyaknya kejahatan, lebih baik menghitung berapa banyak kebaikan telah dilakukan. Mungkin kita akan mendapati bahwa kebaikan belum cukup menyaingi kejahatan di dunia ini. Karena kejahatan dan kebaikan telah diciptakan pada porsinya masing-masing sebagaimana siang dan malam, gelap dan terang, sedih dan senang.

Jika kita merasa baik, maka jangan membantu yang jahat melakukan kewajibannya. Jika kita merasa jahat, ah penipu, hanya orang baik yang merasa dirinya jahat.

#

"Pergilah keliling bumi wahai musafir. Agar tak terjebak pada sudut katulistiwa saja. Bawalah buah tangan kebaikan wahai musafir, jangan kau bawa kejahatan dari negeri orang, sebagaimana kau tak ingin rumahmu dimasuki perampok. Mintalah perlindungan bagi dirimu duhai musafir pada yang mengizinkan kebaikan dan kejahatan itu terjadi."


Jumat, 19 Juni 2015

Hai, Apa Kabar?

Hai. 
Apa kabar tubuhku? Alhamdulillah kamu tetap sehat ya. Masih bisa bergerak dengan normal. Oh apa? Aku harus bertanya satu per satu? Pada tangan kaki mata perut? Oh ya. Baiklah.


Hai tanganku, apa kabarmu?


Sedikit gelap ya punggung tanganmu. Matahari di sini memang terik. Maaf, lain kali aku akan menggunakan sarung tangan kalau keluar rumah. 
Kalau kamu lelah, aku akan meminta bantuan tangan lain memijatmu. Maaf, aku sering menggunakanmu untuk melakukan ini itu. Tanpa kamu bisa apa aku? Terimakasih ya tetap utuh, kuat dan terampil mematuhiku. Aku berjanji akan menjagamu dari berbuat dosa, agar nanti kamu ikut bersamaku ke surga. Tetapi kamu juga harus berjanji, ketika kuajak tangan kanan bersedekah, tangan kiri harus bersembunyi. Oke? Baiklah, aku pergi menjenguk kakiku dulu ya.





Hai kakiku, apa kabarmu?
Oh ya ampun kamu kekar sekali. Sudah panjang perjalanan kita rupanya ya. Banyak pula bekas luka. Rupa-rupanya kau bersusah payah sembuh sendiri dibalik pakaianku. Maaf, aku sering lalai melihatmu ketika sedang asik bekerja. Terkena becek, tersandung batu, terinjak duri, aih banyak sekali salahku. 

Maaf, besok-besok aku akan lebih berhati-hati. Ini aku sudah menggunakan alas kaki yang nyaman buatmu. 
Aku tidak ingin menyiksamu dengan alas kaki jinjit cantik. Sudah cukup penderitaanmu menahan tubuhku yang tidak ringan ini. Aku berjanji tidak akan membawamu ke tempat-tempat dosa. Asal kamu tetap kuat membawaku ke taman-taman surga ya. Oke? Baiklah aku akan berkunjung ke perutku.




Hai perutku, apa kabarmu?
Hmm ya ya aku tahu. Mungkin kamu sekarang masih sibuk mengolah makanan buka puasaku. Tapi kamu senang kan sejak subuh tadi bisa beristirahat. Untung ya, Allah memerintahkan puasa. Karena aku sangat suka makan, sehari bisa 3-4 kali. Meskipun aku tahu kamu lelah, tapi aku sering memaksamu mengolah makananku karena aku butuh energi untuk beribadah, berfikir, bekerja. 
Maaf ya, kadang aku memasukkan makanan senafsuku, sehingga kamu kewalahan. Andai di dalam sana kamu berkeringat, mungkin keringatmu melebihi keringat kulitku saat sauna. Atau kalau kamu jadi berotot, mungkin kamu sudab six pack. Aih, hebat sekali kamu. Maaf, kalau kadang aku tidak tahu telah memasukkan makanan haram. Seharusnya aku lebih berhati-hati. Lain kali kamu langsung mual atau mencret saja kalau aku ternyata tidak sengaja menelan makanan haram. Kita harus saling menjaga. Oke? Baiklah aku berkunjung ke kepalaku dulu ya.



Hai kepalaku, apa kabarmu?
Ada mata, ada telinga, ada hidung, ada mulut, ada rambut, ada wajah sempurna. Ups, ada sedikit jerawat. Maaf, noda itu pasti karena aku terlalu lelah dan tidur begitu saja tanpa bersih-bersih. Aku tadi sudah berjanji pada tangan, kaki, dan perut untuk berbuat yang baik dan lebih baik. Janjiku pada mereka pasti akan tampak padamu kepalaku. Sama, aku juga akan berjanji pada kalian. Mata dan telinga yang tak pernah lelah untuk menuntut ilmu, aku tidak akan merusakmu dengan melihat dan mendengar yang haram. Dengan begitu pasti kamu akan ikut menasihati mulut agar berbicara yang baik dan halal saja. Bantu ia menahan lidahku agar tidak menyakiti orang lain ya. Mudahkan ia meminta maaf. Selalu ajak untuk tersenyum meski aku tahu kondisi tidak selalu menguntungkan atau bahkan senyum itu tidak dibalas dengan senyum pula. 

Ups, mungkin pertanda gigi harus disikat, boleh jadi ada sisa makanan menempel. Oh atau ada umbel nenyangkut di lubang hidung. Aih. Aku sadar bahwa tak cukup dengan wajah ramah, mukaku harus bersih dan bercahaya seperti Rasulullah. Baiklah, aku akan perawatan ala-ala wanita muslimah super solihah, dengan wudhu, amalan sunnah, dan kosmetik alami. Iya, aku tahu jangan berdandan menor, nanti jadi alay. Aku juga tidak mau berjumpa dengan malaikat kubur dengan wajah suram apalagi menor. Pun nanti berjumpa wajah Allah di surga kelak. Oh aku harus segera berkunjung ke hatiku, aku harus memastikan ia bersih dan terus berdoa.



Permisi, hai, hatiku. 
Iya. Aku selalu tahu kabarmu tanpa bertanya. Hari ini dan kemarin. Aku hanya tidak tahu kabarmu nanti atau besok atau lusa. Aku tahu kamu bisa senang, sehingga bibirku tersenyum lalu tertawa, kamu juga bisa sedih, kemudian air mataku banjir, dan kamu juga lebih banyak khawatir. Oya jangan lupa berdoa ya. Sungguh aku selalu memohon pada Allah agar menjagamu. Kamulah satu-satunya yang bisa membantuku memegang janjiku pada tangan, kaki, perut, dan kepala. Kamu lebih tahu apa-apa yang tidak diketahui oleh tangan, kaki, perut, dan kepala. Ya di saat mereka lelah atau salah kamu berteriak. Oh hatiku jangan kemana-mana ya kecuali mendekat ke arah Allah. Biarkan Allah mendekatimu lebih dekat lagi. Karena hanya disitu aku akan tersungkur dan merenung. Saat aku putus asa seperti kemarin-kemarin aku bergantung padamu, aku sangat-sangat berharap nasihatmu, tentu nasihat sayang yang kau dapatkan dari mendekat pada Allah. Hatiku, berlarilah sekencang-kencangnya pada Allah, setiap kali kamu bersalah. Merangkaklah sekuat tenagamu setiap kali kamu berdosa. Bertahanlah sampai aku nanti mati. Kumohon bersaksilah pada Allah, bahwa engkau sedang mengemis ampunan ketika malaikat misahkanku dari tubuhku. Kumohon.





Hatiku, sini-sini, aku ingatkan bahwa sekarang Ramadhan, satu-satunya bulan yang bisa membuat hati manusia suci maksimal. Ayo-ayo, bantulah aku duhai hati. Bantulah aku agar layak bertemu dengan Allah, agar aku layak mendapat ampunanNya. Tentu aku juga tidak henti meminta bantuan Allah supaya kamu tetap kuat dalam perjalanan mencari ridoNya.

Baiklah. Aku sudah selesai berkunjung hari ini. Andai besok tidak lupa aku akan berkunjung lagi. Jika besok lupa semoga hatiku tidak lupa. Pastilah Allah tidak lupa, dan semoga Ia mengingatkan hatiku. Bilamana itu tidak terjadi, semoga ada hati manusia lain yang mengingatkanku beristighfar.
Dah.

#hikmahsemalam

Rabu, 17 Juni 2015

10 Tips Manajemen Waktu saat Ramadhan 2015



Tulisan ini terjemahan ringkas dari artikel bagus yang sudah Saya share di postingan sebelumnya. Mumpung setan malas yang bisa nggondelin Saya lagi dikekang, jadilah Saya agak rajin menulis ulang dengan lebih ringkas artikel tersebut untuk teman-teman yang mungkin terjeblos diblog ini, namun terlalu sibuk untuk mengartikan artikel bule. Oke. Langsung saja.



1. Perencanaan di awal.
Manajemen waktu dibagi menjadi perencanaan dan aplikasi. Tanpa perencanaan yang memadai, tidak akan ada sesuau yang bisa untuk diterapkan, dan hasilnya Ramadhan akan berlalu begitu saja. Untuk merencanakan Ramadhan, kita harus memahami dengan jelas tujuan (Maqasid) Ramadhan, yakni untuk mencapai ketaqwaan.

2. Hitung, berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk beribadah setiap harinya.
Idealnya, kita semua ingin menghabiskan Ramadhan untuk beribadah 24/7 (24 jam dalam 7 hari). Tetapi ini tidak realistis dan kebanyakan dari kita memiliki kewajiban lain yang harus kita selesaikan juga. Lalu? Tentukan berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk beribadah. Rumusnya sederhana : 24 jam – (waktu tidur, waktu kerja, waktu keluarga) = waktu ibadah.

Misal, Anda memiliki 3 jam waktu ibadah, Anda dapat menjadwalkan dalam : 1 jam membaca Alquran, 1 jam mempelajari ilmu islam, dan 1 ja, untuk dzikir dan berdoa. Konsisten dengan formula ini setiap hari selama sebulan.

3. Tentukan target dengan jelas
Sekarang Anda tahu berapa banyak waktu ibadah yang telah tersedia setiap hari. Langkah berikutnya adalah menetapkan tujuan S.M.A.R.T. Spesific (Spesifik), Measurable (terukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis), dan Time-bound (terikat waktu).

Misal, jika target Anda adalah mempelajari beberapa Tafsir. Hal itu masih terlalu samar. Jika ditargetkan dengan cara S.M.A.R.T maka akan menjadi seperti ini :
"Saya akan menyelesaikan mempelajari buku Tafsir ini 800 halaman. Dalam rangka menyelesaikan 800 halaman dalam 29 hari, saya perlu membaca rata-rata 28 halaman sehari."

4. Alokasikan waktu untuk setiap target.
Saat ini Anda telah mengetahui berapa banyak waktu yang akan Anda gunakan untuk beribadah setiap hari, langkah berikutnya adalah menggabungkan waktu-waktu ibadah tersebut untuk mencapai setiap target.

Misal : Jika Anda memiliki target membaca 30 halaman tafsir setiap hari dengan waktu 1 jam, kemudian Anda tahu bahwa ada waktu satu jam sebelum Tarawih, maka alokasikan waktu satu jam sebelum tarawih itu sebagai waktu Tafsir. Kemudian atur waktu tertentu setiap hari untuk membaca Alquran, mungkin sesudah subuh, dan seterusnya.

5. Memanfaatkan waktu pagi hari.
Pagi hari yang dimaksud disini berbeda-beda berdasarkan zona wilayah dan waktu setiap negara  Secara umum yang diharapkan adalah memanfaatkan waktu-waktu yang tidak kita gunakan untuk bekerja (kantor, mengurus keluarga, berdagang, dll) yakni sebelum subuh (untuk tahajud, zikir, doa) atau setelah subuh sebelum sibuk. Pagi adalah waktu penuh berkah. Gunakanlah!

6. Membuat jadwal halaqa keluarga.
Ramadhan adalah waktu yang tepat bagi keluarga untuk bersam-sama menumbuhkan ima. Setan terkunci dan semua orang menjadi lebih solih. Kesolihan ini perlu dipelihara agar kita bisa mendapatkan keuntungan darinya pasca Ramadhan. Salah satu caranya adalah halaqah keluarga. ^^

7. Dedikasikan waktu setiap hari untuk Alquran.
Ramadhan adalah bulan Alquran, sehingga jelaslah bahwa waktu tersebut harus didedikasikan untuk Alquran. Di beberapa komunitas orang membaca Alquran dengan sangat cepat agar dapat mengkhatamkan Alquran sebanyak mungkin. Lebih baik lagi, jika kita bisa membaca Alquran dengan baik dan benar (hukum tajwidnya), mempelajari tafsir dan merenungkan maknanya. Ini akan memiliki efek lebih lama pada imaan dan taqwa seseorang.

8. Hindari Multi-Tasking.
Ini adalah tips manajemen waktu umum yang berlaku di luar Ramadhan juga. Studi (riset) menunjukkan multi-tasking sebenarnya memperlambat produktifitas dan menyebabkan kecerobohan dalam bekerja. Ahli manajemen waktu modern sepakat bahwa fokus pada satu tugas dalam watu waktu, memiliki kualitas yang lebih baik dan cepat daripada multi-tasking. Jangan mencoba membaca Alquran saat browsing facebook dan mengurus anak dalam waktu yang bersamaan. Pilihlah waktu, tempat dan situasi dimana Anda tidak mudah terganggu dan ibadah Anda menjadi lebih focus.

9. Berpuasa dari bersosialisasi yang berlebihan.
Hal ini termasuk medsos atau tatap muka. Ramadhan adalah bulan Itikaf. Salah satu tujuan Itikaf adalah beristirahat dari kehidupan social sehingga kita bisa fokus pada hubungan kita dengan Allah. Misal dengan kurangi membuka Facebook dan twitter, atau tidak menghadiri pertemuan yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat.

10. Jaga Kesehatan.
Anda tentu tidak dapat mencapai target jika Anda merasa malas, lemah, gelisah atau kurang tidur. Beberapa dari kita terlalu memaksakan diri di awal Ramadhan dan tidak lagi bertenaga diakhir Ramadhan. Pastikan waktu tidur Anda cukup (rata-rata 6-8 jam), hindari terlalu banyak makanan manis dan berminyak, serta makan makanan sehat saat sahur dan berbuka.  Minum banyak air sebelum tidur, agar tubuh tetap terhidrasi.

Semoga Allah membuat Ramadhan ini produktif dan penuh berkah untuk kita semua. Aamiin!

Done! Ramadhan mubarak!

10 Time Management Ttips for Ramadan

This article is so helpfully! Check this out...


The countdown has begun and we have less than a month left until the greatest month of the year, Ramadan knocks at our doors! I’m sure by now most of you are stock-piling the goodies for iftaar and downloading as many resources as possible for Ramadan preparation (which I hope includes my past articles) but the question remains “How can I manage my time well enough to get it all done?”
That is what this article is going to assist you with, insha’Allah. Without any further ado, let’s jump right into our Time Management Tips for Ramadan:
  1. Plan in Advance
Time Management is divided between planning and application. Without adequate planning, there isn’t anything much to apply and the result is another Ramadan that just flies by. To plan for Ramadan, we need to be clear regarding the goals (Maqasid) of Ramadan, which is to attain taqwa. Therefore, our objective of Ramadan should be an increase in guidance and taqwa.
  1. Calculate how much Ibaadah time you will have daily
Ideally, we all want to spend Ramadan performing acts of worship 24/7, but this isn’t realistic and most of us have other obligations that we need to take care of as well. So work out in advance how much time you will have daily for Ibaadah, then set goals to get that much Ibaadah done. The formula is simple: 24 Hours – (Sleep time, Work Time, Family Responsibility) = Ibaadah time.
If for example, you have 3 hours of ibaadah time, you can schedule in an hour of Qur’an reciting, an hour of studying Islam and an hour for dua and Dhikr. You can really get a lot done if you stick with this formula for the entire month.
  1. Set Clear Goals
Now that you know how much Ibaadah time you have available daily, the next step is to set S.M.A.R.T goals. S.M.A.R.T means that the goal is specific, measurable, attainable, realistic and time-bound. For example,  if your goal is to study some Tafsir this Ramadan, the problem with this goal is that it is too vague (which Tafsir), not measurable (How many pages), and not attainable or realistic (does one page of Tafsir fulfil the goal or five books of Tafisr?).
A S.M.A.R.T goal would be: I want to complete studying this 800 page book of Tafsir this Ramadan. In order to complete 800 pages in 29 days, I need to read an average of 28 pages a day.
4. Allocate time for each goal:
Now that your goals for Ramadan are clearly defined and you know how much time you have daily for Ibaadah, the next step is to combine this by allocating specific times daily for chasing each goal. Eg: If you have the goal of reading 30 pages of Tafsir daily and that will take you an hour, and you know that you have an hour a day free every evening before Tarawih, then allocate that time to be your Tafsir time. Set a specific time of the day for reciting Qur’an (perhaps before or after Fajr), making dua (before Iftar), having a family Halaqa (after Asr or after Tarawih) and any other goals you are working towards.
5. Utilize the early hours of the morning:
In Summer countries, Suhoor is quite early and many people can’t wake up too early before it. In that case, I recommend utilizing an hour after Suhoor for Ibaadah. In Winter countries, Suhoor is quite late, so waking up an hour before it is easier. In such countries, I recommend waking up an hour earlier and dedicating that time to Qiyam Al-Layl (Tahajjud), dua and reciting Qur’an. The early mornings are known having Barakah (blessings) and it is a time when we are not pre-occupied with work and family obligations. Use it!
6. Schedule in a family Halaqa:
Ramadan is the perfect time for the family to bond and grow in Imaan together. The devils are locked up and everybody is more spiritual. This spirituality needs to be nurtured so that we can benefit from it after Ramadan. One way to do this is to establish a family Halaqa (study circle). Read a chapter of an Islamic book (or listen to a lecture) then discuss its contents with each other. Continue this even after Ramadan.
7. Dedicate time daily for Qur’an:
Ramadan is the month of Qur’an and so it is obvious that time must be dedicated daily to Qur’an. In some communities, people recite Qur’an very quickly each Ramadan to get it over with or complete as many Qur’an recitals as possible. Instead of doing this, focus on reciting properly, studying the Tafsir and reflecting on its meanings. This will have a longer lasting effect on one’s Imaan and Taqwa.
8. Avoid Multi-Tasking
This is a general time management tip that applies outside Ramadan as well. Studies show multi-tasking actually slows down productivity and causes sloppy work. Modern time management experts agree that focusing on one task at a time gets the task done faster with better quality than multi-tasking. Don’t try to recite Qur’an, while browsing through Facebook and taking care of a child all at the same time. The same applies to studying Tafsir or making dua. Choose a place, time and situation in which you will have the least distractions and give the act of worship your undivided focus.
9. Fast from excessive socializing
This includes both social media and physical socialization. Ramadan is the month of Itikaf. One of the goals of Itikaf is to take a break from our social lives so that we can focus on our relationship with Allah. If you are unable to make Itikaf, you can still get this benefit in Ramadan by cutting down on socializing and dedicating more time to Ibaadah. Attend a few less Iftaar parties, log into Facebook and Twitter for shorter durations and excuse yourself from unnecessary gatherings.
10. Stay Healthy
You cannot accomplish your goals if you are feeling lazy, weak, agitated or sleep-deprived. Some of us do too much during the first few days of Ramadan and end up without any energy to push on for the remainder of Ramadan. Pace yourself and take care of your body by getting enough sleep, eating healthy and staying hydrated.
The average person needs between 6-8 hours sleep a night, so make sure you are getting it, even if it means going to bed a bit earlier. Avoid sugary and oily foods and eat wholesome foods for both Suhoor and Iftaar. Drink a lot of water at night before bed as that will keep you hydrated during the day.
May Allah make this Ramadan a productive and blessed one for all of us. Ameen
We would love to hear time management tips which you follow to get the most out of the blessed Ramadan. Please share in the comments section below. :)
source : 

Selasa, 09 Juni 2015

Ramadhan is Coming

SEKALI LAGI

Nasehat Menjelang Musim Ketaatan (Ramadhan)
Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity hafidzahullah pernah ditanya:

"Wahai Syaikh..
Dengan amalan apa anda menasehati saya dalam menyongsong datangnya musim ketaatan?


Syaikh menjawab:
"Sebaik-baik amalan yang dapat dilakukan dalam menyongsong datangnya musim ketaatan adalah memperbanyak istighfar. Sebab dosa akan menghalangi seseorang dari taufiq Allah (untuk melaksanakan ketaatan)."

Tidaklah hati seorang hamba selalu beristighfar melainkan ia akan disucikan.
- Bila ia lemah, maka akan dikuatkan
- Bila ia sakit, maka akan disembuhkan
- Bila ia diuji, maka ujian itu akan diangkat darinya.
- Bila ia kalut, maka akan diberi petunjuk
- Dan bila ia galau, maka akan diberi ketenangan.


Istighfar merupakan benteng pengaman yang tersisa untuk kita (dari adzab Allah) sepeninggal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Ibnu Katsir rahimahullah, berkata:

"Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, yaitu memperbanyak istighfar, maka Allah akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya."

Maka apa lagi yang kau tunggu? (Perbanyaklah istighfar)


Ibnul Qayyim, rahimahullah, mengatakan:
"Bila engkau ingin berdo'a, sementara waktu begitu sempit, padahal di dalam dadamu dipenuhi oleh begitu banyak hajat (kebutuhan), maka jadikan seluruh isi do'amu berupa permohonan maaf kepada Allah. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi oleh-Nya tanpa engkau memintanya."

Yaa Allah ...
Sesungguhnya engkau Maha pemaaf, mencintai kemaafan, maka ampunilah Aku (*)


(*) NB:

Lafadz do'a di atas:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

"Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu 'anni"
Diterjemahkan Oleh: ACT El-Gharantaly

Minggu, 07 Juni 2015

Mata Minus dan Sholat



Hal ini sangat penting untuk orang-orang yang mata mereka yang lemah dan juga untuk semua orang. Otot mata yang lemah, akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melihat secara akurat.

Untuk memulihkan mata dan menjaga kekuatan ototnya, maka sebaiknya mengikuti sunnah selama sholat. 

Kita harus selalu membuka mata kita selama sujuud, dan ketika berdiri pandangan mata melihat tempat sujuud. Jaga mata Anda tetap fokus pada satu titik tempat sujuud.

Hikmah di balik pandangan mata tetap fokus pada satu titik tempat sujud adalah saat rukuu', otot mata akan menekan lensa mata untuk meningkatkan visi dan saat Anda bangun mata otot mata akan melonggarkan. 

Sementara saat sujuud, lensa mata akan menyusut karena jarak antara mata dengan tempat sujuud memendek, dan ketika Anda bangun lagi itu akan mengendurkan otot-otot mata. 

Bila kita praktikkan setiap hari, maka akan melatih otot-otot mata kita, sehingga mata kita akan sehat. 

Kita dapat melakukan hal ini setiap hari 17 kali atau sebanyak yang kita inginkan.Nabi kita (SAW) selalu memerintahkan untuk membuka mata kita, selama sujuud. Dan sekarang para ilmuwan telah membuktikan bahwa praktek ini bekerja dalam meningkatkan kekuatan penglihatan mata. 
Subhanallah.

Silahkan dibagi dan jangan berhenti dari mendapatkan pahala Allah.
(Sumber : WE LOVE PROPHET MUHAMMAD)

Beruntung. Alhamdulillah dapat artikel ini. Mata saya minus akibat banyak baca. Bukan salah baca bukunya tetapi salah posisi tubuh ketika membaca dan saya baru menyadari setiap kali sujud, reflek merem takut kelilip kain sajadah *doh!

Banyak Tahu vs Banyak Ilmu


Sejak kuliah, Saya sangat menyukai buku-buku yang mengandung teori konspirasi ala Zionis. Selain itu, Saya juga menonton video dokumenter The Arrival yang banyak sekali sub-nya. Takjub, heran, dan wow! Itulah perasaan yang selalu timbul ketika menghabiskan buku-buku itu. Kemudian timbul suasana horor, takut, serta khawatir kala perpaduan audio visual The Arrival dan film-film seperti Angel and Demond, kompak menjadikan suasana tegang. Tiba-tiba Saya menjadi pencuriga. Kecurigaan itu mempengaruhi penilaian saya terhadap seseorang, buku, karya, suratkabar, kedokteran, bahkan makanan. Tentu saja hal seperti ini tidak bisa kita telan mentah-mentah atau tidak kita percaya matang-matang. Saat itu Saya butuh teman diskusi, tidak harus lebih pintar, cukup berfikir lebih terbuka. Hanya saja tidak mudah menemukan teman yang seru ketika diajak berdiskusi tentang ini. Kalaupun ada, dia laki-laki, alih-alih diskusi nanti malah dihasut setan. Akhirnya dengan keterbatasan ilmu, Saya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kasus-kasus, peristiwa, rencana-rencana jahat yang disajikan oleh teori konspirasi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tentang teori konspirasi yang membuat hati dan otak saya membara akhirnya perlahan-lahan padam oleh kesibukan lain. Meski begitu, melewati beberapa tahun, kekhawatiran yang ditinggalkan oleh rasa penasaran tidak bisa lewat begitu saja. 

Mungkin Saya akan menyebut "rasa khawatir" itu dengan nama : tanggung jawab moral atas informasi yang sudah Saya dapatkan. Agak berat ya namanya. Entah. Tiba-tiba Saya merenungkan bahwa banyak tahu itu berbeda dengan banyak ilmu. Agak sulit menjelaskan hal tersebut sampai Saya tertakdir menonton drama korea yang berjudul "Pinocchio". Hahaha. Pertama menonton Pinocchio Saya menertawakan diri sendiri karena "apa? drama korea?" namun justru disitu Saya mendapatkan sebagian hikmah.

Film itu berkisah tentang kehidupan reporter. Dimana saat seorang reporter akan menyajikan sebuah berita yang akan didengar oleh ribuan atau jutaan penonton, ia harus benar-benar memasaknya hingga matang. Semakin detail informasi yang didapat, semakin lengkap investigasi yang dilakukan, dan semakin akurat verifikasi bukti-bukti yang membenarkan sebuah berita maka semakin berbobot berita tersebut beserta reporternya. Juga hal tersebut berkorelasi dengan besarnya dampak yang terjadi pada penonton. Bahkan sekedar pemilihan dan susunan redaksi penyajian, bisa mempengaruhi psikologi penonton. Ada beberapa krisis dalam film ini yang cukup makjleb, dalamnya informasi reporter bisa menjatuhkan seorang pebisnis dan senator "licik" yang sembunyi selama 14 tahun. Fiuh, saya coba refleksikan di paragraf berikutnya.

Memang agak naif membandingkan drama korea dengan realita yang ada. Bahwa ketika dulu Saya banyak menghabiskan waktu untuk mengetahui lebih banyak tentang "konspirasi zionis" ternyata Saya baru pada tahap mengumpulkan informasi. Artinya, jika itu dijadikan sebuah bahan berita, sangat-sangatlah mentah. Kalaupun akhirnya Saya melakukan investigasi dan verifikasi, lalu apa yang akan Saya lakukan? Serta bagaimana dampaknya? Apakah Saya akan membuat film dokumenter? Atau kemudian Saya banting setir berkarir menjadi polisi, inteligen, wartawan, dll. Lalu apakah Saya akan dibunuh oleh orang lain karena menceritakan kejahatan terselubung yang mereka lakukan. Oh jauh sekali. Sangat banyak sekali, dan amatlah panjang. Lalu bagimana dengan informasi-informasi lain tentang politik, tentang narkoba, tentang rokok, tentang pendidikan. Ah, benarlah kalau nyatanya Saya lebih banyak tahu dibanding banyak ilmu. Banyak tahu sekedar menjadikan Saya was-was dan khawatir, dampaknya tidak besar, untuk menjaga diri Saya sendiri utamanya. Sedangkan banyak ilmu, adalah memperdalam informasi, seperti yang digambarkan dalam drama Pinocchio, sehingga memiliki dampak yang lebih besar bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.



Pada akhirnya, ini seperti memilih sebuah profesi dan bersikap profesional. Saya merasa tertampar dengan dangkalnya ilmu yang Saya miliki, ya ya sepertinya Saya baru bisa benar-benar memahami. Bahkan jika kita memilih berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga, jadilah profesional. Tidak ada yang sia-sia dengan banyak tahu, itu pilar-pilar was-was yang menjaga diri dan keluarga, tetapi menjadi ibu profesional, akan berbeda dampaknya bagi diri sendiri, suami, anak-anak, dan keluarga seutuhnya juga masyarakat. Contohnya, seorang ibu banyak tahu rumah sakit bagus dikotanya, sehingga saat anaknya sakit ia akan membawa ke salah satu rumah sakit tersebut. Namun, jika ibu tersebut lebih tahu dokter spesialis anak di rumah sakit mana yang telah menangani banyak kasus penyakit anak, tentu ibu tersebut akan lebih efektif.

Tanggung jawab moral itu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Akan menjadi beban kekhawatiran lebih, jika saat menyerap informasi tentang "teori konspirasi" tetapi Saya justru lebih banyak melihat keluar, memperhatikan musuh, tanpa membekali diri untuk meringankan rasa khawatir itu dengan memilih profesi, memperdalam ilmunya, dan bersikap profesional. 

#CMIIW Allahu'alam.

Mungkin ada ide paragraf yang melompat kalau pembaca tidak pernah menonton Pinocchio. He. Nontonnya fokus ke yang penting. Abaikan roman picisannya. 

Sabtu, 06 Juni 2015

Mobile Banking Supaya Anggun, Tante

Menindaklanjuti tulisan saya dimari : http://destipurnama.blogspot.com/2015/05/please-what-for-tante.html yang setelah saya baca sedikit mengandung emosi. Tiba-tiba kepikiran untuk nunjukin enaknya pakai mobile banking daripada "capek" ngantri di ATM, Tante. 

Saya tertakdir punya dua rekening tabungan di Bank. Jaman tinggal di kota besar, Saya rasa menggunakan satu bank syariah saja sudah cukup. Namun, semenjak pindah ke kota ini terpaksa harus membuat rekening di bank lain. Isinya tidak banyak, hanya untuk sekedar mempermudah transaksi ketika darurat. 

Saya men-screenshot 2 aplikasi mobile banking yang terinstall di hape android jadul saya. Haha. Saya merasa bersyukur meskipun jadul hape saya tetap tepat guna. Saya juga berharap semoga tante-tante yang hobi browsing untuk berbelanja online bisa terjebak di artikel saya yang satu ini, terutama tante yang belum kenal mobile banking (kalau masih ada).

Bukan bermaksud promosi Bank Mandiri. Ini salah satu contoh saja. Sekedar sharing. Sebelum melihat tampilan screenshoot di bawah ini. Tentu kita repot sedikit ke CS bank terdekat agar aplikasi yang sudah terinstall di hape ini bisa beroperasi. Mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan biaya operasional, manfaat, keamanan dan mungkin pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di pikiran. Tanyakan secara lengkap kepada mbak dan mas cs di bank Anda.


 Tampilan awal begini. 

 Kemudian ada security password yang harus diisi.
Ini saya dapatkan waktu ribet dikit sama mbak CS.

 Setelah berhasil log in, inilah beberapa menu yang tersedia.
Minta dan pastikan mbak CSnya menjelaskan semua kegunaan dari menu tersebut.




Dua gambar di atas adalah menu favorit Saya. Haha.
Menu beli pulsa, dan menu transfer. 


Selanjutnya, di bawah ini adalah tampilan mobile banking dari Bank Syariah Mandiri. Awalnya Saya menggunakan Inet Banking BSM dengan harapan bisa dapat fitur yang lebih lengkap. Tetapi ternyata tidak. Jadilah pakai Mobile Banking BSM saja, mengurangi potongan rutin bulanan meski tidak bertransaksi. Jika ingin tahu bedanya Inet Banking dan Mobile Banking BSM, langsung datang ke CS saja ya. 





Diantara menu standar mobile baking, satu menu yang bagus dan saya sukai dari mobile banking BSM adalah fitur ini. Hikmah. Bisa baca-baca hadist. Menu ini jelas tidak ada di Mobile banking mandiri. Seandainya BSM memiliki menu dan fasilitas lengkap, mungkin Saya tidak perlu punya rekening bank Mandiri. Meski belum bisa diandalkan di kota ini, Saya tetap setia dengan Bank Syariah. Eaah. 

Sederhana dan mudah. Gaptek bukan jawaban dari Anda yang memiliki hp mahal tetapi tidak bisa menggunakan mobile banking. Belajar dikit, mungkin akan ketagihan. #ups.