Kamis, 29 Januari 2015

Ish berat judulnya. Butuh kajian aqidah kalau bicara soal takdir, qadarullah, nasib, rejeki dan lain sebagainya. Anyhow, disini saya ingin berbagi cerita dari teman-teman dan hikmah yang turun dari langit kepada otak dan hati saya.

Masih ada yang heran dengan jalan hidup orang lain. "Eh… dia kan Teknik Industri dari U*M lagi, kok kerjanya di bank sih? Mau-maunya. Eh… dia kan S2, kok Cuma jadi pedagang sih? Gak sayang ilmunya. Eh… dia kan pinter, tapi gak kerja ya? Sayang duitnya. Eh.. dulu kan dia begini, kok sekarang begitu?" Eh… dan eh… kok dan eh… sejenis. Kalau diterusin bisa jadi ghibah. Oh nhow!

Menanggapi orang seperti ini, kudu diliat lebih dalam merknya seperti apa. Kalau emang jenis yang banyak komen langsung skak mat aja, kalau kelihatan kurang gaul dibawa dulu cerita-cerita panjang dan menyentuh sampai dia ngambil kesimpulan sendiri, kalau kelihatan bodoh nah ini kudu lebih panjang lebar jelasinnya, gak bisa sekali dua kali. Tetapi semua itu bergantung dari kitanya mau nanggapin apa enggak. Cuma.. saya sendiri tidak akan diam begitu saja, ketika ada “kalimat tingkat rendah” seperti itu. Maksudnya, kalau dia orang yang faham gak akan berkomentar seperti itu, kecuali dia sedang ngetes kita. Sehingga dalam rangka belajar dan mengajak ke arah berfikir yang lebih baik, karena saya yakin pola pikir semacam itu akan dibawa sampe keturunannya, khawatir nular ke keturunan saya juga. #tepokjidat

Emang apa salahnya? Apa rendahnya pertanyaan itu? Memang begitu kan faktanya? No no… big no ya buat kamu yang terjebak ditulisan saya ini (#belagak penulis, :p) apalagi buat kamu yang punya agama, terlebih islam.

Tentang Passion
True, experience is the best teacher. Ini hanya masalah lamanya waktu yang tergunakan oleh setiap orang dalam mencari passion atau bakat hidupnya. Saya pernah membaca bukunya om Rene S. ~sangat berapi-api membahas soal mengejar Passion. Bahkan sampai dia menemukan passion nya dan menulis buku tentang passion dia sudah jatuh bangun berulang kali. Perlu disadari bahwa sebagian kita menyerap ilmu yang diajarkan guru dan dosen di kelas, sebagian lain menyerap relasi dan teman-teman, sebagian lagi menyerap banyak kegagalan karena tinggal kelas atau ngulang matkul. Sehingga, apa yang diserap itulah yang dikeluarkan, ada yang diproses jadi lebih baik ada yang sebaliknya. Nah, begitulah ketika melihat fenomena “eh… eh.. kok” (diatas). Tanggapi saja komentator itu dengan jawaban “mungkin dia sedang mengejar dan mengujicoba passionnya” atau “siapa tau itu sudah passionnya (read:yangpentingdapatduit)”

Tentang Takdir
Dari jaman TPA, SD, diulang terus sampai SMP/SMA oleh guru agama kita, ketika mati nanti yang pertama kali ditanya oleh malaikat adalah amal ibadah kita. Bukan sekolah dimana, kuliah dimana, kerja dimana, atau berapa gajinya. Ehhmm mungkin para malaikat akan sedikit berimprovisasi dengan pertanyaan begini “dulu selama kuliah sholatmu bolong gak?” atau “dulu waktu SMP nabimu masih Muhammad?” atau “dulu waktu kerja kamu takutnya sama bos apa sama Tuhan? Eh siapa TuhanMu?” #agakngaco

Jadi jika kita terjebak situasi dengan teman yang berkomentar “eh dia kan (#diatas)” jawab aja..
  • Buat yang banyak komen : “ya bisa jadi dia baru dapat hidayah, kalau yang dibawa mati nanti bukan gaji perusahaannya” agak dipanjangin dikit “yang penting kan halal… bisa jadi dia banyak sedekahnya apa yg disayangkan…eh jangan2 dia punya panti asuhan, siapa tau dia lebih solih/solihah dari kelihatannya… bisa jadi dan bisa jadi yang positif lainnya” jawaban seperti ini sekaligus mengurangi resiko makan daging sodara sendiri.
  • Trus jawaban buat yang kurang gaul : ceritain sebanyak-banyaknya kisah orang aneh kayak J.K Rowling (yang gelandangan trus jadi penulis Harry Potter) , Bilal bin Rabah (yang budak item banget eh masuk surga, trus beberapa pengusaha, penulis yang kudu drop out sebelum sukses, atau cari aja tetangga yang nasibnya mirip-mirip begitu.
  • Nah, yang kayaknya bodoh, yang udah dijelasin 1&2 tetap mlengos. Jekpot. Lanjut baca dulu…


Tentang Hari Akhir
Buat muslim muslimah. Hari akhir itu kan gerbangnya alam dunia ke alam akhirat ya. Pintu satu satunya pindah dari yang semu ke yang kekal. So nasib dan takdir kita gak berhenti sampai di dunia saja, masih berlanjut eposidenya ketika di akhirat. Selamanya! Gak balik lagi ke dunia! Antara Surga dan Neraka! Ketemu Allah atau iblis! #suasanamenjadihoror

Bisa jadi yang komentar ke orang lain sedang mengomentari dirinya sendiri. He. Artinya segala sesuatu kita refleksikan ke dalam diri sediri kan. Bisa jadi takdir-takdir yang kita jalani tidak sepenuhnya membawa kita pada nasib yang (terlihat) baik. Misal, passion kita penyiar radio, coba gagal, coba gagal, coba berhasil. Tenar tuh. Tetapi gaji kita cukup buat makan aja. Trus naik pangkat jd penyiar nasional. Gaji berjuta-juta. Lalu, andai kita hidup hingga usia 70 tahun, apakah Stasiun Radio/Televisi tempat kita bekerja akan tetap memperkerjakan kita? Manatau gigi kita ompong susah ngomong. Hehe. Begitu pula dengan passion dan pekerjaan lain yang kita jalani. Alangkah baiknya pengejaran passion berkorelasi dengan tingkat kedisiplinan kita dalam beribadah dan beramal. Suer deh buktikan nanti di akhirat. Karena begini, Allah itu maunya kita ke surga, jadi Allah akan habis-habisan ngajarin kita supaya bahagia di dunia dan akhirat. Kalau mengejar passion kita bikin kita lupa sama Allah, ya gak rela lah Allah. #sweeet.  



So dear, jika saat di dunia ini kita sedang bekerja sesuai passion kita atau pun tidak, menjalani hidup sesuai dengan ilmu yang kita rintis sejak SD atau pun tidak, sesuai dengan mimpi-mimpi kita atau pun tidak, yang paling penting semoga kita tidak lupa pada passion menyiapkan hari akhir, sehingga takdir-takdir kita pada masa ini tetap membawa kita pada nasib yang (benar-benar) baik di hari akhir nanti. Insya Allah.

Jadi, jekpot diatas dijawab dengan closing statemen “takdir, kamu juga gak tau kan takdirmu besok gmn? Mantau mati, bawa apa kau mati nanti?” wassalam.

Allahu’alam bisowab.

0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d