WORLD CUP - PEMILU RAYA - dan PALESTINA
Bagi sebagian orang yang peduli maka dua tema utama itu menjadi bahan yang paling HOT di Indonesia raya. Saya menambahkan yang ketiga yaitu dan PALESTINA. Kamu, iyaa kamu... bisa aja ganti PALESTINA dengan yang lain, menu buka puasa mungkin, bisnis mungkin, calon kamu mungkin. Whatsoever, itu pilihan.
By the way soal memilih. Belakangan saya aktif stalking di instagram, banyak gambar2 parodi, meme, guyonan yang kelihatannya lucu tapi jujur. Ditambah perang antar tim sukses capres di twitter. Bahkan saya sempat merasa gegeretan dengan teman BBM saya yang berlawanan pilihan dengan saya.
Kamu, pilih tim mana di World Cup 2014?
Kalau saya setia sama Jerman. Alasannya? Entah, menurut saya Jerman pemainnya 'keren' (eh) dibanding pemain-pemain tim lain. Buat para pendukung Jerman pasti juga setuju dengan pilihan saya, bahkan mungkin mereka punya alasan yang lebih detail dan akurat dari sisi permainan dsb, dibanding alasan saya.
Teman saya, bahkan pasang taruhan di kantornya, dan doi megang Belgia. Dengdong! Ketika dia bercerita seperti itu, dalam hati saya "Hah? Belgia? Apa bagusnya?" tapi yang keluar di mulut "Eh kok Belgia? Kenapa?" Lalu ia menjelaskan, Belgia keren banget kali, beuh!. Saya sih, karena tidak begitu faham bola, mengakui saja tim pilihannya bakal menang, secara kalau dia menang taruhan, bisa aja kecipratan. (eh, tapi akhirnya kalah, alhamdulillah rejeki haram menjauh).
Darisitu sih saya kepikiran. There so many people pay more to make sure his team is the winner. Ada yang sampai bela-belain sampai datang ke Brasil demi tim jagoannya. Seolah-olah pengorbanannnya akan benar-benar menjadi berkah bagi timnya, dan lucky winner! Tapi lagi-lagi who knows?
Trus, Kamu, 9 Juli 2014 pilih calon presiden nomer 1 atau nomer 2?
Kalau saya setia sama nomer 1. Alasannya? Simpel sih, karena si nomer 2 harus bertanggung jawab jadi gubernur DKI 5 tahun. Saya tidak suka memilih calon yang mengkhianati janjinya sendiri. Baru jadi gubernur aja khianat apalagi jadi Presiden. Plus, secara psikologis, kalau beneran cinta gue, eh Indonesia, gak perlu baca teks #edisidebatterakhir. Itu menurut saya. Buat para pendukung nomer 1 Prabowo-Hatta pasti juga akan membela saya, bahkan akan menambahkan alasan yang jauh lebih banyak dan terverifikasi. Eaa.
Teman saya, bahkan yang saya kira selama ini akan berada pada pilihan yang sama dengan saya, ternyata memilih nomer 2 dengan bangganya. Ketika dia pasang status membela nomer 2, dalam hati "Hah? nomer 2, Kena tipumuslihat die!?" Karena informasi yang saya dapatkan (gak cuma tv ya plis) rasa2nya nyesek, marah, buncah kalau2 si nomer 2 menang. Seolah-olah kebaikannya tertutupi oleh aib-aib busuk dia dan tim suksenya. Tapi akhirnya saya urungkan untuk berkomentar dan menyerangnya. Alasannya? Karena dia berhak dengan sudut pandangnya terhadap si nomer 2 berdasar media-media yang dia baca.
Nah, darisitu saya kepikiran lagi. Sebenarnya alasan kita memilih itu untuk apa? Mengapa kita merasa begitu haqqul yakin dengan pilihan kita? Lalu kalau kalah kayak teman saya di atas, mau apa?
Tertakdirlah, membaca tulisan ini : http://salimafillah.com/pak-prabowo-kami-memilih-anda-tapi/
Lalu, teringatlah saya kisah populer seorang pembunuh, yang bertaubat lalu berhak masuk surga setelah bunuhan yang ke 100.
Bisa saja harapan ust. Salim itu juga ada pada Jokowi. Tetapi saat ini sebelum kita semua menyingkap bersama takdir kepemimpinan Indonesia lima tahun mendatang, ikhtiar itu ada pada Pak Prabowo.
Anyway, kita bisa dikhawatirkan dan ditenangkan oleh perhitungan-perhitungan manusiawi kita. Misalnya :
1. Bisa saja pilihan saya menang, tetapi keamanan Indonesia diubrak-abrik.
2. Bisa saja nomer 2 menang, aman sih, tapi perusahaan-perusahaan kita dijual, atau perusahaan liberal asing merajalela sehingga rakyat jadi budak-budak kaya harta7, miskin jiwa.
3. Bisa saja pilihan saya kalah, tetapi tumbuh subur para pengusaha, dai dan penghafal Alquran.
4. Bisa saja nomer 2 menang, tapi habis itu tabrakan dan mati seketika, eh pemilu lagi dong!
Well, 1,2,3,4 jika Allah izinkan, semuanya akan membuat kita tetap bekerja cerdas keras bukan.
Sebagaimana konsep ikhtiar tawakkal. Namanya ikhtiar itu tidak menebak-nebak atau mengandai-andaikan takdir, berupaya saja terus-menerus. Sehingga, dalam berikhtiar pula kita tidak layak merasa bahwa ikhtiar kitalah yang paling benar, akurat, tajam, terpercaya, tiada cacat dan salahnya. Ikhtiar yang baik itu diniatkan untuk yang terbaik, untuk diri sendiri dan untuk kemasalahatan lebih banyak orang. Jika tidak seperti itu, jatuhnya jadi ikhtiar sombong. Saya, saat memutuskan untuk memilih dan promosi nomer 1 Prabowo - Hatta, bismillah niatnya untuk better Indonesia. Itu saja. Sebagai pemilih yang cerdas, referensi dari berbagai pihak sudah dapatkan. Indonesia lebih baik bukan karena saya memilih Presiden dengan perhitungan paling akurat, tetapi karena Allah. Karena kata ustad, tawakal itu pasrah bongkokan.
Allahu'alam. Intinya, warning buat diri saya sendiri dan teman-teman yang yakin dengan Prabowo Hatta, jangan sampai ada rasa sombong pada diri atas apa yang dipilih dan ikhtiarkan. Karena jatuhnya manusia bukan karena tidak berupaya, tapi karena kesombongan.
1. Bisa saja pilihan saya menang, tetapi keamanan Indonesia diubrak-abrik.
2. Bisa saja nomer 2 menang, aman sih, tapi perusahaan-perusahaan kita dijual, atau perusahaan liberal asing merajalela sehingga rakyat jadi budak-budak kaya harta7, miskin jiwa.
3. Bisa saja pilihan saya kalah, tetapi tumbuh subur para pengusaha, dai dan penghafal Alquran.
4. Bisa saja nomer 2 menang, tapi habis itu tabrakan dan mati seketika, eh pemilu lagi dong!
Well, 1,2,3,4 jika Allah izinkan, semuanya akan membuat kita tetap bekerja cerdas keras bukan.
Sebagaimana konsep ikhtiar tawakkal. Namanya ikhtiar itu tidak menebak-nebak atau mengandai-andaikan takdir, berupaya saja terus-menerus. Sehingga, dalam berikhtiar pula kita tidak layak merasa bahwa ikhtiar kitalah yang paling benar, akurat, tajam, terpercaya, tiada cacat dan salahnya. Ikhtiar yang baik itu diniatkan untuk yang terbaik, untuk diri sendiri dan untuk kemasalahatan lebih banyak orang. Jika tidak seperti itu, jatuhnya jadi ikhtiar sombong. Saya, saat memutuskan untuk memilih dan promosi nomer 1 Prabowo - Hatta, bismillah niatnya untuk better Indonesia. Itu saja. Sebagai pemilih yang cerdas, referensi dari berbagai pihak sudah dapatkan. Indonesia lebih baik bukan karena saya memilih Presiden dengan perhitungan paling akurat, tetapi karena Allah. Karena kata ustad, tawakal itu pasrah bongkokan.
Allahu'alam. Intinya, warning buat diri saya sendiri dan teman-teman yang yakin dengan Prabowo Hatta, jangan sampai ada rasa sombong pada diri atas apa yang dipilih dan ikhtiarkan. Karena jatuhnya manusia bukan karena tidak berupaya, tapi karena kesombongan.
Dan, kamu, tau kabar Palestina?
Kalau saya hitung untung rugi. Tim sepakbola yang dibela-belain, gak pernah tuh belain saya. Calon presiden yang menang pun belum tentu belain saya. Tetapi, some people, our brother in Palestine, always there for us.
Terima
Kasih, Palestina!
Orang-orang Palestina ketika ditanya mengapa mereka tidak pergi saja
dari sana dan mengungsi ke negara tetangga—karena cobaan Yahudi terhadap
mereka begitu besar, mereka menjawab: "Jika kami keluar dari tanah ini
(Palestina), maka siapa lagi yang akan menjaga masjid suci Al-Aqsha?
Siapa lagi yang akan menjaga tanah wakaf umat Islam? Biarlah kami tetap
di sini, mewakili kalian (seluruh umat Islam di dunia), saudaraku." Ini
membuat kita begitu tertusuk. Tidakkah kita sadar bahwa mereka di sana
sebenarnya sedang mewakili kita melindungi tanah suci Palestina?
Menggantikan kewajiban kita menjaga warisan umat? Semoga Allah
memuliakan mereka semua.
Terima kasih, Palestina! (Diambil dr tumblr Herri Cahyadi)
Sekian. Selamat mencoblos (yg kiri). Barakallah buat kamu!
0 comments:
Posting Komentar
feel free to comment ^^d