HALAMANKU

Minggu, 15 November 2015

Pilih Pemimpin yang Takut

Mengapa sampai sekarang Anda masih bingung memilih calon walikota atau bupati daerah Anda?

Untuk Anda yang sudah berusia kepala lima enam tujuh. Bukankah sudah berulang kali Anda memilih atau dipaksa memilih? Butuh pelajaran bagaimana lagi? Masa mau salah di soal yang sama terus-menerus.

Untuk Anda yang seperti saya, baru sekali dua kali pengalaman. Tidakkah kita sudah cukup dewasa untuk mengambil hikmah kesalahan orang tua kita? Atau kebijaksanaan mereka memilih pemimpin daerah yang benar. 

Untuk Kamu, yang belum atau baru punya ktp. Jangan sampai kalah cerdas atau kalah bodoh dengan kakak kakak orang tua pendahulu2mu. Hari gini lho? Plis. Internet dimana-mana.


Mengapa sampai sekarang Anda masih bingung memilih calon walikota atau bupati daerah Anda?

Tanyakan pada hati nuranimu terdalam. Wahai muslim penduduk mayoritas negara ini. Jangan pura2 buta. Lalu jawablah pertanyaan ini dengan yakin.

Pemimpin seperti apa yang Anda inginkan?
1. Yang solih apa yang belum solih?
2. Yang sholat lima waktu atau yang bolong2 sholatnya?
3. Yang sholat berjamaah di masjid atau yang males-malesan sholat berjamaah?
4. Yang puasanya full atau yang puasanya bolong2?
5. Yang lancar baca alquran atau yang jarang pegang alquran?
6. Yang takut sama Tuhan atau yang meremehkan dosa-dosa?
7. Yang anak istri keluarganya solih atau yang anak istri keluarganya berantakan?
8. Yang tidak suka korupsi atau yang meremehkan penyuapan dalam pemilu?


Yang mana? Jawablah dengan jujur demi keluargamu istri suami dan anak2 cucu2mu kelak?

Yang rendah hati atau yang sombong?
Jika sombong itu sifat iblis. Maka cukuplah sombong itu orang yang tidak takut dengan Tuhannya, tidak takut masuk neraka. Iya kan? Jika dia sendiri saja tidak takut masuk neraka? Apa pedulinya dengan dirimu?

Apakah ketika dia memberimu uang suapan, dia peduli dengan nasibmu di alam kubur dan di akhirat kelak? Dia sama sekali tidak peduli kamu berdosa. Karena dia juga tidak takut berdosa. 
Bagaimana mungkin kamu bisa memilih pemimpin seperti itu? OMG.

Logika tolong dipakai. Jika jumlah penduduk di kotamu 100rb orang. Lalu dia menyuap setiap orang dengan uang minimal 100rb. Berapa biaya yang keluar? 10.000.000.000. Hanya orang bodoh yang mengeluarkan uang sebanyak itu tanpa berharap kembali. Kembali darimana? Paling masuk akal ya meretelin APBD. Anda jangan ikutan bodoh. Biarkan dia menanggung akibat kebodohanya. Jangan pilih pemimpin bodoh begini. Biar dia luntang lantung cari uang untuk mengembalikannya. Biar dia menanggung dosanya sendiri. Bukan kamu, anakmu, keluargamu.

Kenapa sih gak pakai logika yang gampang saja. Kalau Anda ngerti, Allah akan membantu hambaNya yang bertaqwa rajin ibadah solih dan takut dosa gak nyuap. Ya pilih dia dong sebagai pemimpin daerahmu. Atau Anda sendiri yang gak yakin sama Allah? Jadi sebenarnya Anda yang gak yakin kalau Allah membantu pemimpin yang solih dan bertaqwa? OMG.

Plis. Pakai hati nurani Anda. Cari tahu daerah2 mana yang pemimpinnya solih dan bertaqwa. Apa yang terjadi? Plis. Pakai otak dan internetmu untuk berfikir. Jangan kehasut dengan data yang gak bisa dibuktikan didepan matamu, dengan omongan yang tidak jelas sumbernya. Cari tahu sendiri. Demi kamu, anak istri suami mu, keluargamu. 

Pilih pemimpin yang Takut pada Allah, yang Takut menyuap karena takut berdosa. Jika ia Takut pada Tuhannya, saya yakin dia akan melayanimu, mengabdi pada rakyat dengan baik. Cukuplah Muhammad saw nabimu serta para sahabatnya, wahai saudara muslimku, mereka telah membuktikannya. Coba sekarang dibuktikan di kotamu.

Kalau ada calon walikota atau bupati yang seperti itu dan tidak kamu pilih, yaa mungkin kamu sedang menolak rejeki yang dikasih sama Allah. Gitu aja sih. Dosamu dosamu (keluarga anak cucu) dosaku dosaku. 

Allahu'alam.

Rabu, 11 November 2015

Bilamana Allah mencintaimu?

Apabila kita telah mengetahui bahwasanya Allah swt menghramkan surga bagi mereka yag kufur terhadapNya, maka dari itu kita tahu bahwa sebesar-besar nikmat ialah nikmat islam. Dan apabila Allah menghendaki kebaikan maka ia dimatikan dalam beragama islam. 

Dan Nabi pernah bersabda :
"Wahai yang menetapkan hati-hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu."
Dan Nabi saw memberi tahu tanda-tanda fitnah akhir zaman, orang yang malamnya muslim, dan paginya kafir, atau paginya ia kafir, dan petangnya dia beriman. Dan hari ini kita lihat sekeliling kita, berbagai perkara yang disebarkan yang berbentuk syubhat dan yang berbentuk syahwat lalu semua itu dapat menyebabkan seseorang berpaling dari agamanya.

Tetapi Allah yang Maha Tinggi apabila mencintai seorang hamba maka akan diwafatkan dia didalam islam.

Setiap perkara yang ditarik dari kita pasti akan ada gantinya (dari Allah) kecuali agama (maka tiada gantinya). Dan apabila Allah mencintaimu, maka akan diwafatkan dalam islam.

Supaya engkau mati dalam keadaan islam, jadikanlah hatimu gembira tatkala engkau menyembah Allah. Sebagian orang apabila melakukan suatu perkara yang mubah/makruh, seperti menghadiri suatu pertandingan atau majelis keramaian, dia gembira menghadirinya. Kita mengambil faedah "kegembiraan" tersebut.

Bagaimana engkau tahu bahwa engkau tetap di atas agama islam ialah apabila engkau merasa gembira tatkala engkau mentaati Allah. Jangan dilakukan suatu ibadah itu semata-mata untuk menyelesaikannya. Tetapi lakukan sesuatu ketaatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

wafat dalam keadaan islam lebih baik daripada mati dalam keadaan kufur. Sebagaimana doa para orang solih :
"Ya Allah sesungguhnya aku mencintaimu walaupun aku bermaksiat kepadaMu"

"Ya Allah, aku bukanlah seorang yang lepas dari dosa maka aku memohon ampun dan bukanlah aku orang yang kuat (dalam ibadah) maka aku mohon pertolongan dan tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah"

Dan apabila Allah menetapkan bagimu untuk sholat subuh berjamaah, setelah keluar dari masjid, hadirkanlah kegembiaraan (perasaan gembira) bahwasanya Allah dengan rahmatNya telah membangunkanmu berdiri di hadapanNya dan membawa engkau bergerak menuju rumahNya (masjid). Inilah yang kita harapkan. Mereka yang apabila allah inginkan kebaikan untuk mereka, mereka ditetapkan dan dimatikan di agama ini. Dan tidak ada kegembiraan yang lebih besar bagi seorang hamba selain kegembiraannya terhadap islam. Dan sebagaimana semua telah tahu seorang hamba mestilah bersyukur karena menjadikannya seorang mulim. Kita semua dengan rahmat Allah dilahirkan muslim, yakni Allah memberi kita islam tanpa kita memintanya, maka semoga Allah mengurniakan kepada kita syurga tatkala kita memintanya.

...

Aamiin. Tulisan ini diambil dari sebuah tausyiah ulama Arab Saudi yang divideokan serta diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Saya hanya ingin memperpanjang 'jangkauannya' dengan menuliskan tausyiah menyentuh ini apabila quota inet mas dan mbaknya tidak mampu memutar videonya. 

Allahu'alam.

Senin, 09 November 2015

Merespon Penghinaan

Segala puji hanya milik Allah Swt. Dzat Yang Maha Suci dari segala kekurangan. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah Saw. Insan pilihan Allah Swt. sebagai suri teladan bagi seluruh alam.

Saudaraku, dalam hidup ini kita sebagai makhluk yang tiada pernah luput dari kesalahan, tidak pernah bisa menyenangkan hati semua orang. Dalam setiap sikap kita, selalu saja ada yang suka dan tidak suka. Sebesar apapun usaha kita untuk berbuat kebaikan, akan ada saja yang bersimpati dan yang tidak.



Jangankan kita yang merupakan manusia biasa, bahkan nabi Muhammad Saw. yang sudah dijamin oleh Allah Swt. bersih dari dosa (ma’shum), tetap ada yang mencintai dan ada pula yang membencinya. Nabi Muhammad Saw. yang sedemikian mulia akhlaknya, dikenal amanah dan jujur sejak belia, tetap saja ada yang menyakiti dan menghinanya.

Bahkan, orang-orang di masa kini pun ada yang membenci Rasulullah Saw. Sampai-sampai ada yang berani membuat berbagai karikatur yang berisi penghinaan terhadap beliau. Ada juga yang menulis berbagai fitnah tentang beliau.

Namun, apakah berbagai penghinaan itu mengurangi kemuliaan Rasulullah Saw.? Sedikitpun tidak! Rasulullah Saw. tetap diakui sebagai sosok yang paling agung dan paling berpengaruh di dunia.
Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?” Rasulullah Saw. menjawab, “Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu hari di mana aku menemui kaum di kampung Aqabah (Thaif), ketika aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam).

Akan tetapi, dia tidak memenuhi permintaanku. Akupun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu). Ketika aku berhenti di Qarnul Tsa’alib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, malaikat Jibril memanggilku dan bertanya, “Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu.”

Kemudian, malaikat menawarkan kepada Rasulullah Saw. apakah beliau mau jika dua gunung yang ada di kota Mekkah ditimpakan kepada mereka sebagai pembalasan. Namun, bagaimana jawaban Rasulullah Saw.?

Rasulullah Saw. yang mulia menolak tawaran itu. Tidak terbersit sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka. Rasulullah Saw. justru mendoakan mereka, “Aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah! Saudaraku, dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran berharga. Bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah membalas sikap buruk orang lain kepada beliau dengan keburukan. Rasulullah Saw. justru tetap melanjutkan perbuatan baik terhadap mereka.

Salah satu cara Rasulullah Saw. menyikapi hinaan adalah dengan mendoakan orang-orang yang menghinanya. Beliau mendoakan agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah Swt. sehingga bisa berada di jalan yang lurus. Rasulullah Saw. memahami bahwa yang bisa beliau lakukan adalah menyeru mereka kepada kebaikan, adapun hidayah adalah kekuasaan Allah Swt.

Oleh karena itu saudaraku, janganlah membalas hinaan orang kepada kita dengan perbuatan yang sama. Sungguh tidak berbahaya hinaan orang itu. Yang berbahaya adalah jika kita yang melakukan penghinaan itu. Hinaan orang tidaklah berbahaya, yang berbahaya adalah jika kita melakukan perbuatan hina.

Jangan membalas hinaan dengan hinaan, karena sesungguhnya orang yang melontarkan ucapan-ucapan buruk tiada lain adalah sedang memperlihatkan keburukan dirinya sendiri. Bukankah moncong teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam teko. Jika isinya air jernih, maka yang keluarpun jernih. Jika isinya air kotor, maka itulah yang keluar.

Semoga Allah Swt. melimpahkan hidayah kepada kita sehingga setiap ucapan dan tindakan kita senantiasa terjaga dan terpelihara. []        

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Senin, 02 November 2015

Al Quds Parenting

Eh saya mau sharing. Ceritanya ada undangan dari seorang teman untuk menghadiri talkshow parenting. Awalnya senaaaaang, akhirnya ada seminar dari pembicara asal Jakarta. Jarang Bontang ku ini dikunjungi pembicara nasional. Lalu tiba-tiba saya kehasut mikir eh belum punya anak juga, entar lah belajar parentingnya dan lalu cenderung malas datang soalnya temanya "Al Quds Parenting" plus sayanya belum kenal pembicaranya.  Apa tuh Al Quds? Akan namun, saya tetap datang karena saya mikir lagi "kan mumpung belum punya anak, jadi sedia payung sebelum hujan ~sedia ilmu parenting sebelum jadi parent. Daan luar biasa ternyata keren banget! Gini kurang lebih isinya.


Baru sebentar nyimak rasanya sudah ketampar-tampar. Tamparan pertama. Kita dilihatin video anak Palestina yang beraninya luar biasa. Saya jadi inget waktu Bontang sempat digaungkan sirine panjang (artinya ada kecelakaan kerja di Pabrik PT Badak), teman-teman pada panik kalau pabrik meledak? Ngungsi kemana? intinya kita masih pada takut mati ketika itu. 180 derajat berbeda dengan orang-orang Palestina yang bahkan gak perang aja mereka sudah disiapkan menjemput kematian atau gempuran peluru. #plak

Tamparan kedua. Jika setiap hari mereka harus rela kehilangan keluarga (ayah, suami, istri, anak, saudara). Enak nyerah aja kan sama musuh? Daripada mempertahankan diri yang mana setiap hari harus ditinggalkan orang-orang kesayangan, menangis, kesepian, dan banyak kesedihan lain (kalau mereka mau bersedih). Tetapi justru mereka menunjuk diri sebagai "penjaga" tanah waqaf warisan umat islam. Masdjidnya umat islam di Palestina. Ibarat di vatikan ada gereja vatikan milik umat nasrani. Maka kita yang muslim ini punya masjid umat yaitu Masjidil Al Aqsa. Cuman kita sering gak sadar kalau kita punya masjid umat islam level internasional dan itu masjid mau direbut sama pembenci islam. Namanya rebutan yak, segala cara akan dilakukan, termasuk mati. Bedanya kalau mereka mati membela Al Aqsa demi umat islam, matinya syahid, langsung express ke surga. Oleh karena itu mereka berlomba-lomba menjemput surga dengan syahid. Nah kita? Ngapain? #plak



Tamparan ketiga. Mengapa anak-anak Palestina bisa seberani itu? Ya karena keteladanan orang tuanya. Ibu bapaknya. Setiap kali ada yang wafat, wajah ayah-ayah mereka sebagian tersenyum. Isyarat bahwa cita-cita mereka tercapai. Anaknya si bapak yang wafat tadi gmn coba kehilangan bapaknya? Sedih. Nangis. iya wajar. Tetapi ia sadar bahwa dirinyalah yang juga akan meneruskan cita-cita bapaknya itu. Siapa yang tidak mau meninggal dengan wangi harum dan wajah tersenyum. Lalu bagaimana dengan ibunya? Aduuuuh. Luar biasa memang. Tamparan ketiga ini sangat menghantam saya. Bagaimana tidak? Sebagai wanita yang perasaannya lebih sensitif, mereka para ibu-ibu di Palestina harusnya kan meratap yak. Putus asa. Mikir, gimana nasib? Suami meninggal, siapa cari nafkah, anak-anak makan apa? Anaknya yang lain juga wafat padahal udah bertahun-tahun dirawat dengan cinta. BIG NO!! buat ibu-ibu di sana. Sedih wajar. Tetapi merekalah yang kemudian membisikkan ke anak-anaknya bahwa mereka harus berani dan kuat, mereka harus syahid juga kelak, bahwa Allah sajalah yang akan menjaga mereka. Ibu-ibu di sana percaya bahwa anak-anaknya yang syahidlah yang akan menyelamatkan mereka kelak di akhirat. Investasi akhirat yang tidak bisa dibeli oleh emas sekarat-karat apapun. Lah kita? Listrik mati aja udah rempong banget yak. #plak



Tamparan keempat. Dalam hati saya "Kok bisaaaaa mereka kayak gitu? Kok bisa ada ibu sekuat dan sesabar itu?" Lalu saya simak lagi kalimat-kalimat pembicara. Ibu Nurjanah yang sudah dua kali ke Palestina bercerita, bahkan sebagai ibu kita harus berjuang keras untuk tidak mengeluh di depan anak. Se capeek apapun, se menderita apa pun, di depan anak harus tegar. Tidak boleh membanding-bandingkan nasib. Tidak boleh membentak-bentak anak. Jangan sampai anaknya kena marah gara-gara stress akhir bulan "aduh jajan terus, ibu gak punya uang, ni liat ni dompet ibu kosong!". Jleb! Jangan ngeluh soal apapun ke anak karena itu tidak ada gunanya. Keluhkan semuanya hanya pada Allah saja. Sekalinya kita mengeluh atau muring-muring di dapur bisa jadi itu sebab tidak makbulnya doa-doa kita. 
"Gimanaaa gimanaaa caranya bisa nahan emosi begituuu?" Allahu Rahim saya terpana. Ibu Nurjanah mengatakan bahwa kuncinya adalah ibadah dan Alquran. Semakin berat ujian dalam keluarga, maka seharusnya semakin sering kita beribadah, berzikir, dan berinteraksi dengan Alquran. Contoh kecil, ditinggal pembantu kan otomatis kerjaan rumah nambah. Biasanya bisa tilawah 1 juz, pembantu pulang eh tilawah bolong-bolong. Tidak begitu. Kebalik. Seharusnya kita tilawah 2 juz. Kita kadang lebih banyak mengeluhnya daripada ibadahnya makanya stress. Anak bandel. Caranya bukan fokus marah-marahin anak biar anteng. Tetapi kita banyakin benerin diri tilawah zikir sodaqoh. Keluarga didera ujian. Bukan fokus sama ujiannya, tetapi fokus membersihkan diri dari dosa-dosa diri sendiri. Udah gitu aja sebenernya. Mendekat pada Allah, membersihkan hati-hati kita yang kotor.


Tamparan kelima. Allahu Akbar. Di Palestina, ibu bapak anak, anak tetangga, anak satu kompleks adalah penghafal Alquran. Anak usia 2 tahun bisa menghafal 30 juz dalam 2 bulan. Menghafal 30 juz dalam waktu yang singkat. Aktivitas sehari-hari di bulan biasa mereka bisa murajaah 5 juz dan di bulan Ramadhan 10 juz. Tidak heran kalau kemana-mana mereka selalu membawa tasbih. Mulut yang selalu basah dengan pujian pada Allah dan istighfar. Semua kesabaran dan keberanian mereka berasal dari Alquran. Bukan yang lain. Kita mah kemana-mana bawa hape, gak tau dah dipake buat zikir apa selfie mulu sama update status. Begimana euy. Mau surga tapi masih begini! #plak



Tamparan demi tamparan membuat saya menangis. Kecewa sama pemerintah (pendidikan, ekonomi, ketahanan, pembangunan) tapi kita sendiri masih jauh dari Allah yang memegang hati para pemimpin itu. Akhirnya, saya lebih kecewa pada diri saya sendiri. Tidak usah tengok kanan kiri, orang lain. Tapi ke dalam diri. Betapa cemennya, betapa sangat kurangnya kita memanfaatkan nikmat yang sudah diberikan oleh Allah. Betapa tidak tahu diri nya kita pada saudara kita yang menjaga warisan umat Islam di sana. Betapa tukang mengeluhnya kita. Lalu apa selanjutnya yang harus saya lakukan? Saya sudah belajar, memproses hati saya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau, tetapi sampai saat ini belumlah layak diri bersujud di Al Aqsa. Setiap kali kita bertanya kita bisa bantu apa? Mereka tidak pernah menjawab kami butuh duit. Tidak. Harga diri mereka untuk Allah jauh lebih tinggi. Jawaban mereka hanyalah bantu dengan doa dan perbaiki diri kalian sendiri semaksimal mungkin agar kelak mungkin kalianlah yang ditunjuk Allah menjaga dan memenangkan umat islam di dunia dengan kemerdekaan Al Aqsa. Menyaksikan video rekaman yang menampar dan menyayat hati, tangan mana yang tidak mau mengulurkan bantuan pada mereka. Dan beryukurlah jika hati kita sudah bisa seperti itu. Artinya Allah memberi kita kesempatan untuk membela Masjid kita umat islam dari jauh, dengan cara memberikan bantuan doa, dana, jasa, sekecil apapun yang ada pada kita. Ya, kesempatan selagi kita hidup sekarang. Dan pun jika kita diberikan kesempatan punya anak kelak, niatkan dalam hati agar bisa terus memperbaiki diri dalam mendidik anak-anak amanah ini menjadi sekuat anak-anak Palestina Al Hafidz. Sekian sharing tamparan dari saya, banyaak yang belum bisa saya tulis. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. 

Allahu'alam bisowab.