HALAMANKU

Minggu, 15 November 2015

Pilih Pemimpin yang Takut

Mengapa sampai sekarang Anda masih bingung memilih calon walikota atau bupati daerah Anda?

Untuk Anda yang sudah berusia kepala lima enam tujuh. Bukankah sudah berulang kali Anda memilih atau dipaksa memilih? Butuh pelajaran bagaimana lagi? Masa mau salah di soal yang sama terus-menerus.

Untuk Anda yang seperti saya, baru sekali dua kali pengalaman. Tidakkah kita sudah cukup dewasa untuk mengambil hikmah kesalahan orang tua kita? Atau kebijaksanaan mereka memilih pemimpin daerah yang benar. 

Untuk Kamu, yang belum atau baru punya ktp. Jangan sampai kalah cerdas atau kalah bodoh dengan kakak kakak orang tua pendahulu2mu. Hari gini lho? Plis. Internet dimana-mana.


Mengapa sampai sekarang Anda masih bingung memilih calon walikota atau bupati daerah Anda?

Tanyakan pada hati nuranimu terdalam. Wahai muslim penduduk mayoritas negara ini. Jangan pura2 buta. Lalu jawablah pertanyaan ini dengan yakin.

Pemimpin seperti apa yang Anda inginkan?
1. Yang solih apa yang belum solih?
2. Yang sholat lima waktu atau yang bolong2 sholatnya?
3. Yang sholat berjamaah di masjid atau yang males-malesan sholat berjamaah?
4. Yang puasanya full atau yang puasanya bolong2?
5. Yang lancar baca alquran atau yang jarang pegang alquran?
6. Yang takut sama Tuhan atau yang meremehkan dosa-dosa?
7. Yang anak istri keluarganya solih atau yang anak istri keluarganya berantakan?
8. Yang tidak suka korupsi atau yang meremehkan penyuapan dalam pemilu?


Yang mana? Jawablah dengan jujur demi keluargamu istri suami dan anak2 cucu2mu kelak?

Yang rendah hati atau yang sombong?
Jika sombong itu sifat iblis. Maka cukuplah sombong itu orang yang tidak takut dengan Tuhannya, tidak takut masuk neraka. Iya kan? Jika dia sendiri saja tidak takut masuk neraka? Apa pedulinya dengan dirimu?

Apakah ketika dia memberimu uang suapan, dia peduli dengan nasibmu di alam kubur dan di akhirat kelak? Dia sama sekali tidak peduli kamu berdosa. Karena dia juga tidak takut berdosa. 
Bagaimana mungkin kamu bisa memilih pemimpin seperti itu? OMG.

Logika tolong dipakai. Jika jumlah penduduk di kotamu 100rb orang. Lalu dia menyuap setiap orang dengan uang minimal 100rb. Berapa biaya yang keluar? 10.000.000.000. Hanya orang bodoh yang mengeluarkan uang sebanyak itu tanpa berharap kembali. Kembali darimana? Paling masuk akal ya meretelin APBD. Anda jangan ikutan bodoh. Biarkan dia menanggung akibat kebodohanya. Jangan pilih pemimpin bodoh begini. Biar dia luntang lantung cari uang untuk mengembalikannya. Biar dia menanggung dosanya sendiri. Bukan kamu, anakmu, keluargamu.

Kenapa sih gak pakai logika yang gampang saja. Kalau Anda ngerti, Allah akan membantu hambaNya yang bertaqwa rajin ibadah solih dan takut dosa gak nyuap. Ya pilih dia dong sebagai pemimpin daerahmu. Atau Anda sendiri yang gak yakin sama Allah? Jadi sebenarnya Anda yang gak yakin kalau Allah membantu pemimpin yang solih dan bertaqwa? OMG.

Plis. Pakai hati nurani Anda. Cari tahu daerah2 mana yang pemimpinnya solih dan bertaqwa. Apa yang terjadi? Plis. Pakai otak dan internetmu untuk berfikir. Jangan kehasut dengan data yang gak bisa dibuktikan didepan matamu, dengan omongan yang tidak jelas sumbernya. Cari tahu sendiri. Demi kamu, anak istri suami mu, keluargamu. 

Pilih pemimpin yang Takut pada Allah, yang Takut menyuap karena takut berdosa. Jika ia Takut pada Tuhannya, saya yakin dia akan melayanimu, mengabdi pada rakyat dengan baik. Cukuplah Muhammad saw nabimu serta para sahabatnya, wahai saudara muslimku, mereka telah membuktikannya. Coba sekarang dibuktikan di kotamu.

Kalau ada calon walikota atau bupati yang seperti itu dan tidak kamu pilih, yaa mungkin kamu sedang menolak rejeki yang dikasih sama Allah. Gitu aja sih. Dosamu dosamu (keluarga anak cucu) dosaku dosaku. 

Allahu'alam.

Rabu, 11 November 2015

Bilamana Allah mencintaimu?

Apabila kita telah mengetahui bahwasanya Allah swt menghramkan surga bagi mereka yag kufur terhadapNya, maka dari itu kita tahu bahwa sebesar-besar nikmat ialah nikmat islam. Dan apabila Allah menghendaki kebaikan maka ia dimatikan dalam beragama islam. 

Dan Nabi pernah bersabda :
"Wahai yang menetapkan hati-hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu."
Dan Nabi saw memberi tahu tanda-tanda fitnah akhir zaman, orang yang malamnya muslim, dan paginya kafir, atau paginya ia kafir, dan petangnya dia beriman. Dan hari ini kita lihat sekeliling kita, berbagai perkara yang disebarkan yang berbentuk syubhat dan yang berbentuk syahwat lalu semua itu dapat menyebabkan seseorang berpaling dari agamanya.

Tetapi Allah yang Maha Tinggi apabila mencintai seorang hamba maka akan diwafatkan dia didalam islam.

Setiap perkara yang ditarik dari kita pasti akan ada gantinya (dari Allah) kecuali agama (maka tiada gantinya). Dan apabila Allah mencintaimu, maka akan diwafatkan dalam islam.

Supaya engkau mati dalam keadaan islam, jadikanlah hatimu gembira tatkala engkau menyembah Allah. Sebagian orang apabila melakukan suatu perkara yang mubah/makruh, seperti menghadiri suatu pertandingan atau majelis keramaian, dia gembira menghadirinya. Kita mengambil faedah "kegembiraan" tersebut.

Bagaimana engkau tahu bahwa engkau tetap di atas agama islam ialah apabila engkau merasa gembira tatkala engkau mentaati Allah. Jangan dilakukan suatu ibadah itu semata-mata untuk menyelesaikannya. Tetapi lakukan sesuatu ketaatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

wafat dalam keadaan islam lebih baik daripada mati dalam keadaan kufur. Sebagaimana doa para orang solih :
"Ya Allah sesungguhnya aku mencintaimu walaupun aku bermaksiat kepadaMu"

"Ya Allah, aku bukanlah seorang yang lepas dari dosa maka aku memohon ampun dan bukanlah aku orang yang kuat (dalam ibadah) maka aku mohon pertolongan dan tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah"

Dan apabila Allah menetapkan bagimu untuk sholat subuh berjamaah, setelah keluar dari masjid, hadirkanlah kegembiaraan (perasaan gembira) bahwasanya Allah dengan rahmatNya telah membangunkanmu berdiri di hadapanNya dan membawa engkau bergerak menuju rumahNya (masjid). Inilah yang kita harapkan. Mereka yang apabila allah inginkan kebaikan untuk mereka, mereka ditetapkan dan dimatikan di agama ini. Dan tidak ada kegembiraan yang lebih besar bagi seorang hamba selain kegembiraannya terhadap islam. Dan sebagaimana semua telah tahu seorang hamba mestilah bersyukur karena menjadikannya seorang mulim. Kita semua dengan rahmat Allah dilahirkan muslim, yakni Allah memberi kita islam tanpa kita memintanya, maka semoga Allah mengurniakan kepada kita syurga tatkala kita memintanya.

...

Aamiin. Tulisan ini diambil dari sebuah tausyiah ulama Arab Saudi yang divideokan serta diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Saya hanya ingin memperpanjang 'jangkauannya' dengan menuliskan tausyiah menyentuh ini apabila quota inet mas dan mbaknya tidak mampu memutar videonya. 

Allahu'alam.

Senin, 09 November 2015

Merespon Penghinaan

Segala puji hanya milik Allah Swt. Dzat Yang Maha Suci dari segala kekurangan. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah Saw. Insan pilihan Allah Swt. sebagai suri teladan bagi seluruh alam.

Saudaraku, dalam hidup ini kita sebagai makhluk yang tiada pernah luput dari kesalahan, tidak pernah bisa menyenangkan hati semua orang. Dalam setiap sikap kita, selalu saja ada yang suka dan tidak suka. Sebesar apapun usaha kita untuk berbuat kebaikan, akan ada saja yang bersimpati dan yang tidak.



Jangankan kita yang merupakan manusia biasa, bahkan nabi Muhammad Saw. yang sudah dijamin oleh Allah Swt. bersih dari dosa (ma’shum), tetap ada yang mencintai dan ada pula yang membencinya. Nabi Muhammad Saw. yang sedemikian mulia akhlaknya, dikenal amanah dan jujur sejak belia, tetap saja ada yang menyakiti dan menghinanya.

Bahkan, orang-orang di masa kini pun ada yang membenci Rasulullah Saw. Sampai-sampai ada yang berani membuat berbagai karikatur yang berisi penghinaan terhadap beliau. Ada juga yang menulis berbagai fitnah tentang beliau.

Namun, apakah berbagai penghinaan itu mengurangi kemuliaan Rasulullah Saw.? Sedikitpun tidak! Rasulullah Saw. tetap diakui sebagai sosok yang paling agung dan paling berpengaruh di dunia.
Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?” Rasulullah Saw. menjawab, “Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu hari di mana aku menemui kaum di kampung Aqabah (Thaif), ketika aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam).

Akan tetapi, dia tidak memenuhi permintaanku. Akupun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu). Ketika aku berhenti di Qarnul Tsa’alib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, malaikat Jibril memanggilku dan bertanya, “Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu.”

Kemudian, malaikat menawarkan kepada Rasulullah Saw. apakah beliau mau jika dua gunung yang ada di kota Mekkah ditimpakan kepada mereka sebagai pembalasan. Namun, bagaimana jawaban Rasulullah Saw.?

Rasulullah Saw. yang mulia menolak tawaran itu. Tidak terbersit sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka. Rasulullah Saw. justru mendoakan mereka, “Aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah! Saudaraku, dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran berharga. Bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah membalas sikap buruk orang lain kepada beliau dengan keburukan. Rasulullah Saw. justru tetap melanjutkan perbuatan baik terhadap mereka.

Salah satu cara Rasulullah Saw. menyikapi hinaan adalah dengan mendoakan orang-orang yang menghinanya. Beliau mendoakan agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah Swt. sehingga bisa berada di jalan yang lurus. Rasulullah Saw. memahami bahwa yang bisa beliau lakukan adalah menyeru mereka kepada kebaikan, adapun hidayah adalah kekuasaan Allah Swt.

Oleh karena itu saudaraku, janganlah membalas hinaan orang kepada kita dengan perbuatan yang sama. Sungguh tidak berbahaya hinaan orang itu. Yang berbahaya adalah jika kita yang melakukan penghinaan itu. Hinaan orang tidaklah berbahaya, yang berbahaya adalah jika kita melakukan perbuatan hina.

Jangan membalas hinaan dengan hinaan, karena sesungguhnya orang yang melontarkan ucapan-ucapan buruk tiada lain adalah sedang memperlihatkan keburukan dirinya sendiri. Bukankah moncong teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam teko. Jika isinya air jernih, maka yang keluarpun jernih. Jika isinya air kotor, maka itulah yang keluar.

Semoga Allah Swt. melimpahkan hidayah kepada kita sehingga setiap ucapan dan tindakan kita senantiasa terjaga dan terpelihara. []        

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Senin, 02 November 2015

Al Quds Parenting

Eh saya mau sharing. Ceritanya ada undangan dari seorang teman untuk menghadiri talkshow parenting. Awalnya senaaaaang, akhirnya ada seminar dari pembicara asal Jakarta. Jarang Bontang ku ini dikunjungi pembicara nasional. Lalu tiba-tiba saya kehasut mikir eh belum punya anak juga, entar lah belajar parentingnya dan lalu cenderung malas datang soalnya temanya "Al Quds Parenting" plus sayanya belum kenal pembicaranya.  Apa tuh Al Quds? Akan namun, saya tetap datang karena saya mikir lagi "kan mumpung belum punya anak, jadi sedia payung sebelum hujan ~sedia ilmu parenting sebelum jadi parent. Daan luar biasa ternyata keren banget! Gini kurang lebih isinya.


Baru sebentar nyimak rasanya sudah ketampar-tampar. Tamparan pertama. Kita dilihatin video anak Palestina yang beraninya luar biasa. Saya jadi inget waktu Bontang sempat digaungkan sirine panjang (artinya ada kecelakaan kerja di Pabrik PT Badak), teman-teman pada panik kalau pabrik meledak? Ngungsi kemana? intinya kita masih pada takut mati ketika itu. 180 derajat berbeda dengan orang-orang Palestina yang bahkan gak perang aja mereka sudah disiapkan menjemput kematian atau gempuran peluru. #plak

Tamparan kedua. Jika setiap hari mereka harus rela kehilangan keluarga (ayah, suami, istri, anak, saudara). Enak nyerah aja kan sama musuh? Daripada mempertahankan diri yang mana setiap hari harus ditinggalkan orang-orang kesayangan, menangis, kesepian, dan banyak kesedihan lain (kalau mereka mau bersedih). Tetapi justru mereka menunjuk diri sebagai "penjaga" tanah waqaf warisan umat islam. Masdjidnya umat islam di Palestina. Ibarat di vatikan ada gereja vatikan milik umat nasrani. Maka kita yang muslim ini punya masjid umat yaitu Masjidil Al Aqsa. Cuman kita sering gak sadar kalau kita punya masjid umat islam level internasional dan itu masjid mau direbut sama pembenci islam. Namanya rebutan yak, segala cara akan dilakukan, termasuk mati. Bedanya kalau mereka mati membela Al Aqsa demi umat islam, matinya syahid, langsung express ke surga. Oleh karena itu mereka berlomba-lomba menjemput surga dengan syahid. Nah kita? Ngapain? #plak



Tamparan ketiga. Mengapa anak-anak Palestina bisa seberani itu? Ya karena keteladanan orang tuanya. Ibu bapaknya. Setiap kali ada yang wafat, wajah ayah-ayah mereka sebagian tersenyum. Isyarat bahwa cita-cita mereka tercapai. Anaknya si bapak yang wafat tadi gmn coba kehilangan bapaknya? Sedih. Nangis. iya wajar. Tetapi ia sadar bahwa dirinyalah yang juga akan meneruskan cita-cita bapaknya itu. Siapa yang tidak mau meninggal dengan wangi harum dan wajah tersenyum. Lalu bagaimana dengan ibunya? Aduuuuh. Luar biasa memang. Tamparan ketiga ini sangat menghantam saya. Bagaimana tidak? Sebagai wanita yang perasaannya lebih sensitif, mereka para ibu-ibu di Palestina harusnya kan meratap yak. Putus asa. Mikir, gimana nasib? Suami meninggal, siapa cari nafkah, anak-anak makan apa? Anaknya yang lain juga wafat padahal udah bertahun-tahun dirawat dengan cinta. BIG NO!! buat ibu-ibu di sana. Sedih wajar. Tetapi merekalah yang kemudian membisikkan ke anak-anaknya bahwa mereka harus berani dan kuat, mereka harus syahid juga kelak, bahwa Allah sajalah yang akan menjaga mereka. Ibu-ibu di sana percaya bahwa anak-anaknya yang syahidlah yang akan menyelamatkan mereka kelak di akhirat. Investasi akhirat yang tidak bisa dibeli oleh emas sekarat-karat apapun. Lah kita? Listrik mati aja udah rempong banget yak. #plak



Tamparan keempat. Dalam hati saya "Kok bisaaaaa mereka kayak gitu? Kok bisa ada ibu sekuat dan sesabar itu?" Lalu saya simak lagi kalimat-kalimat pembicara. Ibu Nurjanah yang sudah dua kali ke Palestina bercerita, bahkan sebagai ibu kita harus berjuang keras untuk tidak mengeluh di depan anak. Se capeek apapun, se menderita apa pun, di depan anak harus tegar. Tidak boleh membanding-bandingkan nasib. Tidak boleh membentak-bentak anak. Jangan sampai anaknya kena marah gara-gara stress akhir bulan "aduh jajan terus, ibu gak punya uang, ni liat ni dompet ibu kosong!". Jleb! Jangan ngeluh soal apapun ke anak karena itu tidak ada gunanya. Keluhkan semuanya hanya pada Allah saja. Sekalinya kita mengeluh atau muring-muring di dapur bisa jadi itu sebab tidak makbulnya doa-doa kita. 
"Gimanaaa gimanaaa caranya bisa nahan emosi begituuu?" Allahu Rahim saya terpana. Ibu Nurjanah mengatakan bahwa kuncinya adalah ibadah dan Alquran. Semakin berat ujian dalam keluarga, maka seharusnya semakin sering kita beribadah, berzikir, dan berinteraksi dengan Alquran. Contoh kecil, ditinggal pembantu kan otomatis kerjaan rumah nambah. Biasanya bisa tilawah 1 juz, pembantu pulang eh tilawah bolong-bolong. Tidak begitu. Kebalik. Seharusnya kita tilawah 2 juz. Kita kadang lebih banyak mengeluhnya daripada ibadahnya makanya stress. Anak bandel. Caranya bukan fokus marah-marahin anak biar anteng. Tetapi kita banyakin benerin diri tilawah zikir sodaqoh. Keluarga didera ujian. Bukan fokus sama ujiannya, tetapi fokus membersihkan diri dari dosa-dosa diri sendiri. Udah gitu aja sebenernya. Mendekat pada Allah, membersihkan hati-hati kita yang kotor.


Tamparan kelima. Allahu Akbar. Di Palestina, ibu bapak anak, anak tetangga, anak satu kompleks adalah penghafal Alquran. Anak usia 2 tahun bisa menghafal 30 juz dalam 2 bulan. Menghafal 30 juz dalam waktu yang singkat. Aktivitas sehari-hari di bulan biasa mereka bisa murajaah 5 juz dan di bulan Ramadhan 10 juz. Tidak heran kalau kemana-mana mereka selalu membawa tasbih. Mulut yang selalu basah dengan pujian pada Allah dan istighfar. Semua kesabaran dan keberanian mereka berasal dari Alquran. Bukan yang lain. Kita mah kemana-mana bawa hape, gak tau dah dipake buat zikir apa selfie mulu sama update status. Begimana euy. Mau surga tapi masih begini! #plak



Tamparan demi tamparan membuat saya menangis. Kecewa sama pemerintah (pendidikan, ekonomi, ketahanan, pembangunan) tapi kita sendiri masih jauh dari Allah yang memegang hati para pemimpin itu. Akhirnya, saya lebih kecewa pada diri saya sendiri. Tidak usah tengok kanan kiri, orang lain. Tapi ke dalam diri. Betapa cemennya, betapa sangat kurangnya kita memanfaatkan nikmat yang sudah diberikan oleh Allah. Betapa tidak tahu diri nya kita pada saudara kita yang menjaga warisan umat Islam di sana. Betapa tukang mengeluhnya kita. Lalu apa selanjutnya yang harus saya lakukan? Saya sudah belajar, memproses hati saya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau, tetapi sampai saat ini belumlah layak diri bersujud di Al Aqsa. Setiap kali kita bertanya kita bisa bantu apa? Mereka tidak pernah menjawab kami butuh duit. Tidak. Harga diri mereka untuk Allah jauh lebih tinggi. Jawaban mereka hanyalah bantu dengan doa dan perbaiki diri kalian sendiri semaksimal mungkin agar kelak mungkin kalianlah yang ditunjuk Allah menjaga dan memenangkan umat islam di dunia dengan kemerdekaan Al Aqsa. Menyaksikan video rekaman yang menampar dan menyayat hati, tangan mana yang tidak mau mengulurkan bantuan pada mereka. Dan beryukurlah jika hati kita sudah bisa seperti itu. Artinya Allah memberi kita kesempatan untuk membela Masjid kita umat islam dari jauh, dengan cara memberikan bantuan doa, dana, jasa, sekecil apapun yang ada pada kita. Ya, kesempatan selagi kita hidup sekarang. Dan pun jika kita diberikan kesempatan punya anak kelak, niatkan dalam hati agar bisa terus memperbaiki diri dalam mendidik anak-anak amanah ini menjadi sekuat anak-anak Palestina Al Hafidz. Sekian sharing tamparan dari saya, banyaak yang belum bisa saya tulis. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. 

Allahu'alam bisowab.

Kamis, 29 Oktober 2015

Generasi Wacana

Baca sampai habis dulu ya...

_________________________________________________________________________________

Saya sering kasihan melihat anak-anak muda yang makin pintar tetapi hidupnya galau. Penyebabnya beragam. Misalnya, karena hal sepele saja. Belum lagi tamat SMA, mereka sudah dikejar-kejar orang tuanya, "Mau kuliah di mana? Swasta atau negeri?"
Bahkan, sampai menjelang lulus SMA sekalipun, masih banyak yang bingung mau kuliah di mana dan jurusan apa? Jangan heran kalau banyak yang salah jurusan.

Bahkan, sarjana nuklir pun berkarir di bank, sarjana pertanian jadi wartawan, dan seterusnya. Susah-susah kuliah di fakultas kedokteran maunya jadi motivator. Karena sejak awal sudah galau, setelah lulus tetap galau, setelah lulus hanya mampu menjadi generasi wacana. Jadi, karena dulu sudah galau, setelah lulus hanya mampu berwacana. Ribut melulu. Paling jauh cuma bisa buat heboh di media sosial, membuat meme, tetapi tidak berani bertindak. Apalagi mengambil keputusan. 

Suaranya Keras
Indikatornya simpel. Kita bisa dengan mudah menemukan mereka di mana-mana. Contohnya begini. Ada dahan yang patah dan menghalangi jalan. Lalu lintas pun jadi macet. Apa yang dilakukan generasi wacana? Dengan gadgetnya, mereka memotret dahan itu. Juga memotret kemacetan yang terjadi. Lalu, mengunggahnya ke media sosial, tentu disertai komentar. Isinya kritik, "Di mana dinas pertamanan kita? Ada dahan tumbang kok didiamkan!" Lalu, ketika hasil uanggahannya dikomentari banyak orang senangnya bukan main.

Begitulah potret generasi wacana. Padahal, kalau mau membantu, dia bisa menyingkirkan dahan tersebut dari jalan. Tidak hanya berwacana. Begitulah kita juga saksikan sikap mereka terhadap asap. Itu hanya satu contoh. Contoh lainnya ada di mana-mana.

Sebagian generasi wacana tersebut memasuki dunia kerja. Karir beberapa di antara mereka meningkat dan menduduki posisi-posisi penting. Kalau di perusahaan swasta, mereka itulah yang berteriak paling keras ketika kondisi ekonomi menjadi lebih sulit. Misalnya, ketika pemerintah mengubah kebijakan atau ketika rupiah melemah/kembali menguat seperti sekarang ini.

Kalau di dunia politik, mereka ributnya minta ampun. Persis sepeti anggota DPR kita. Bisanya kritik sana kritik sini, tetapi kerjaan utamanya, seperti membuat undang-undang, malah tidak diurus. Kalau di lingkungan pemerintahan, mereka adalah orang-orang yang sibuk mengaankan posisi dan cari selamat. Caranya? Adu pintar debat dan lihai membangun argumentasi. Mereka sangat pintar kalau soal ini. Tetapi, nyalinya langsung menciut ketika ditantang untuk mengambil keputusan.Akibatnya, kita merasakan dampaknya. Penyerapan anggaran akan terus sangat rendah dan kinerja perekonomian kita melambat. Kalau pemerintah saja tidak punya nyali, apalagi kalangan swasta.



We-Change
Kalau mau melihat masa depan suatu negara, lihatlah generasi mudanya. Kalau generasi mudanya mudah galau, hanya bisa berwacana, bisa ditebak kelak seperti apa nasib negaranya. Kata banyak orang, karena galau dan hanya sibuk berwacana, negara kita tertinggal sepuluh tahun dari negara-negara lain.

Contohnya gampang. Lihatlah jalan tol kita. Kita membangun jalan tol sejak 1973. Lebih dulu ketimbang Malaysia dan Tiongkok. Tapi, coba lihat berapa panjang jalan tol yang sudah kita bangun?
Malaysia mulai membangun jalan tol pada 1990. Namanya jalan tol Anyer-Hitam. Panjangnya sekitar 10 kilometer. Itu pun yang mengerjakan adalah BUMN kita, PT Hutama Karya. Kini panjang jalan tol di Malaysia sudah mencapai 3000 kilometer. Begitulah kalau negara lain sibuk membangun, kita sibuk berwacana lantaran tidak berani mengambil keputusan.

Rhenald Kasali. Karyanya sebagai penulis banyak buku best seller serta mendirikan Rumah Perubahan sekaligus sebagai mentor di sana.

Artikel lebih lengkap : Jawa Pos. Sabtu, 17 Oktober 2015.

_________________________________________________________________________________
Ini artikel ngejleb yak. Saya pribadi, biar tidak termasuk golongan Generasi Wacana sedang merintis "sesuatu" di kota kecil saya ini. Mohon doanya pembaca budiman. Rahasia. :p


Senin, 26 Oktober 2015

Belajar Memakilah dengan Doa

*very latepost note

Mau tidak mau, berteman dengan teman yang update akan ketularan berdiskusi informasi terupdate dengannya. Kabar terupdate dan hot belakangan masih seputar bapak presiden kita dan ketua baru 2015-2020 dua ormas islam besar di Indonesia.

Pikiran Saya tiba-tiba melayang ke beberapa tahun yang lalu. Ketika itu saya mendatangi sebuah kajian tentang Bahaya Syiah dan Liberal. Masih ingat sekali sang pembicara dengan sangat yakin mengatakan bahwa syiah dan JIL tidak akan meraja di Indonesia selama Muhamadyah dan NU tetap berdakwah di Nusantara. Dibandingkan pengaruh dan rekrutmen JIL, peningkatan jumlah majelis taklim aktif dan wanita-wanita berhijab di Indonesia progressnya lebih besar. Itu patut kita syukuri. Jangan terhasut media yang kita tidak tahu milik siapa lalu malah membuat kita berkecil hati.  Kita tidak perlulah takut apalagi parno. #tepuktangan.

Beberapa waktu kemarin saya mendapatkan banyak broadcast message yang berisi ajakan mendukung salah satu calon pemimpin ormas islam besar tersebut dalam muktamarnya. Namun berbeda dari harapan yang ada di BM, eh finally, terpilihlah sudah ketua yang katanya begitulah. #Istighfar. Sekarang kedua ormas islam terbesar di Indonesia resmi dipimpin oleh beliau-beliau.

Entah ini takdir buruk atau takdir baik. Mirip-mirip rasanya seperti ketika Kepala Negara kita yang sekarang terpilih tahun lalu. Kalimat pertanyaan menyelisih pikiran. Apa, bagaimana ini jadinya negara kita dengan pemimpin seperti itu? Tet teret tereeet! Jawabannya bisa "waduh celaka sudah" atau "heh jangan prasangka buruk dulu". Simalakama ya.

Masih dikepala yang sama, lalu teringatlah lagi pada sebuah kajian cerdas oleh pembicara cerdas di Ramadhan bulan lalu. Seorang anggota jamaah talkshow tersebut bertanya pada pembicara 

"Bagaimana sikap kita terhadap pemimpin jikalau kita dipimpin oleh pemimpin yang zhalim?" Wups, beliau tidak sebut merk sih. Kode-kode saja.

Pembicara pertama mengatakan. "Taat, selama tidak menyuruh pada yang munkar. Beri peringatan." Pastilah bergejolak hati penanya. Apah? Taat sama doi yang jelas-jelas jahat. Gue kagak milih dia waktu itu. Harga diri terusik.

Lalu pembicara kedua menambahkan. "Jangan lupa mendoakan. Kita biasanya lebih sibuk menghujat dan mencaci dibanding mendoakan pemimpin kita." Jleb deh. Disambung lagi dengan kisah Ali bin 
Abi Thalib sebagai berikut :

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah ditanya oleh seseorang: “Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah, kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah, kondisinya kacau? Jawab Ali: “Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu”[Syadzaraat Adz Dzhahab 1/51.].
Harga diri sang penanya mungkin sedang meruntuh perlahan. Termasuk saya yang ikut mendengarkan dan mencatat. Wew. Benar sekali ustad. Besok, di alam kubur kita tidak ditanya siapa presidenmu kan ya tetapi ditanya bagaimana sholatmu. Jadi sepertinya cacian-hujatan kepada presiden tentang sholat memakai peci atau apalah-apalah adalah cacian yang ditujukan kepada sekian persen penduduk indonesia yang pemahaman agama dan keikhlasan sholat nya mungkin dipertanyakan. Dalem yak. Rasa-rasanya perlu nengok ke kanan dan kiri orang-orang terdekat dari kita, bagaimana ia. Atau bahkan yang paling dekat menunduk melihat diri sendiri, bagaimana aku. #istighfar.

Siapapun pemimpin kita, mungkin Allah sedang menampakkan sebagiannya perwajahan kita. Jadi kita tidak boleh merasa sok suci dan lebih baik.

Anyhow adalah yang lebih berkuasa di atas presiden kita. China? Amerika? Arab? Nope. The one and only Allah azza wa jala. 

Ala-ala Aa' Gym : telek burung yang nemplok di kepala kita itu sudah Allah yang mengatur, apalagi urusan-urusan yang lebih besar. Mudah bagi Allah untuk nyuruh si burung ee' di tekape lain, tetapi Allah berkehendak ee' nya pas di kepala situ. Kalau sudah begitu kita mau nyalahin siapa? Burungnya. Kita kejar-kejar trus digoreng begitu? Tentu tidak. Dengan kejadian yang sama ada orang yang beristighfar lalu sadar, oh mungkin Allah nyuruh supaya tidak pipis di pohon. Istighfar. Lalu ada pula yang maki-maki si burung habis-habisan 'edeeuh dasar burung sialan gak punya otak apa ee' sembarangan, sumpahin lu bur ketabrak pesawat!' Hihi. Intinya urusan siapa pemimpin kita hari ini atau esok sudah atas izin Allah. Tugas kita ikhtiar sungguh-sungguh saja. Andai faktanya pemimpin kita zalim, kita kudu rajin-serajinnya berdoa. Bukankah doa orang yang dizalimi termasuk doa yang makbul, tanpa hijab. 

Tinggal pilih, 
a. dizalimi lalu maki-maki
b. dizalimi lalu maki-maki lalu berdoa
c. dizalimi lalu berdoa
d. dizalimi tapi diam saja (aeh ini mah apa atuh)

Finally. Mari kita belajar "Memakilah dengan doa" dan tidak lupa bekerja keras membuat karya. Allah tidak diam, Ia Maha Berkehendak, mungkin kita hanya butuh bersabar, butuh bersabar, butuh bersabar.

Allahu'alam bisowab.


#tulisan lamaaaa, lama di draft lupa dipublish.. ^^V

"Pohon Harapan" Kota Bontang (a review)

Saya kembali ke Bontang kawan. Kota masa kecil yang telah saya tinggalkan selama kurang lebih 10 tahun. Oh Bontang sudah berubah kawan. Saya takjub, siapa yang nyulap? Mana tu tanah becek di Pisangan, Tanjung Laut, Rawa Indah? Kok udah diaspal semua. Kota kelahiranku jadi rapi dan bersih. Jauh berbeda dari tahun 2004 saat saya rantau ke tanah jawa. 



Kemajuan suatu organisasi tentu dipengaruhi oleh pemimpinnya, begitu pula satu daerah/kota. Saya kira tidak salah kalau Bontang jadi seperti ini berkat rahmat Allah melalui tangan pemimpin kotanya. Nah.. lewat buku Biografi bapak Wakil Walikota Bontang saya jadi semakin tahu apa saja yang telah terjadi serta apa saja yang beliau dan pak walikota perjuangkan demi kemajuan Bontang. Jujur sih ya, dariawal melihat foto beliau di baliho selamat datang, saya sudah tertarik sama bapak ini. Lebih-lebih setelah tuntas baca buku "Pohon Harapan dari Tanah Rawa" Biografi Isro Umarghani saya jadi makin ngefans, aduh maaf ya pak Isro saya kagum, soalnya sosok seperti bapak yang pasti didambakan oleh banyak rakyat daerah lain. Seorang pemimpin yang terus belajar dan berjuang keras demi kepentingan rakyat Bontang khususnya.

Buku yang ditulis oleh Md. Aminudin ini menceritakan sebagian kisah kehidupan beliau yang selalu menjaga amanah dengan baik, bersikap sabar lagi pantang menyerah. Saya nggak lagi kampanye lho ya kawan. Saya tu cuman suka baca buku atau artikel tentang orang-orang yang saya sukai. Karena jaman sekarang susah menilai orang yang baik beneran atau baik pencitraan. Hari gini kita nggak cuma bisa mengandalkan media masa umum, apalagi hanya mendengar desas-desus gosip berita yang tidak jelas serta tidak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya. Bagi saya, dengan membaca buku biografi kita bisa mengenali dan menilai seseorang lebih dalam dan lebih baik daripada mengenalnya lewat berita-berita lintasan di media masa umum. 

Kebetulan, pas Kota Bontang berusia 16 tahun di Oktober ini, saya lagi niat banget dan kerajinan bikin review buku inspiratif tentang dibalik sosok Kota Bontang ini. Dari delapan bagian di buku ini  yang masing-masing menceritakan banyak sekali kisah keren dan haru, saya akan merangkumnya menjadi tiga bagian saja. Namanya review, kalau panjang nyalin buku namanya. Tiga bagian itu yakni, pertama tentang karakter Isro, kedua tentang program-program kerja, ketiga tentang mimpi dan harapan. Biar yang baca nggak terlalu serius dan tegang, saya kemas dengan bahasa ala saya ya, tidak formal dan becanda dikit. Saya ceritakan yang baik lagi bermanfaat aja ya, namanya juga fans ^^V


Bagian Pertama, Karakter Isro Umarghani
Meskipun saya belum pernah bertemu dan berbincang langsung dengan beliau (ngarep). Saya mendapati buku tersebut menceritakan bahwa Bapak Wakil Walikota Bontang ini memiliki karakter yang langka. Dibentuk sejak kecil oleh latar belakang keluarga yang sangat sederhana namun kokoh nilai agama kemudian ditempa oleh tanggung jawab kehidupan dan lingkungan semasa sekolah dan bekerja. 

1. Jujur. Pola asuh agamis yang ditegaskan oleh ayahnya yang seorang guru agama islam, menjadikan Isro tidak menyukai hal-hal yang berbau korupsi. Baunya aja nggak suka, apalagi melakukan. Terbukti sejak 2004 ketika menjabat sebagai anggota DPRD Kota Bontang beliau adalah reformis sistem DPRD Kota Bontang yang dulunya tertutup menjadi transparan terutama dalam bab anggaran. Pun tidak pernah ada kasus korupsi yang menyeret-nyeret namanya. Well, dalam agama Islam bohong itu dosa, andai ayah pak isro masih hidup mungkin beliau akan menjewer kuping putranya jika ketahuan 'main-main soal kejujuran'. Hehe. 

2. Cerdas. Sejak sekolah, kecerdasan beliau tidak terbantahkan. Hanya saja takdir Allah saat itu rejeki uang keluarga beliau tidak mampu memenuhi cita-cita Pak Isro melanjutkan ke jenjang kuliah. Tetapi Allah selalu adil, ketika bekerja di PKT potensi beliau melejit, mulus naik jabatan dan ditugaskan sekolah di Jepang gratis. Ya kan, kalau nggak cerdas mana mau perusahaan membiayai karyawannya semahal itu. Beliau pun berprinsip bawah setiap masalah pasti selalu ada cara menyelesaikannya. Begitulah cara berfikir orang cerdas. Di mana ada masalah seberat apapun, yakinlah di situ ada Allah yang Maha Segalanya membantu menyelesaikan masalah. Semangat pak!

3. Kerja keras. Bekerja bagi beliau adalah ibadah. Ada segudang cerita seru perjuangan Pak Isro membela kepentingan rakyat Bontang. Bela-belain supaya ketemu direktur Elizabeth Proust - Total E & P (perusahaan migas terbesar dunia yang mengelola blok Mahakam) serta peras keringat bikin PT BME (Bontang Migas dan Energi) demi menghidup-lancarkan listrik di sebagian daerah Bontang yang masih gelap gulita. Bela-belain ketemu Pak Presiden demi mencegah proyek gas alam yang mau dialirkan ke Jawa. Duh gak kebayang, enak di Jawa gak enak di Bontang dong! andai proyek pipanisasi itu tidak dicegah beliau. Perjuangan beliau nggak cuma itu, perhatian beliau didunia pendidikan juga patut diacungi jempol. Bersama Dinas Pendidikan beliau membuat program untuk para guru supaya menjadi mulia sejahtera, banyak training inovatif untuk guru dan jajaran staf dinas pendidikan, beasiswa, perbaikan fasilitas pendidikan, serta mendirikan sekolah berbasis karakter. Saya heran kok bisa mendirikan sekolah seperti Asy-Syamil waktu itu dengan modal pas-pasan, eh malah sekarang jadi sekolah keren. Semoga Allah memberkahi Pak Isro dan teman-teman yang bekerja bersama beliau demi kepentingan rakyat Bontang. Aamiin. 

4. Humble. Rendah hati. Biasanya ya, orang kalau sudah naik daun lupa tuh sama akarnya. Sudah dipilih lupa sama yang milih. Ada sebuah kisah yang membuat saya terharu, yaitu ketika Pak Isro mendatangi rumah seorang nenek yang sedang sakit sendirian tanpa keluarga. Seketika itu beliau menelpon teman dokternya dan meminta memeriksa sang nenek tersebut. Mewek nggak tuh. Pula, banyak pengakuan rekan-rekan dan teman-teman pak Isro tentang kerelaannya berbagi ilmu tanpa curiga ini itu. Ada kan orang yang pelit ilmu karena takut bersaing jabatan. Big NO lah buat pak Isro. Beliau mengatakan di mana ada ladang amal (berbagi ilmu atau pun bersedekah) di situlah ia akan menebar benih-benih. Diceritakan pula bahwa banyak orang disekitar Pak Isro yang tidak sungkan saat berdiskusi atau kadang curcol dengan beliau.

5. Pendidik Sejati. Keren gak nih. Sifat lembut yang diwariskan ibunda pak Isro salah satunya membuat Pak Isro sangat peka terhadap permasalahan dan kebutuhan masyarakat hingga ke akarnya. Dimanapun, ketika didapati banyaknya kemiskinan dan ketidakadilan di suatu daerah maka problem mendasarnya adalah masalah mindset rakyatnya. Pola pikir, cara perfikir, konsep berfikir, dan semacamnya yang melibatkan otak dan hati sebelum melakukan sesuatu. Dimanakah asal muasal mindset itu dibentuk? Ya, salah satunya di sekolah, melalui para pendidik baik guru maupun orang tua. In my opinion, sebagai lulusan Psikologi saya sepakat pake banget sama Pak Isro tentang membangun mindset ini. O yes.

Kepada anak-anak dan staff kerjanya, Pak Isro selalu mengarahkan dan membimbing dengan teliti bagaimana menghadapi kendala. Beliau mengajak mereka berfikir mendalam, tidak hanya sekedar memberi makan ikan lalu habis, tetapi memberi pandangan juga umpan yang lebih luas. Beliau adalah seorang pendidik yang sabar dan tekun mengawasi jalannya proses perbaikan pada tiap-tiap masalah yang dihadapi oleh semua pihak yang terlibat dalam pembangunan kota Bontang. Aih, kalau saya mendengar suara Pak Isro di radio, cara bicara serta intonasinya membuat saya merasa yakin memang benar adanya beliau seperti itu.

“Isro Umarghani tak segan-segan mengatakan bahwa dirinya masih terus belajar. Hal yang demikian hanya akan terjadi pada pribadi yang sudah matang. Artinya, orang yang agenda pribadinya sudah selesai. Ia tak lagi mengejar kekuasaan, menumpuk kekayaan, atau hal remeh-temeh lainnya. Sosok Isro sebagai sebatang pohon yng akarnya kuat, daunnya menjulang, dan buahnya manis serta mengenyangkan” (hal 119)

Bagian Kedua, Program Kerja
Saya pribadi memang tidak secara langsung mengikuti berjalannya program kerja yang beliau lakukan bersama Pak Adi Dharma selaku walikota. Secara, sepuluh tahun masa itu saya habiskan di pulau orang. Namun, saya nggak kelilipan ya melihat jenjang perbedaan dari saya pergi (2004) hingga saya kembali (2014).  Sepengetahuan saya, program kerja yang terarah tentunya didasari oleh Visi dan Misi yang kokoh. 

Di buku ini digambarkan bahwa Pak Walkot dan Wawalkot Bontang mencanangkan "Terciptanya Masyarakat Bontang yang Berbudi Luhur, Maju, Adil dan Sejahtera" yang terangkum dalam enam program prioritas yaitu :

1. Pendidikan dan kesehatan
2. Meningkatkan infrastruktur listrik dan air
3. Bantuan dana per RT
4. Kesempatan bekerja dan berusaha
5. Lingkungan hidup
6. Komitmen bersama 

Maaf nih, karena ini review buku ala saya, trus saya nya agak bingung menjabarkan tabel, kalau dijabarkan kepanjangan gitu. Jadi saya fotoin aja ya halaman buku yang memuat data peningkatan infrastruktur listrik dan air.






Kemudian terkait pendidikan, tentunya kesejahteraan guru dan murid, juga perbaikan fasilitas pendidikan. Bidang kesehatan, perbaikan kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bontang. Bantuan per RT diwujudkan dalam fasilitas pelayanan masyarakat seperti posyandu, MCK, bak sampah, dan kegiatan ekonomi kerakyatan. Lalu, pada misi membuka kesempatan bekerja dan berusaha beliau menggandeng perusahaan-perusahaan raksasa di Bontang seperti PT Badak, PKT, KMI, Indominco dll, juga melalui program CSR mereka. 

Jadi, kurang lebih seperti itu program-program pembangunan yang telah dan akan terus dilanjutkan oleh beliau berdua beserta jajaran pemerintah kota Bontang. Tentu banget, masih ada yang belum berjalan seratus persen, masih banyak keluhan masyarakat, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, dan masih banyak ketidakpuasan lain. Saya sih berfikir bahwa keberhasilan pembangunan itu proses. Toh kalaupun sudah berhasil juga terus masih berproses lebih baik lagi atau bertahan. Kita juga kudunya mendukung, dari hal sepele. Kalau mau Bontang bersih, jangan buang sampah permen sembarangan ya kawan. Kecil tapi berarti. Lalu kita lihat hasilnya beberapa tahun ke depan. Untuk membandingkan kita kudu punya data yang kurang lebih seperti foto di atas. Semangat Besai Berinta! 

Bagian Ketiga, Mimpi dan Harapan yang bertajuk 
"Bontang Technopark". 
Ini bagian yang membuat saya berapi-api kawan. Maksudnya senang dan pengen ikut andil dalam mewujudkan mimpi itu. Disebutkan bahwa tiga pilar utama pembangunan yakni akademik (pendidikan), industri, dan pemerintah masih berjalan sendiri-sendiri, begitulah kondisi kota Bontang sementara ini yang digambarkan oleh Pak Isro dalam buku tersebut. Kondisi dimana dunia akademik asyik dengan penelitian dan ilmu pengetahuan, dunia bisnis berkonsetrasi menaikkan laba, pihak pemerintah terus-menerus didera stres oleh segala problem masyarakat yang semakin hari semakin bertumpuk. Di sini dibutuhkan kemauan kuat dari pemegang kebijakan (pemerintah) agar ketiga pihak tersebut mau bekerja sama mengentaskan masyarakat dari problem pengangguran. Konsep triple helix yang melahirkan ide Bontang Technopark. 

Bontang Technopark adalah sebuah kawasan yang menggabungkan dunia pendidikan, perindustrian, perdagangan, dan ekonomi kreatif. Bontang Technopark menjadi semacam kawah candradimuka untuk menggembleng SDM, tidak saja yang berasal dari Bontang, tetapi juga seluruh penjuru nusantara. Ia pun juga didesain untuk mencetak wirausahan baru yang siap menjadi pionir dalam menggeliatkan ekonomi kreatif di Kota Bontang khususnya dan Indonesia umumnya. Jika Amerika punya kawasan industri kretif berbasis IT bernama Silicon Valley yang melahirkan merek-merek berkelas internsional seperti IBM dan Apple, di Indonesia aka ada kawasan bernama Bontang Technopark, rahim tempat membuahi pribadi-pribadi yang kelak siap berlaga di pentas dunia. Itulah impian terbesar masyarakat Bontang. Wow.

Epilog.
Saya menghela nafas panjang setelah menghabiskan 265 halaman buku ini selama kurang lebih 3 hari disela-sela menyelesaikan tugas-tugas bisnis yang lain. Menengadah kepala dan membayangkan Bontang yang akan maju sedemikian rupa, entah dalam hitungan tahun atau belasan atau puluhan. 

Seberapa pun lama dan jauhnya, kita harus memulainya dari sekarang kawan. Kita perlu sesekali menengok kota besar di sana lalu ambil yang baik untuk dibawa ke kota kelahiran kita ini. Besok, entah apakah Pak Adi Dharma dan Pak Isro lagi yang terpilih atau Ibu Neni dan Pak Basri, saya sih hanya berharap mimpi ini tetap dilanjutkan. Saya tidak tahu apa yang sudah dikerjakan serta mimp-mimpi Bu Neni atau Pak Basri terhadap Bontang (gak punya bukunya, ada nggak ya? hehe). Meskipun logika manusiawi ya harus dilanjutkan oleh Pak Adi dan Pak Isro. Biarlah Allah yang menentukan. 

Kita pang berusaha jadi baik saja. Saya pribadi belum banyak berkontribusi untuk kota kelahiran saya ini. Semoga tulisan kecil ini bisa sedikit bermanfaat. Untuk kawan-kawan yang nggak punya bukunya, atau sedang malas membaca buku ini, tetapi masih menyempatkan diri membaca review saya ini, hehe, semoga membantu. Untuk warga Bontang yang sudah membaca saya ucapin selamat aja, yang belum selesai juga selamat, selamat membaca lagi. Saya juga baru ini sempat membaca tuntas. Terimakasih buat Bapak Md. Aminudin yang menuliskan biografi Pak Isro dengan rapi dan inspiratif. Sekali lagi saya nggak kampanye, mending kampanye buat diri sendiri deh :p. 
Anyway dirgahayu 16 tahun Bontang ku. Maju jaya! ^^b




Selasa, 30 Juni 2015

Kejahatan dan Kebaikannya

Tinta telah kering, sang penulis telah mengangkat penanya.

Segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan, malam dengan siangnya, gelap dengan terangnya, sedih dengan senangnya, begitu pula kejahatan dengan kebaikannya.

Kita sudah tak heran, ketika siang berlalu, malam pasti menggantikan. Hanya saja siang tidak pernah bertemu dengan malam. Terang tidak pernah bertemu dengan gelap. Tidak ada jarak yang memisahkan mereka, tidak pula ada waktu yang dapat mempertemukan mereka. Biar begitu, mereka tetap berpasangan bukan.

Pun pada kejahatan-kejahatan yang hadir silih berganti dengan kebaikan. Mirip seperti siang dan malam. Kejahatan tidak pernah bertemu dengan kebaikan. Hanya saja mereka tetap berpasangan.
Dibelahan bumi katulistiwa ini kita melihat terang hampir sama lamanya dengan gelap. Namun tidak dengan dasar perbandingan itu, kita menyebut sesuatu sebagai 'pasangan'. Pun bilamana kita melihat kejahatan tidak selalu sama banyaknya dengan kebaikan. Dibelahan bumi lain, ke utara atau selatan mendekati kutub-kutubnya. Lamanya malam tak sebanding dengan lamanya siang. Tak sama tetapi tetap berpasangan. Sepertinya beginilah saya mendapati hikmah.

Oh memang kita pasti ingat kalau semua itu berpasangan. Tidak pernah siang sendirian atau malam sendirian. Tidak pernah ada gelap tanpa terang. Tentunya tidak pernah ada kejahatan tanpa kebaikan. Selamanya. Oh namun kita kadang lupa bahwa berpasangan itu tidak selalu sama porsinya. Berpasangan itu, rupa-rupanya adalah tentang memahami posisi serta memenuhi kewajiban.


Kejahatan dengan pengikutnya tahu bahwa kewajibannya adalah berbuat jahat sampai batas waktu yang mereka tidak ketahui. Begitu pula kebaikan dengan pengikutnya, tidak ada ruang dan waktu yang bisa mempertemukan mereka dengan kejahatan, yang ada hanyalah melakukan kewajiban berbuat baik sampai batas waktu yang ditentukan. Tak usahalah selalu menghitung-hitung berapa banyaknya kejahatan, lebih baik menghitung berapa banyak kebaikan telah dilakukan. Mungkin kita akan mendapati bahwa kebaikan belum cukup menyaingi kejahatan di dunia ini. Karena kejahatan dan kebaikan telah diciptakan pada porsinya masing-masing sebagaimana siang dan malam, gelap dan terang, sedih dan senang.

Jika kita merasa baik, maka jangan membantu yang jahat melakukan kewajibannya. Jika kita merasa jahat, ah penipu, hanya orang baik yang merasa dirinya jahat.

#

"Pergilah keliling bumi wahai musafir. Agar tak terjebak pada sudut katulistiwa saja. Bawalah buah tangan kebaikan wahai musafir, jangan kau bawa kejahatan dari negeri orang, sebagaimana kau tak ingin rumahmu dimasuki perampok. Mintalah perlindungan bagi dirimu duhai musafir pada yang mengizinkan kebaikan dan kejahatan itu terjadi."


Jumat, 19 Juni 2015

Hai, Apa Kabar?

Hai. 
Apa kabar tubuhku? Alhamdulillah kamu tetap sehat ya. Masih bisa bergerak dengan normal. Oh apa? Aku harus bertanya satu per satu? Pada tangan kaki mata perut? Oh ya. Baiklah.


Hai tanganku, apa kabarmu?


Sedikit gelap ya punggung tanganmu. Matahari di sini memang terik. Maaf, lain kali aku akan menggunakan sarung tangan kalau keluar rumah. 
Kalau kamu lelah, aku akan meminta bantuan tangan lain memijatmu. Maaf, aku sering menggunakanmu untuk melakukan ini itu. Tanpa kamu bisa apa aku? Terimakasih ya tetap utuh, kuat dan terampil mematuhiku. Aku berjanji akan menjagamu dari berbuat dosa, agar nanti kamu ikut bersamaku ke surga. Tetapi kamu juga harus berjanji, ketika kuajak tangan kanan bersedekah, tangan kiri harus bersembunyi. Oke? Baiklah, aku pergi menjenguk kakiku dulu ya.





Hai kakiku, apa kabarmu?
Oh ya ampun kamu kekar sekali. Sudah panjang perjalanan kita rupanya ya. Banyak pula bekas luka. Rupa-rupanya kau bersusah payah sembuh sendiri dibalik pakaianku. Maaf, aku sering lalai melihatmu ketika sedang asik bekerja. Terkena becek, tersandung batu, terinjak duri, aih banyak sekali salahku. 

Maaf, besok-besok aku akan lebih berhati-hati. Ini aku sudah menggunakan alas kaki yang nyaman buatmu. 
Aku tidak ingin menyiksamu dengan alas kaki jinjit cantik. Sudah cukup penderitaanmu menahan tubuhku yang tidak ringan ini. Aku berjanji tidak akan membawamu ke tempat-tempat dosa. Asal kamu tetap kuat membawaku ke taman-taman surga ya. Oke? Baiklah aku akan berkunjung ke perutku.




Hai perutku, apa kabarmu?
Hmm ya ya aku tahu. Mungkin kamu sekarang masih sibuk mengolah makanan buka puasaku. Tapi kamu senang kan sejak subuh tadi bisa beristirahat. Untung ya, Allah memerintahkan puasa. Karena aku sangat suka makan, sehari bisa 3-4 kali. Meskipun aku tahu kamu lelah, tapi aku sering memaksamu mengolah makananku karena aku butuh energi untuk beribadah, berfikir, bekerja. 
Maaf ya, kadang aku memasukkan makanan senafsuku, sehingga kamu kewalahan. Andai di dalam sana kamu berkeringat, mungkin keringatmu melebihi keringat kulitku saat sauna. Atau kalau kamu jadi berotot, mungkin kamu sudab six pack. Aih, hebat sekali kamu. Maaf, kalau kadang aku tidak tahu telah memasukkan makanan haram. Seharusnya aku lebih berhati-hati. Lain kali kamu langsung mual atau mencret saja kalau aku ternyata tidak sengaja menelan makanan haram. Kita harus saling menjaga. Oke? Baiklah aku berkunjung ke kepalaku dulu ya.



Hai kepalaku, apa kabarmu?
Ada mata, ada telinga, ada hidung, ada mulut, ada rambut, ada wajah sempurna. Ups, ada sedikit jerawat. Maaf, noda itu pasti karena aku terlalu lelah dan tidur begitu saja tanpa bersih-bersih. Aku tadi sudah berjanji pada tangan, kaki, dan perut untuk berbuat yang baik dan lebih baik. Janjiku pada mereka pasti akan tampak padamu kepalaku. Sama, aku juga akan berjanji pada kalian. Mata dan telinga yang tak pernah lelah untuk menuntut ilmu, aku tidak akan merusakmu dengan melihat dan mendengar yang haram. Dengan begitu pasti kamu akan ikut menasihati mulut agar berbicara yang baik dan halal saja. Bantu ia menahan lidahku agar tidak menyakiti orang lain ya. Mudahkan ia meminta maaf. Selalu ajak untuk tersenyum meski aku tahu kondisi tidak selalu menguntungkan atau bahkan senyum itu tidak dibalas dengan senyum pula. 

Ups, mungkin pertanda gigi harus disikat, boleh jadi ada sisa makanan menempel. Oh atau ada umbel nenyangkut di lubang hidung. Aih. Aku sadar bahwa tak cukup dengan wajah ramah, mukaku harus bersih dan bercahaya seperti Rasulullah. Baiklah, aku akan perawatan ala-ala wanita muslimah super solihah, dengan wudhu, amalan sunnah, dan kosmetik alami. Iya, aku tahu jangan berdandan menor, nanti jadi alay. Aku juga tidak mau berjumpa dengan malaikat kubur dengan wajah suram apalagi menor. Pun nanti berjumpa wajah Allah di surga kelak. Oh aku harus segera berkunjung ke hatiku, aku harus memastikan ia bersih dan terus berdoa.



Permisi, hai, hatiku. 
Iya. Aku selalu tahu kabarmu tanpa bertanya. Hari ini dan kemarin. Aku hanya tidak tahu kabarmu nanti atau besok atau lusa. Aku tahu kamu bisa senang, sehingga bibirku tersenyum lalu tertawa, kamu juga bisa sedih, kemudian air mataku banjir, dan kamu juga lebih banyak khawatir. Oya jangan lupa berdoa ya. Sungguh aku selalu memohon pada Allah agar menjagamu. Kamulah satu-satunya yang bisa membantuku memegang janjiku pada tangan, kaki, perut, dan kepala. Kamu lebih tahu apa-apa yang tidak diketahui oleh tangan, kaki, perut, dan kepala. Ya di saat mereka lelah atau salah kamu berteriak. Oh hatiku jangan kemana-mana ya kecuali mendekat ke arah Allah. Biarkan Allah mendekatimu lebih dekat lagi. Karena hanya disitu aku akan tersungkur dan merenung. Saat aku putus asa seperti kemarin-kemarin aku bergantung padamu, aku sangat-sangat berharap nasihatmu, tentu nasihat sayang yang kau dapatkan dari mendekat pada Allah. Hatiku, berlarilah sekencang-kencangnya pada Allah, setiap kali kamu bersalah. Merangkaklah sekuat tenagamu setiap kali kamu berdosa. Bertahanlah sampai aku nanti mati. Kumohon bersaksilah pada Allah, bahwa engkau sedang mengemis ampunan ketika malaikat misahkanku dari tubuhku. Kumohon.





Hatiku, sini-sini, aku ingatkan bahwa sekarang Ramadhan, satu-satunya bulan yang bisa membuat hati manusia suci maksimal. Ayo-ayo, bantulah aku duhai hati. Bantulah aku agar layak bertemu dengan Allah, agar aku layak mendapat ampunanNya. Tentu aku juga tidak henti meminta bantuan Allah supaya kamu tetap kuat dalam perjalanan mencari ridoNya.

Baiklah. Aku sudah selesai berkunjung hari ini. Andai besok tidak lupa aku akan berkunjung lagi. Jika besok lupa semoga hatiku tidak lupa. Pastilah Allah tidak lupa, dan semoga Ia mengingatkan hatiku. Bilamana itu tidak terjadi, semoga ada hati manusia lain yang mengingatkanku beristighfar.
Dah.

#hikmahsemalam

Rabu, 17 Juni 2015

10 Tips Manajemen Waktu saat Ramadhan 2015



Tulisan ini terjemahan ringkas dari artikel bagus yang sudah Saya share di postingan sebelumnya. Mumpung setan malas yang bisa nggondelin Saya lagi dikekang, jadilah Saya agak rajin menulis ulang dengan lebih ringkas artikel tersebut untuk teman-teman yang mungkin terjeblos diblog ini, namun terlalu sibuk untuk mengartikan artikel bule. Oke. Langsung saja.



1. Perencanaan di awal.
Manajemen waktu dibagi menjadi perencanaan dan aplikasi. Tanpa perencanaan yang memadai, tidak akan ada sesuau yang bisa untuk diterapkan, dan hasilnya Ramadhan akan berlalu begitu saja. Untuk merencanakan Ramadhan, kita harus memahami dengan jelas tujuan (Maqasid) Ramadhan, yakni untuk mencapai ketaqwaan.

2. Hitung, berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk beribadah setiap harinya.
Idealnya, kita semua ingin menghabiskan Ramadhan untuk beribadah 24/7 (24 jam dalam 7 hari). Tetapi ini tidak realistis dan kebanyakan dari kita memiliki kewajiban lain yang harus kita selesaikan juga. Lalu? Tentukan berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk beribadah. Rumusnya sederhana : 24 jam – (waktu tidur, waktu kerja, waktu keluarga) = waktu ibadah.

Misal, Anda memiliki 3 jam waktu ibadah, Anda dapat menjadwalkan dalam : 1 jam membaca Alquran, 1 jam mempelajari ilmu islam, dan 1 ja, untuk dzikir dan berdoa. Konsisten dengan formula ini setiap hari selama sebulan.

3. Tentukan target dengan jelas
Sekarang Anda tahu berapa banyak waktu ibadah yang telah tersedia setiap hari. Langkah berikutnya adalah menetapkan tujuan S.M.A.R.T. Spesific (Spesifik), Measurable (terukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis), dan Time-bound (terikat waktu).

Misal, jika target Anda adalah mempelajari beberapa Tafsir. Hal itu masih terlalu samar. Jika ditargetkan dengan cara S.M.A.R.T maka akan menjadi seperti ini :
"Saya akan menyelesaikan mempelajari buku Tafsir ini 800 halaman. Dalam rangka menyelesaikan 800 halaman dalam 29 hari, saya perlu membaca rata-rata 28 halaman sehari."

4. Alokasikan waktu untuk setiap target.
Saat ini Anda telah mengetahui berapa banyak waktu yang akan Anda gunakan untuk beribadah setiap hari, langkah berikutnya adalah menggabungkan waktu-waktu ibadah tersebut untuk mencapai setiap target.

Misal : Jika Anda memiliki target membaca 30 halaman tafsir setiap hari dengan waktu 1 jam, kemudian Anda tahu bahwa ada waktu satu jam sebelum Tarawih, maka alokasikan waktu satu jam sebelum tarawih itu sebagai waktu Tafsir. Kemudian atur waktu tertentu setiap hari untuk membaca Alquran, mungkin sesudah subuh, dan seterusnya.

5. Memanfaatkan waktu pagi hari.
Pagi hari yang dimaksud disini berbeda-beda berdasarkan zona wilayah dan waktu setiap negara  Secara umum yang diharapkan adalah memanfaatkan waktu-waktu yang tidak kita gunakan untuk bekerja (kantor, mengurus keluarga, berdagang, dll) yakni sebelum subuh (untuk tahajud, zikir, doa) atau setelah subuh sebelum sibuk. Pagi adalah waktu penuh berkah. Gunakanlah!

6. Membuat jadwal halaqa keluarga.
Ramadhan adalah waktu yang tepat bagi keluarga untuk bersam-sama menumbuhkan ima. Setan terkunci dan semua orang menjadi lebih solih. Kesolihan ini perlu dipelihara agar kita bisa mendapatkan keuntungan darinya pasca Ramadhan. Salah satu caranya adalah halaqah keluarga. ^^

7. Dedikasikan waktu setiap hari untuk Alquran.
Ramadhan adalah bulan Alquran, sehingga jelaslah bahwa waktu tersebut harus didedikasikan untuk Alquran. Di beberapa komunitas orang membaca Alquran dengan sangat cepat agar dapat mengkhatamkan Alquran sebanyak mungkin. Lebih baik lagi, jika kita bisa membaca Alquran dengan baik dan benar (hukum tajwidnya), mempelajari tafsir dan merenungkan maknanya. Ini akan memiliki efek lebih lama pada imaan dan taqwa seseorang.

8. Hindari Multi-Tasking.
Ini adalah tips manajemen waktu umum yang berlaku di luar Ramadhan juga. Studi (riset) menunjukkan multi-tasking sebenarnya memperlambat produktifitas dan menyebabkan kecerobohan dalam bekerja. Ahli manajemen waktu modern sepakat bahwa fokus pada satu tugas dalam watu waktu, memiliki kualitas yang lebih baik dan cepat daripada multi-tasking. Jangan mencoba membaca Alquran saat browsing facebook dan mengurus anak dalam waktu yang bersamaan. Pilihlah waktu, tempat dan situasi dimana Anda tidak mudah terganggu dan ibadah Anda menjadi lebih focus.

9. Berpuasa dari bersosialisasi yang berlebihan.
Hal ini termasuk medsos atau tatap muka. Ramadhan adalah bulan Itikaf. Salah satu tujuan Itikaf adalah beristirahat dari kehidupan social sehingga kita bisa fokus pada hubungan kita dengan Allah. Misal dengan kurangi membuka Facebook dan twitter, atau tidak menghadiri pertemuan yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat.

10. Jaga Kesehatan.
Anda tentu tidak dapat mencapai target jika Anda merasa malas, lemah, gelisah atau kurang tidur. Beberapa dari kita terlalu memaksakan diri di awal Ramadhan dan tidak lagi bertenaga diakhir Ramadhan. Pastikan waktu tidur Anda cukup (rata-rata 6-8 jam), hindari terlalu banyak makanan manis dan berminyak, serta makan makanan sehat saat sahur dan berbuka.  Minum banyak air sebelum tidur, agar tubuh tetap terhidrasi.

Semoga Allah membuat Ramadhan ini produktif dan penuh berkah untuk kita semua. Aamiin!

Done! Ramadhan mubarak!

10 Time Management Ttips for Ramadan

This article is so helpfully! Check this out...


The countdown has begun and we have less than a month left until the greatest month of the year, Ramadan knocks at our doors! I’m sure by now most of you are stock-piling the goodies for iftaar and downloading as many resources as possible for Ramadan preparation (which I hope includes my past articles) but the question remains “How can I manage my time well enough to get it all done?”
That is what this article is going to assist you with, insha’Allah. Without any further ado, let’s jump right into our Time Management Tips for Ramadan:
  1. Plan in Advance
Time Management is divided between planning and application. Without adequate planning, there isn’t anything much to apply and the result is another Ramadan that just flies by. To plan for Ramadan, we need to be clear regarding the goals (Maqasid) of Ramadan, which is to attain taqwa. Therefore, our objective of Ramadan should be an increase in guidance and taqwa.
  1. Calculate how much Ibaadah time you will have daily
Ideally, we all want to spend Ramadan performing acts of worship 24/7, but this isn’t realistic and most of us have other obligations that we need to take care of as well. So work out in advance how much time you will have daily for Ibaadah, then set goals to get that much Ibaadah done. The formula is simple: 24 Hours – (Sleep time, Work Time, Family Responsibility) = Ibaadah time.
If for example, you have 3 hours of ibaadah time, you can schedule in an hour of Qur’an reciting, an hour of studying Islam and an hour for dua and Dhikr. You can really get a lot done if you stick with this formula for the entire month.
  1. Set Clear Goals
Now that you know how much Ibaadah time you have available daily, the next step is to set S.M.A.R.T goals. S.M.A.R.T means that the goal is specific, measurable, attainable, realistic and time-bound. For example,  if your goal is to study some Tafsir this Ramadan, the problem with this goal is that it is too vague (which Tafsir), not measurable (How many pages), and not attainable or realistic (does one page of Tafsir fulfil the goal or five books of Tafisr?).
A S.M.A.R.T goal would be: I want to complete studying this 800 page book of Tafsir this Ramadan. In order to complete 800 pages in 29 days, I need to read an average of 28 pages a day.
4. Allocate time for each goal:
Now that your goals for Ramadan are clearly defined and you know how much time you have daily for Ibaadah, the next step is to combine this by allocating specific times daily for chasing each goal. Eg: If you have the goal of reading 30 pages of Tafsir daily and that will take you an hour, and you know that you have an hour a day free every evening before Tarawih, then allocate that time to be your Tafsir time. Set a specific time of the day for reciting Qur’an (perhaps before or after Fajr), making dua (before Iftar), having a family Halaqa (after Asr or after Tarawih) and any other goals you are working towards.
5. Utilize the early hours of the morning:
In Summer countries, Suhoor is quite early and many people can’t wake up too early before it. In that case, I recommend utilizing an hour after Suhoor for Ibaadah. In Winter countries, Suhoor is quite late, so waking up an hour before it is easier. In such countries, I recommend waking up an hour earlier and dedicating that time to Qiyam Al-Layl (Tahajjud), dua and reciting Qur’an. The early mornings are known having Barakah (blessings) and it is a time when we are not pre-occupied with work and family obligations. Use it!
6. Schedule in a family Halaqa:
Ramadan is the perfect time for the family to bond and grow in Imaan together. The devils are locked up and everybody is more spiritual. This spirituality needs to be nurtured so that we can benefit from it after Ramadan. One way to do this is to establish a family Halaqa (study circle). Read a chapter of an Islamic book (or listen to a lecture) then discuss its contents with each other. Continue this even after Ramadan.
7. Dedicate time daily for Qur’an:
Ramadan is the month of Qur’an and so it is obvious that time must be dedicated daily to Qur’an. In some communities, people recite Qur’an very quickly each Ramadan to get it over with or complete as many Qur’an recitals as possible. Instead of doing this, focus on reciting properly, studying the Tafsir and reflecting on its meanings. This will have a longer lasting effect on one’s Imaan and Taqwa.
8. Avoid Multi-Tasking
This is a general time management tip that applies outside Ramadan as well. Studies show multi-tasking actually slows down productivity and causes sloppy work. Modern time management experts agree that focusing on one task at a time gets the task done faster with better quality than multi-tasking. Don’t try to recite Qur’an, while browsing through Facebook and taking care of a child all at the same time. The same applies to studying Tafsir or making dua. Choose a place, time and situation in which you will have the least distractions and give the act of worship your undivided focus.
9. Fast from excessive socializing
This includes both social media and physical socialization. Ramadan is the month of Itikaf. One of the goals of Itikaf is to take a break from our social lives so that we can focus on our relationship with Allah. If you are unable to make Itikaf, you can still get this benefit in Ramadan by cutting down on socializing and dedicating more time to Ibaadah. Attend a few less Iftaar parties, log into Facebook and Twitter for shorter durations and excuse yourself from unnecessary gatherings.
10. Stay Healthy
You cannot accomplish your goals if you are feeling lazy, weak, agitated or sleep-deprived. Some of us do too much during the first few days of Ramadan and end up without any energy to push on for the remainder of Ramadan. Pace yourself and take care of your body by getting enough sleep, eating healthy and staying hydrated.
The average person needs between 6-8 hours sleep a night, so make sure you are getting it, even if it means going to bed a bit earlier. Avoid sugary and oily foods and eat wholesome foods for both Suhoor and Iftaar. Drink a lot of water at night before bed as that will keep you hydrated during the day.
May Allah make this Ramadan a productive and blessed one for all of us. Ameen
We would love to hear time management tips which you follow to get the most out of the blessed Ramadan. Please share in the comments section below. :)
source :