HALAMANKU

Rabu, 04 Agustus 2021

Ramalan Film, dan Aku Bisa Apa?

Saat menonton film-film lawas, film yang naik layar lebar di era 90'an beberapa diantaranya mengambil sudut pandang pasangan suami istri yang divorce, atau anak yang dibesarkan oleh single parent karena divorce, atau kejadian-kejadian brokenhome yang membuat konflik.

Tahun 2000'an seperti menjadi kenyataan. Perceraian adalah barang mudah. Entahlah, atau ini hanya dari sudut pandangku. Tapi data juga berbicara, peningkatan jumlah perceraian terus terjadi. 

Selain itu mereka juga berbicara tentang virus, senjata biologi, namun karena di film, selalu saja berhasil dihalau oleh tokoh pahlawannya. Para superhero, para detektif, polisi, atau tokoh idealis yang beruntung.  

Hari ini, virus itu ada, entah sebagai senjata biologis atau memang benar adanya karena mutasi alami. Aku berharap ada pahlawan yang akan menyelamatkan kita. Ada. Bedanya pahlawan itu tidak seepik di film-film.

Dan belakangan sering sekali menonton film bencana alam, juga bencana yang lebih mengerikan yaitu zombie. Aih. Membayangkan hal itu saja sudah seram. Antara tafsir hadist tentang hari kiamat dengan munculnya Ya'juj dan Ma'juj atau memang makhluk seperti itu bisa saja muncul.

Apakah aku harus membuat bunker, atau harus tinggal di negara yang malamnya hanya 2 jam, atau apa? Aih tidak. Itu hanya film. Lagi-lagi. Berkali-kali aku menenangkan hatiku, ya itu hanya sudut pandang sutradara, sudahlah, meskipun aku melihat banyak kejadian di film-film lama yang menjadi kenyataan hari ini, memangnya aku bisa apa.

Aku hanya berharap, masih ada kesempatan untuk berbagi manfaat yang banyak, menabung pundi-pundi pahala, semakin dekat dengan Allah melalui ibadah-ibadah yang khusyuk. Entah apalagi yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa berdoa semoga hidupku berakhir dengan husnul khotimah. Semoga Allah merahmatiku dan keluargaku, dan kelak di surgaNya masih ada tempat untukku yang lemah ini.

Minggu, 04 Juli 2021

Pandemi dan Tetangga yang Baik

Semester lalu saya dan suami Qadarullah terkena Covid19. Gejala lumayan komplit mulai dari demam, flu, batuk, mual, diare, radang, parosmia, anosmia, sampai nyesek dikit waktu tengah malem.

Saat itu RS waiting list, kami memutuskan isoman di rumah.

Sebagai warga yang baru pindah, kami pikir akan diminta isolasi di Rumah Sakit atau dikucilkan kalau ketahuan sakit, kami bisa memakluminya karena tetangga kami rata2 seumuran orang tua kami, usia yang rentan.

Alhamdulillah, justru sebaliknya saat kami melapor ke RT justru kami sangat disupport. Sampai 14 hari, makanan, obat-obatan, vitamin, buah diantarkan sampai pagar, teriring doa kesembuhan untuk kami.

Karena sedang batuk dan radang, sebaiknya kami tidak menyantap gorengan dan sejenisnya. Tetapi makanan yang diantarkan seringkali berupa goreng-gorengan. Sebenarnya bisa saja pesan GoJek, tetapi itu artinya kami harus membuang makanan yang dikirimkan tetangga-tetangga. Kami siasati dengan minum air hangat lebih sering (kadang dicampur dengan rerempahan yg ada di dapur). 

Kadang via chat kami ditanya, apakah perlu menu khusus. Rasanya ingin sekali minta menu berkuah, atau yang tidak terlalu pedas berminyak. Tapi khawatir itu akan membuat repot tetangga. Ingin juga request dibelikan susu beruang, air kelapa muda, atau yang sekarang sedang viral jadi rebutan. Tidak, kami urungkan. 

Meski tidak nafsu makan, meski sakit saat menelan, meski rasanya hambar, rejeki yang Allah titipkan melalui tangan tetangga-tetangga kami sebisa mungkin kami habiskan. Suka tidak suka, tetap kami lahap.

Direkomendasikan teman jauh untuk membeli obat yang kabarnya manjur, kami urungkan karena obat-obat dari tetangga sudah sangat banyak.

Setiap kali saya makan, saya memikirkan tetangga-tetangga yang setiap pagi siang malam mengirimkan ransum untuk kami berharap kami segera pulih. Saya tidak ingin mengecewakan mereka. Entah rasanya saat itu saya hanya ingin mensyukuri saja apa yang ada.

Alhamdulillah, setelah hampir satu bulan kami sehat kembali. 

Semester ini ada 10 tetangga kami yang mendapat giliran terkena Covid19, dan kami bergantian membuat list 14 hari membantu warga yang isoman. Giliran kami yang mengirimkan makanan untuk mereka. Seiring doa Indonesia segera sehat kembali dengan bantuan ketua RT yang bertanggung jawab dan banyaknya tetangga-tetangga yang saling peduli.

Masya Allah. Sungguh tetangga yang baik adalah anugerah. Saya berdoa dimana pun nanti kami pindah lagi, Allah mendekatkan kami dengan tetangga yang baik. 

Tulisan ini dibuat agar saya selalu mengingat kebaikan warga RT 02 Kedaung, Depok. Semoga Allah membalas tetangga-tetangga kami dengan sebaik-baik perlindungan.