Apa yang aku lakukan untuk masa depan? Setiap kali
pertanyaan itu menyela lamunan, kadang pun menyisip diantara pikiran-pikiran
lain. Masa depan yang mana? Hari tua atau hari setelah tua. Pada tiap-tiap
pertanyaan itu pun aku tak hendak menjawab, karena berakhir dengan betikan
kekhawatiran.
Aku bukan tidak peduli. Hanya saja, jika Allah menghendaki
hatiku tenang, mengapa pertanyaan itu tiba-tiba menghampiri. Lalu, kuputuskan
menghitung sejenak. Ketemukan, bahwa aku memang tidak perlu meributkannya
sendiri. Secukupnya usahaku secukup itu pula rizkiku. Pastilah terjamin, asal
aku tidak malas, asal aku tidak mengeluh, asal aku begini dan begitu.
Namun, hatiku masih lah gegana. Aku bukan tidak bersyukur.
Kumencari-cari apalah maknanya. Oh, ternyata aku sedang dirundung rasa iri. Aku
tidak tenang karena rasa iri ini. Tahukan? Rasa iri akan menggiring hati
melakukan segala cara supaya kita bisa mendapatkan hal yang sama. Rasa iri
membuat tidur tak nyenyak atau air mata berlinang, sampai terpuas memperoleh apa
yang dimaui.
Kuamati dan kufahami kisah hidup mereka. Rupanya semua itu
adalah tentang menjaga hari ini. Melakukan sebaik amal hari ini. Melakukan
sebaik syukur hari ini. Melakukan sebaik sedekah hari ini. Melakukan sebaik
tulisan hari ini. Melakukan sebaik senyum hari ini. Sebaik-baiknya untuk hari
ini. Karena mereka pun tidak tahu, hari terbaik mana yang akan dikenang sebagai
sejarah. Hari yang mana, ketika kebaikan terbaik itu diizinkan oleh Allah
didengar seluruh makhluk. Atau tidak butuh sama sekali. Tetapi tinta telah tergores
dan mengering. Hari yang ini, hari yang ini, hari ini.
0 comments:
Posting Komentar
feel free to comment ^^d