Jumat, 20 Juli 2012

Bukan mau bahas blow up media tentang ijtihad penentuan 1 Ramadhan dari media semalem. Kalau saya mah nunggu sms dari leluhur. Dengan prinsip ikut jamaah dan pemerintah. Insya Allah pemerintah yang saya ikuti telah berikhtiar dengan sebaik-baiknya. Kesimpulan sidang pun, tidak apa berbeda asal tetap menghargai dan menjaga persatuan. Okeh ^^d

Nah,, jadinya saya puasa Sabtu. Cring cring, ada message masuk di hape, 
A : Assalamu'alaikum. Mbak curhat fiqh bls y. Smlm aku belum niat puasa krn ngrasa blm selesai dapet, tapi tadi pagi2 pas udah bangun ternyata aku udah bersih. Klo aku niat puasa terus puasa hari ini boleh gak?
D : bangunnya setelah subuh?
A : iya
D : [meyakinkan diri dengan membaca2 lagi] 

Kasusnya, ada pada "niat".. 

Kapan niat puasa?

Dalam hal niat puasa wajib (jenis apa saja), para ulama berbagai mazhab sepakat bahwa niat harus dilaksanakan pada malam hari. Pendapat ini didasarkan pada hadis Rasul saw. yang diriwayatkan oleh Sayidah 'Aisyah:
"Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, maka tidak sah puasanya".
Lain halnya puasa sunnat, waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa sunat, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur.

Kembali ke persoalan, seandainya lupa berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah melakukan niat setelah terbit fajar atau pagi harinya?

Untuk lebih detailnya, marilah kita ikuti berbagai pendapat berikut ini:

  1. Pendapat mazhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa qadla, puasa kafarat, puasa karena telah melakukan haji tamattu' dan qiran --sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah puasanya.
  2. Karena, menurut mazhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan pusa-puasa sunnah yang tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai sebelum Dhuhur.
  3. Mazhab Malikiyah : Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa sunnah.
  4. Mazhab Syafi'iyah : Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadlan; yang sifatnya menjadi tanggungan seperti qadla', nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa sunnnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari. Karena Nabi saw. suatu hari berkata pada 'Aisyah: 'Apakah kamu mempunyai makanan?'. Jawab 'Aisyah: 'Tidak punya'. Terus Nabi bilang: 'Kalau begitu aku puasa'. Lantas 'Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya: 'Adakah sesuatu yang bisa dimakan?'. Jawab 'Aisyah: 'Ada'. Lantas Nabi berkata: 'Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa'.
  5. Mazhab Hambaliyah : Tidak beda dari Syafi'iyah, mazhab ini mengharuskan niat dilakukan pada malam hari, untuk semupa jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah, berbeda dari Syafi'iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur (dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar). Dan pendapat yang terakhir inilah (bolehnya niat puasa sunat walaupun telah lewat Dhuhur) yang paling kuat.(Menurut Dr. Wahbah al-Zuheily.Red)

[Dirangkum dari buku: THE ISLAMIC JURISPRUDENCE AND ITS EVIDENCES, Jilid III, karya Prof. Dr. Wahbah Al Zuhaily. (Tim penerjemah: Hendra Suherman, Eva Fachrunnisa, Ali Mu'in Amnur, dan Zaimatussa'diyah)]

Truss.. cari cari lagi yang khusus fiqh wanita...

Bagi wanita haidh dan nifas: "Haram" untuk berpuasa karena salah satu syarat sah puasa yaitu suci dari haidh dan nifas. Syarat ini harus ada semenjak terbitnya fajar hingga terbenam matahari. Jadi bagi seorang wanita, jika ia sedang berpuasa, lalu ia mengalami haid walaupun 5 menit sebelum waktu maghrib, maka ia harus membatalkan puasanya dan wajib baginya untuk mengqodho puasanya. Hal ini sesuai dengan riwayat Aisyah R.a "kami diperintah untuk mengqodho puasa dan tidak diperintah untuk mengqodho sholat" (HR.Muslim).

Jika wanita yang sedang haid atau nifas telah terputus haidnya dan bersuci pada siang hari bulan ramadhan, maka menurut madhab syafi'I disunnahkan baginya untuk menahan semua hal-hal yang membatalkan puasa, hal ini untuk menghormati bulan suci ramadhan dan orang-orang yang berpuasa.

Jika telah terputus haidh atau nifasnya pada malam hari sebelum terbit fajar tetapi ia belum mandi besar, maka bolehkah ia berpuasa dengan mengakhirkan mandinya hingga setelah terbit fajar? Dalam hal ini ia dibolehkan berpuasa meskipun belum mandi besar hingga terbit fajar seperti halnya orang yang junub, ketika terbit fajar ia belum mandi besar, dibolehkan berpuasa pada pagi harinya. Dengan syarat: bahwa ia yakin haidhnya terputus sebelum fajar tiba, dan ia telah berniat pada malam hari hingga sebelum fajar.

Masalah niat puasa Ramadhan: kapan waktunya? Haruskah berulang-ulang setiap kali kita ingin berpuasa?.
Jumhur ulama' berpendapat bahwa niat puasa Ramadhan pada tiap malam hari setelah terbenam matahari sampai sebelum terbit fajar. Hal ini sesuai dengan hadits : "barangsiapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka tidak sah puasanya" (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Sedangkan madhab maliki berpendapat bahwa niat cukup satu kali pada malam pertama Ramadhan , niat sekali untuk seluruh bulan ramadhan selama puasanya tidak terputus puasanya karena safar, sakit atau sebab lain.
Untuk keluar dari khilaf/perbedaan: kita berniat sekali untuk semua ramadhan, dan niat tiap malam untuk tiap hari bulan ramadhan. Wallahua'lam.
Niat pada malam hari ini, untuk puasa wajib (puasa ramadhan, puasa nadzar, puasa kaffarah), adapun untuk puasa sunnah, maka niat boleh dilakukan kapan saja.

Alhamdulillah. Disimpulkan trus bls sms dg lebih yakin ^^

"Sesuatu menjadi lebih penting ketika kita merasa kehilangannya"

Maaf lahir batin untuk segala khilaf dan prasangka. 

Ramadhan Mubarak!

15 comments:

  1. waahh, terimakasih ilmu nya...
    bermanfaay!

    BalasHapus
  2. aih, mantap neh! persoalan niat ini emang amat krusial, kalo gak niat, bisa gak diterima puasanya. gitu yaa des?

    tfs! ^^b

    BalasHapus
  3. Terima kasih untuk share nya yg bermanfaat :)

    BalasHapus
  4. terbit fajar ini maksudnya subuh kan ?
    jangan sampai mandi junubnya kesiangan trus kelewat sholat subuhnya :)

    BalasHapus
  5. niat sekali mbahas niatnya..hehe

    oke, top, des

    BalasHapus
  6. alhamdulillah. sami sami mbak dyas baik :)

    BalasHapus
  7. kayaknya semua ibadah gitu ya mbak..
    yup ^^d

    *ohya mbak. klo mw kontak hp nomerku yang m3. klo blm pny ntar message aja :D

    BalasHapus
  8. alhamdulillah.. hikmah sms pagi2

    BalasHapus
  9. iya mbak shant...
    nah terkait kasus mandi kesiangan itu ternyata masih diperbolehkan (syarat n ketentuan berlaku)

    BalasHapus
  10. terimakasih banyak artikelnya mas, mantab deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf ya mas. Saya mbak bukan :D
      Terimakasih sudah berkunjung dan komentar.

      Hapus
    2. Maaf ya mas. Saya mbak bukan :D
      Terimakasih sudah berkunjung dan komentar.

      Hapus

feel free to comment ^^d