"Haduhh, pusing, banyak banget yang menasihati kasih tahu ini itu, aku jadi bingung mau ngikutin yang mana?"
Secuplik kalimat di atas mungkin pernah kejadian juga sama diri kita ya. Pada akhirnya menuntut diri kita sendiri untuk memutuskan nasihat atau ilmu mana yang harus diserap dan dipakai, dengan garansi aman.
Wajar pakai banget. Seiring pesatnya perkembangan hubungan interpersonal via dunia maya dan dunia nyata lintas pulau lintas negara lintas benua gara-gara ada internet dan media sosial, sudah barang tentu diikuti banyaknya pengetahuan yang seliweran di mata dan telinga. "Ini benar, itu benar, ini gimana ya?" Apalagi buat kita yang temennya banyak banget. Mau minum teh aja ada yang bilang "jangan minum teh habis makan!", "minumnya pake tangan kanan", "enak banget lho minum teh pake kopi pake oreo", "teh paling bagus tu ocha macha", "enggaklah paling bagus tu yang dibuat dari daun teh pegunungan dan bagian pucuknya, itu lho yang iklannya ulat rebutan daun". Zzzh...minum teh aja kok ribet. Apa dicobain semua teh macha+pucuk+kopi+oreo? Entar klo ada apa2 gimana? #sruput "eh lupa bismillah!"
Baiklah, tulisan coret-coret saya di blog kali ini rencananya mau bahas seputar bikin saringan teh. Haha. Garing, Maksudnya kiat-kita menyaring ilmu biar tidak keracunan.
Secara Alamiah
Ilmu bagi hati dan pikiran itu ibarat makanan bagi lambung. Selama lambung kita normal dimasukin makanan halal dan baik (bergizi seimbang) maka selama itu pula hal-hal yang masuk bersama makanan akan terserap manfaatnya bagi tubuh. Kalau makanannya tidak halal dan buruk maka dengan sendirinya lambung kita akan bergejolak lalu muntah atau mencret atau demam. Jangka panjangnya jika diabaikan bisa kanker dan sebagainya. Nah, lalu umpamakan itu dengan ilmu dan hati. Ilmu yang tidak halal dan buruk secara otomatis akan terdepak bagi kita yang punya hati sehat.
Proses Pencernaan dan Adaptasi
Betapa indahnya kalau proses alamiah di atas ini dapat berlangsung terus seumur hidup. Badan sehat pikiran tenang, lalu mati. Eh agak horor juga. Alhamdulillah faktanya tidak ada. Satu-satunya manusia terkenal yang seperti itu hanya Rasulullah saw, yang jarang sakit dan cerdas karena hatinya bening. Yasudah teladani Rasulullah saja ya. Selesai tulisan saya. Haha. Garing.
Lanjut ya. Perhatikan gambar ini...
Ada yang memberi ada yang menerima. Ada yang memberi makan ada yang makan. Ada yang memberi ilmu ada yang menerima ilmu. Kita butuh wadah saat menerima apapun. Sehingga hal pertama yang harus kita siapkan untuk menerima dan mencerna ilmu adalah wadahnya. Wadah ya, bukan selang, bukan corong. Wadahnya kudu seperti Pure it. Bukan promosi, tetapi menurut saya bagusnya memang begitu.
Karena hati kita tidak seperti Rasulullah, yang sudah dicuci bersih sama malaikat. Pun kita tidak bisa memanggil malaikat buat bersihin hati kita. Salah panggil, malah nyawa kita yang dibersihin. Alhamdulillahnya kita dibekalin pedoman mencari bahan-bahan untuk menjaga wadah ilmu kita a.k.a hati supaya tetap bersih. Gambar pure it di atas, terdiri dari 5 bahan yang digunakan untuk menyaring air apapun (katanya) yang membahayakan tubuh menjadi air yang bermanfaat bagi tubuh.
Nah bahan-bahan saringan ilmu yang kudu dicari dan dipasang di hati sebagai berikut :
1. Penyerap Ilmu
Penyerap yang baik adalah penyerap yang banyak. Maksudnya, misal dapat ilmu satu paragraf, tidak hanya berhenti di situ saja. Cari lebih banyak dan lebih dalam lagi. Tidak hanya satu atau tiga referensi. Bisa jadi lebih dari lima narasumber kita ajak diskusi. Atau bahkan pakai riset juga makin mantab.
2. Karbon Sombong
Dari segudang ilmu yang kita serap, jika di dalamnya ada zat-zat kesombongan, maka ia akan diserap oleh karbon sombong. Jadi ilmu yang kita serap nanti, ilmu yang membuat kita menjadi semakin rendah hati,
3. Karbon Malas
Setelah itu ilmu masuk ke saringan karbon malas. Ilmu-ilmu yang mengandung zat kemalasan. Atau ilmu yang justru membuat kita jadi malas bekerja keras, sukanya jalan pintas, simsalabim langsung jadi. Lebih-lebih zat-zat dalam ilmu yang malah bikin kita malas beribadah akan terserap oleh karbon malas.
4. Karbon Syirik
Kemudian ilmu juga akan masuk ke saringan karbon syirik. Nah ini adalah saringan karbon paling penting. Karena bagian ini yang menyerap segala bentuk racun-racun kejahatan. Karena manusia bisa saja terlihat tidak sombong dan tidak malas di hadapan manusia tetapi dihadapan Tuhannya? Insya Allah kalau sudah bersih dari syirik, hati senantiasa sehat wal afiat.
5. Karbon Ikhlas dan Berkah
Nah ini ibarat air ditambah O2, oksigen, jadi air oksigen, air embun, yang katanya banyak manfaatnya. Jadi ilmu yang masuk di karbon ikhlas dan berkah akan disegel dengan zat-zat yang membuat ilmu berpahala berlipatganda bahkan sampai mati tetap mengalir pahalanya buat kita. Di gambar pure-it di atas saringan kelima dekat dengan tempat keluar air. Artinya air halal dan bersih siap diserap tubuh sendiri dan atau dibagikan ke orang lain dengan ikhlas. Maksudnya, sebagai contoh, kita menerapkan ilmu banyak sedekah banyak rejeki, tetapi setelah banyak sedekah kok rejeki biasa saja rasanya, nah disini butuh namanya ikhlas. Karena terkadang berkahnya ilmu tidak hanya terasa di dunia saja, bisa jadi di akhirat malah numpuk-numpuk.
Sekian tipsnya, yang diambil dari pengalaman hidup dan belajar dari buku dan guru. Maaf kurangnya, cuma Allah yang ngasih lebihnya. :)
Allahu'alam
0 comments:
Posting Komentar
feel free to comment ^^d