Jumat, 11 April 2014

Inspirasi tulisan kali ini gara2 nengok twitter (tadi) kemaren pagi-pagi.

Kualitas RT @ustadzhilman @kangrendy Kursinya 50an aja misalnya.. tapi kinerjanya setara 400 kursi.. itu yang TOP

Hari H pemilu saya, bapak, ibu, adek juga tetangga-tetangga saya, berangkat ke TPS. Miapah? Apakah kami punya alasan yang sama? Bahkan ketika sampai di TPS sebagian orang bingung siapa yang akan dipilih, bingung karena tidak kenal calegnya, bingung karena tidak tahu bagaimana nyoblosnya, bingung karena tidak tahu bedanya DPD, DPR RI, DPRD, atau bahkan bingung "kenapa gue harus ada di sini?" Aih mau nyalahin siapa.

Herannya, meskipun bingung mereka tetap "datang" (hadir badannya di lokasi, butuh jalan kaki atau naik kendaraan ke lokasi, kalo difoto ada beneran, gak hoax) . Kenapah? Miapah? Menurut pengamatan saya di tekape, mungkin pemilih-pemilih ini bisa digolongkan ke 3 jenis berikut :
1. Terpaksa, meski udah sering di PHP in
Keluarganya caleg, temannya caleg, tetangganya caleg, kekasihnya caleg, korban serangan fajar, atau butuh duit sekalian aja jadi saksi.

2. Iseng dan mencari keuntungan
Biar ketemu si dia di tps, bosen di rumah, coba aja datang ntar coblos sembarangan, pengangguran gak ada kerjaan dan pas ada lowongan nyoblosin kertas suara si golput (per kertas 2000 lah).

3. Berharap
Nah golongan yang berharap ini dibagi lagi jadi 3 sub golongan (halah)
3.a. Berharap pada manusia (si caleg, si tokoh, si capres)
3.b. Berharap pada partai
3.c. Berharap pada Allah swt
Untuk apa?
Keuntungan pribadi (bisnisnya, keluarganya, masa depannya), Kemajuan Indonesia, atau bahkan Kehancuran Indonesia (nauzubillah)




Kalau boleh saya mirip-miripin kondisi TPS  di RW saya dengan TPS lain. Kalau benar logikanya pemimpin itu wajah anggota sehingga wakil rakyat itu perwajahan rakyat maka bisa jadi benarlah data (quick count) berbicara saat ini, pengalaman selama ini data mereka, paling beda 1-5 persen (signifikanjugasih -_-"). 

Maksud pembenaran saya disini berkaitan dengan tweet di atas, yaitu tentang besarnya kualitas bukan banyaknya kuantitas. Jika masih banyak pemilih yang kualitasnya datang ke TPS dengan alasan 1 dan 2, maka sebanyak itu pula jumlah kursi DPR/DPD yang akan bekerja karena terpaksa atau iseng-iseng mencari keuntungan. Jika pun dengan alasan ketiga, alasan yang lebih mending dari 1 dan 2, mungkin kita perlu tahu kepada siapa dan untuk apa mereka berharap, hingga sebanyak itu pula kursi DPR/DPD bekerja sesuai harapan mereka. Well, opini ini butuh riset lagi. Memang, dalam hati siapa tahu.

0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d