Bungkus rokok yang bagus. Sengaja q jepret waktu jalan-jalan di negeri orang beberapa waktu yang lalu.
Postingan ini terinspirasi dari Kuliah Psikologi Riset & Konsumen kemaren. Saya pikir di Indonesia tidak memberlakukan peraturan pengemasan rokok. Ternyata ada :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Pasal 8 (ayat 1 poin i)
1 Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
Pasal 17 (ayat 1 poin d)
1. Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:
d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;
Rokok ala Indonesia, resiko pemakaiannya ditulis dengan font paling kecil, semakin kecil semakin bagus, trus ditaroh di belakang, kalau bisa dibungkus luarnya aja, biar kalau udah dibuka langsung dibuang. Nggak melanggar peraturan. Soalnya di undang-undang itu nggak dikasih ukuran pencantuman label informasi.
Di Eropa, kalau mau beli harus nunjukin KTP, harganya mahal, belinya juga mesti satu slot. Di Indonesia dibuat gampang aja belinya. Diecer boleh, jadi yang beli nggak sempat baca resiko pemakaian di bungkusnya, harganya yg bisa dijangkau anak SD.
Jangan lupa bikin iklan yang maco. Cari kuda yang gagah, jangan kambing apalagi keledai. Kalau bisa pake' bidadari. Sesekali bikin iklan yang menyentuh, biar dapet simpati juga. Eh jangan cuma iklan nanti pada nggak percaya. Sekalian bikin aksi sosial, misal bikin gedung olahraga, program beasiswa berprestasi atau kurang mampu, yang kreatiflah.
________
*Sebagai calon psikolog aq harus belajar peka terhadap VALS (value, attitude, life-style) yang sangat mempengaruhi tingkat pengkonsumsian suatu produk. Ternyata hanya masalah "sugesti".
bungkus rokok dimana itu mba?
BalasHapushihihi........ syerem
BalasHapussetuju banget, harusnya dibikin kek gitu
BalasHapusgambarnya lebih banyak di http://itapage.multiply.com/photos/album/28/
BalasHapusnegara tetangga aja, sohib deket, serumpun, Malaysia.
BalasHapusbiar om wortel takut
BalasHapusyoi mbak harusnya, hmm faktanya.
BalasHapus*semoga suatu saat
wew, makasih linknya pak dokter, udah k sono. serem bener.
BalasHapus*lagi-lagi bener :(
ada nggak "merokok yang ideal" ? Hehe...
BalasHapusada. yg nggak pake' dibakar. jd gak ada asepnya.
BalasHapusampuh gak yaa ??
BalasHapuskayaknya sih klo blon diri sendiri ygambruk gara2 rokok gak akan kapok merekanya
mm,kuliah psiko konsumen memang menyenangkan..he,,that's way I Love PIO :))
BalasHapusada lho rokok yang tak perlu dibakar... Tapi pake charger. Tetep aja belum ideal menurut saya.
BalasHapusngeri gambare...
BalasHapus"Silahkan merokok di ruangan ini, tapi tolong asapnya ditelan!"
BalasHapusMenurutku gambar apapun nggak banyak berpengaruh, di sini juga begitu diberi gambar-gambar akibat merokok, tapi tampaknya nggak ada perubahan.
Menurut saya yg efektif adalah pajak rokok dinaikkan setinggi-tingginya, peraturan dibuat seperti di Eropa dan benar-benar ditegakkan. Masalah utama Indonesia saat ini adalah: Pemerintah memang tidak punya inisiatif untuk benar-benar menyelesaikan permasalahan rokok dan akibat buruknya. Dengan bukti: rokok masih banyak dikonsumsi anak-anak dengan harga terjangkau, pelanggaran larangan merokok kurang ditindak dengan tegas. Mereka lebih memilih mendapatkan untung dari cukai rokok. Satu lagi mereka lebih suka menggunakan dana milyaran rupiah untuk membangun gedung DPR baru dan plesir ke luar negeri daripada mendahulukan program yg seharusnya menjadi prioritas, salah satunya kesehatan bangsa Indonesia.
Demikian, wallahu a3lam.
kalau ini butuh riset yah sepertinya,,
BalasHapuspas diskusi di kelas, pernah ada rokok Indonesia yg seperti itu, tapi tidak bertahan lama entah kenapa sudah tidak ditemukan lagi.
*oya coba k link di atas. disana bisa kliatan
katanya pengalaman adalah guru terbaik. nahlhoo hihi
BalasHapusof course sista! I Love PIO toooo.. :D
BalasHapusbaru tau ada rokok begituan. tanya2 ke syekh gugle cuma dapet info produkny. katanya buat terapi. ada info lebih lengkap pak Bayu?
BalasHapusJangan lupa bikin iklan yang maco. Cari kuda yang gagah, jangan kambing apalagi keledai. Kalau bisa pake' bidadari. Sesekali bikin iklan yang menyentuh, biar dapet simpati juga. Eh jangan cuma iklan nanti pada nggak percaya. Sekalian bikin aksi sosial, misal bikin gedung olahraga, program beasiswa berprestasi atau kurang mampu, yang kreatiflah.
BalasHapusserem juga ya industri rokok di Indonesia.. -_-
sfs Des ^^
terus gimana yg ideal?
BalasHapus*nanya balik, sambil mikir2
*eh ada Wen2! ^^
BalasHapuspa kabar mbak'e?
berharap para perokok juga ngrasa ngeri kayak kmu Wen.
*ketawa dulu
BalasHapussudah ada riset? mungkin ada tapi nggak signifikan.
BalasHapussetuju. tembakau rokok Indonesia kan impor.
BalasHapusJiaaah,,pake basa-basi segala mbak,,hehe
BalasHapusIya, masalahnya aku liat rokok yang biasanya ada di sini juga udah ngeri. Rasanya pengen tak rendem air
inisiatif gampang, tinggal meniru negara lain juga bisa. tapi sepertinya belum berani.
BalasHapuscerita dikit : pernah temenq mengundang Polisi u/ memberi penyuluhan wkt KKN, di depan 50 pemuda & bapak2 dia mengatakan : "maaf saya agak grogi, jadi saya harus ngerokok dulu ya, bapak2 mas2 kalau mau ngerokok silakan, kita ngerokok bareng, santai saja." padahal itu acara penyuluhan miras & narkoba.
Teman saya yg sama2 duduk di depan mendampingi pak polisi itu juga ikut ngerokok. Pak KaDus yg ada di situ diam saja, karena beliau juga ngrokok. Terlebih aq, hanya bisa miris melihat hal itu.
berarti kita yang muda2 ini, yg semoga "bener", harus siap2 menggantikan mereka itu.
BalasHapussubhanaLLah, menarik sekali komentarnya Cal. ^^b
BalasHapusbegitulah mbak. desti dulu punya temen kos mbak SPG. cantik banget. diya dibayar mahal buat ngejualin rokok di event2 gede. dikasih seragam yg maaf s**si.
BalasHapusafwan ^^
biar akrab gitu. (*kayak gak pernah ketemu aja)
BalasHapusyg biasany ada di sini itu yg mana Wen?
BalasHapusdi Indonesia mbak,,,
BalasHapusyang gak ada gambar seremnya, cuma tulisan doang
terapi? Apa iya? Yang diisap cairan yang dipanaskan dengan energi batre, nggak aman juga....
BalasHapusmetrotvnews.com/mobile-site/text-detail.php?read=25371&tgl=2010-08-06
Ideal itu nggak usah merokok...
hoo,, iya2. memang hanya orang2 yg peka dan berhati bersih yg bisa ngerasain itu.
BalasHapus*Wen, pernah tahu coklat bentuk rokok gak? dulu jaman kecil sering dijual.
iya, aq curiga sama keterangan terapi itu, ternyata ilegal. terimakasih link'nya pak.
BalasHapuskesimpulan : merokok yang ideal = tidak merokok. hehe
sama sama, buk. Hehe
BalasHapussama sama, buk. Hehe
BalasHapusYa aku kan punya penyakit paru2 mbak, udh otomatis menjauh dari rokok
BalasHapus*Iya tau mbak, tp dulu aku gak begitu suka,,aku kan seleranya silver queen,hahaha
oh, ho'o tho Wen? baru ngerti aq.
BalasHapus*hedeew --a, skrg udah g dijual lagi kayak'e, padahal aq pengen inget lagi rasanya.
hmm,, boleh minta tolong satu lagi nggak?
BalasHapusapa tu? InsyaAllah, kalau sanggup. Hehe..
BalasHapusapa tu? InsyaAllah, kalau sanggup. Hehe..
BalasHapusjangan panggil saya dg "buk/bu/ibu" n sejenisnya. :)
BalasHapusafwan, pak... Saya tak lah sengaja...
BalasHapusSaya tak tengok lebih jauh dulu, saya hanya lihat "desti", saya kira perempuan.... Peace ya... ^_^V
hah? kok jd pak?
BalasHapussaya perempuan tulen tp jgn dipanggil bu/buk.
cz blum ibu-ibu.
*lucujuga.com
ow,,, kirain persoalan gender, ternyata... Maaf maaf... Jadi? Mestinya?
BalasHapusyang "tidak baik" aja kalo dibungkus manis bisa laris manis, iklannya aja keren
BalasHapushehe gpp.
BalasHapusjadi, ya yg penting gak pake' embel2 'ibu/bu/buk'
saya akan sangat berterimakasih ^^b
don't judge a book by its cover.
BalasHapusdon't judge a product by its promotion.
di kelas pernah diskusi tentang penelitian "hubungan iklan rokok dengan tingkat konsumsi rokok"
susah untuk dilakukan, karena resikonya : jika memang benar ada hubungan maka peneliti harus mengembalikan kembali para perokok yg merokokk karena iklan, kembali normal.
penelitian sebaliknya iklan rokok yg jelek, hasilny ada tapi tidak begitu signifikan. memang harus dari kesadaran diri sendiri dan komunitas. komunitas seperti Riham harus diperbanyak. sementara pemerintah masih takut.