Kami tidak pernah menduga suasana akan menjadi sepanas dan setegang itu. Kehadirannya membuat murka. Seenaknya saja dia melecehkan agama. Saya, tidak bisa tinggal diam. Dia pikir dia siapa?
***
Awalnya beliau mengucapkan Assalamu alaikum. Bau-baunya dia muslim yang taat. Kesan pertama cukup menarik perhatian kami. Akrab saja perasaannya berdialog dengan beliau. Penuh canda tawa. Setelah istirahat makan. Entah kesambet jin mana perbincangan kami mulai melenceng. Saya pikir ini sandiwara. Ya, pasti sandiwara. Hanya saja mimik beliau terlalu meyakinkan jika ini disebut rekayasa.
"Kalian agamanya apa?"
Dengan yakin kami ber tiga puluh langsung mengaku : ISLAM.
"Yakin dengan agama kalian? Apa tidak salah pilih agama?"
(heh)
Entah kenapa mendadak jadi ada sedikit jeda untuk menjawab pertanyaan itu. Kami ragu apa tujuan beliau bertanya tentang itu. Jeda itu membuat beliau berteriak "Yakin nggak?"
Karena kaget kami menyahut : IYA
"Kenapa kalian memeluk islam?"
Kali ini beliau meminta kami menjawab satu per satu. Kedapatan teman saya menjawab : KARENA ISLAM AGAMA YANG BENAR.
Teman lainnya : KARENA ISLAM AGAMA YANG SUDAH DIJAMIN DI DALAM ALQURAN, SELAMAT.
Teman lainnya lagi : KARENA DARI LAHIR SUDAH ISLAM SIH PAK. (gyaa)
"Oh begitu, kata siapa islam itu benar? orang tua kalian? orang tua kalian tahu dari mana?"
Jeda semakin panjang. Saya meletakkan buku dan pulpen yang saya genggam dari tadi. Saya pikir kami akan mendapat materi tentang aqidah. Rupanya ini ujian aqidah. Saya terdiam.
Seorang teman saya menyeletuk : "Bapak agamanya apa?"
Beliau tampak tidak serius menjawab : "Oh saya ya dengan agama saya"
ERrr..geregetan.
Belum sempat kami berpikir beliau sudah menggertak lagi "Jadi jawabannya apa?!!!"
Seorang teman saya angkat tangan : "Islam itu sebuah keyakinan Pak! Saya yakin islam itu agama yang benar, jadi ya sudah, ngapain bapak nanya2"
Tidak. Bukan itu jawaban yang bijak. Saya memutar otak untuk bisa menjawab pertanyaan bapak itu.
Ehem saya angkat tangan : "Islam adalah agama fitrah manusia, segala tata urusan kehidupan di bumi telah diatur oleh islam di dalam Alquran, sedangkan Alquran sendiri adalah firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad." (cieh, dapet bisikan malaikat)
Tidak bergidik beliau semakin melecehkan "Jadi kalian percaya sama Muhammad, dia itu kan juga manusia kayak kalian, bisa saja dia bohong, ya kan?"
ERrr..sebel.
"Gimana? Masih yakin bahwa agama kalian itu benar?"
Teman disamping saya cekikan. "Ah Des, bapak ini ngerjain kita, rasanya pengen aku balas!"
Kami memang punya argumentasi yang baik, hanya saja untuk menjelaskan dengan redaksi yang runtut dan memahamkan sangat sulit. Berkali kali kami berdiskusi kecil membantah lelucon dan pernyataan beliau tetap saja kami kepentok. Tok.
Lalu.
"Baiklah, saya pending pertanyaan itu? Tapi saya tetep mau bertanya lagi. Boleh?"
Dengan terpaksa dan perasaan mengambang kami jawab : Ya boleh.
"Tuhan kalian itu ada nggak sih?"
(hah! akjhaskhfueifrdjcnn!)
Ada yang tidak sabaran lalu berteriak : ada dong pak! gimana sih.
"Mana? saya nggak bisa liat? tunjukkin dong ke saya kalau Tuhan kalian itu ada?"
Saya ikut tidak sabar : "Kita bisa merasakan keberadaan Allah lewat penciptaannya, manusia, bumi, planet, dll adalah bukti bahwa Allah ada. Masak semua itu tidak ada penciptanya." (bisikan dari surga)
"Siapa bilang Tuhan kalian yang menciptakan. Lha wong saya punya teori terciptanya alam semestah kok. Sok tahu kalian itu!"
(Arghhh.. Zzzz!)
Lalu beliau menjelaskan teori-teori itu, memasukkan logika bahwa itu semua bukan ciptaan Allah tetapi ada dengan sendirinya.
"Jadi mana Tuhan kalian? mana bisa dipercaya kalau nggak kelihatan begitu. Berarti agama kalian itu bohong!"
Teman di depan saya bergumam dengan keras "Allah itu bisa ada dimana-mana."
"Wah hebat sekali ya. Berarti kalau kalian masak Tuhan juga ada disitu, dimana? diwajannya? terus kalau kalian ke WC trus buang air ada Tuhan juga ngikut gitu?"
ERrr.. Hssssss!
Teman di samping saya berbisik. "Des, aku ada ide, tapi kamu yang ngelakuin ya?"
Hahaha... sepertinya kali ini beliau akan terjepit.
Saya memanggil beliau untuk menghampiri posisi duduk saya. Lalu memintanya untuk mengulurkan tangannya. Dan "plak!" saya memukul tangan beliau dengan sebuah pensil. Lalu saya bertanya "sakit pak?"
Beliau tersenyum "ya sakitlah! emangnya ini kulit besi apa, enak aja main pukul"
"Apa buktinya Pak? Mana kita nggak bisa liat kalau tangan bapak sakit?"
Beliau masih mengelus-elus bagian tangan bekas pukulanku. Hwadu, semoga nggak parah. Lalu beliau mengambil penggaris panjang berjalan lagi ke arahku. "Sini, kalau mau tau rasanya."
Hedew, senjata makan tuan. Beliau tidak segan-segan memukul lengan saya dengan penggaris panjang. Duh!
Beliau tanya balik "Sakit kan? mana buktinya?"
Saya meringis. Seluruh ruangan malah tertawa. Pukulan itu tidak merubah pendiriannya.
Kami mutung (bahasa jawa artinya : ngambek). Setiap pernyataan dan pertanyaan beliau tidak lagi kami jawab.
"Terus bapak ini maunya apa sih?"
Teman saya tampak marah.
"Saya datang kesini, untuk mengajak kalian ikut dengan agama saya."
Badan tegak kami menjadi lunglai. Ada yang berbalik ke belakang.
"Kalau kalian ikut dengan saya, saya jamin akan selamat."
Tanpa mengangkat tangan saya nyeletuk lagi : "Apa buktinya pak kalau kami bisa selamat?"
Beliau tidak menjawab, malah menantang lagi "Lhah tadi pertanyaan saya belum dijawab, kenapa kalian memilih agama kalian itu, yang nggak jelas!?!"
ERrr...dibolak balik doang.
"Gimana ada yang mau ikut dengan saya?" beliau menunjuk satu persatu wajah kami.
"Enggak, emoh, enggak lah, tidak, no way, islam paling benar, apapun yang terjadi agama saya tetap islam." Kami bersikukuh memeluk islam dengan modal YAKIN.
Eitz, ada dua orang teman kami yang terjebak.
"Nah, ini teman kalian ada yang sudah cerdas! mereka mau ikut dengan saya."
Semua mata tertuju padanya. Dia hanya diam sambil tersenyum. Mata beralih ke salah seorang lagi. Dia mengajukan syarat "tapi bapak harus menjelaskan dulu pada kami, agama bapak itu seperti apa?"
"Oke. Saya sudah cukup puas sampai sini. Sudah dapat dua anggota. Saya doakan semoga yang lainnya cepat menyusul. Saya yakin pasti kalian akan mengikuti saya. Baiklah, kita istirahat dulu."
_________
*Kejadiannya sudah cukup lama. Saat ilmu yang cetek masih bikin malu. Ni postingan terinspirasi dari sini.
***
Awalnya beliau mengucapkan Assalamu alaikum. Bau-baunya dia muslim yang taat. Kesan pertama cukup menarik perhatian kami. Akrab saja perasaannya berdialog dengan beliau. Penuh canda tawa. Setelah istirahat makan. Entah kesambet jin mana perbincangan kami mulai melenceng. Saya pikir ini sandiwara. Ya, pasti sandiwara. Hanya saja mimik beliau terlalu meyakinkan jika ini disebut rekayasa.
"Kalian agamanya apa?"
Dengan yakin kami ber tiga puluh langsung mengaku : ISLAM.
"Yakin dengan agama kalian? Apa tidak salah pilih agama?"
(heh)
Entah kenapa mendadak jadi ada sedikit jeda untuk menjawab pertanyaan itu. Kami ragu apa tujuan beliau bertanya tentang itu. Jeda itu membuat beliau berteriak "Yakin nggak?"
Karena kaget kami menyahut : IYA
"Kenapa kalian memeluk islam?"
Kali ini beliau meminta kami menjawab satu per satu. Kedapatan teman saya menjawab : KARENA ISLAM AGAMA YANG BENAR.
Teman lainnya : KARENA ISLAM AGAMA YANG SUDAH DIJAMIN DI DALAM ALQURAN, SELAMAT.
Teman lainnya lagi : KARENA DARI LAHIR SUDAH ISLAM SIH PAK. (gyaa)
"Oh begitu, kata siapa islam itu benar? orang tua kalian? orang tua kalian tahu dari mana?"
Jeda semakin panjang. Saya meletakkan buku dan pulpen yang saya genggam dari tadi. Saya pikir kami akan mendapat materi tentang aqidah. Rupanya ini ujian aqidah. Saya terdiam.
Seorang teman saya menyeletuk : "Bapak agamanya apa?"
Beliau tampak tidak serius menjawab : "Oh saya ya dengan agama saya"
ERrr..geregetan.
Belum sempat kami berpikir beliau sudah menggertak lagi "Jadi jawabannya apa?!!!"
Seorang teman saya angkat tangan : "Islam itu sebuah keyakinan Pak! Saya yakin islam itu agama yang benar, jadi ya sudah, ngapain bapak nanya2"
Tidak. Bukan itu jawaban yang bijak. Saya memutar otak untuk bisa menjawab pertanyaan bapak itu.
Ehem saya angkat tangan : "Islam adalah agama fitrah manusia, segala tata urusan kehidupan di bumi telah diatur oleh islam di dalam Alquran, sedangkan Alquran sendiri adalah firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad." (cieh, dapet bisikan malaikat)
Tidak bergidik beliau semakin melecehkan "Jadi kalian percaya sama Muhammad, dia itu kan juga manusia kayak kalian, bisa saja dia bohong, ya kan?"
ERrr..sebel.
"Gimana? Masih yakin bahwa agama kalian itu benar?"
Teman disamping saya cekikan. "Ah Des, bapak ini ngerjain kita, rasanya pengen aku balas!"
Kami memang punya argumentasi yang baik, hanya saja untuk menjelaskan dengan redaksi yang runtut dan memahamkan sangat sulit. Berkali kali kami berdiskusi kecil membantah lelucon dan pernyataan beliau tetap saja kami kepentok. Tok.
Lalu.
"Baiklah, saya pending pertanyaan itu? Tapi saya tetep mau bertanya lagi. Boleh?"
Dengan terpaksa dan perasaan mengambang kami jawab : Ya boleh.
"Tuhan kalian itu ada nggak sih?"
(hah! akjhaskhfueifrdjcnn!)
Ada yang tidak sabaran lalu berteriak : ada dong pak! gimana sih.
"Mana? saya nggak bisa liat? tunjukkin dong ke saya kalau Tuhan kalian itu ada?"
Saya ikut tidak sabar : "Kita bisa merasakan keberadaan Allah lewat penciptaannya, manusia, bumi, planet, dll adalah bukti bahwa Allah ada. Masak semua itu tidak ada penciptanya." (bisikan dari surga)
"Siapa bilang Tuhan kalian yang menciptakan. Lha wong saya punya teori terciptanya alam semestah kok. Sok tahu kalian itu!"
(Arghhh.. Zzzz!)
Lalu beliau menjelaskan teori-teori itu, memasukkan logika bahwa itu semua bukan ciptaan Allah tetapi ada dengan sendirinya.
"Jadi mana Tuhan kalian? mana bisa dipercaya kalau nggak kelihatan begitu. Berarti agama kalian itu bohong!"
Teman di depan saya bergumam dengan keras "Allah itu bisa ada dimana-mana."
"Wah hebat sekali ya. Berarti kalau kalian masak Tuhan juga ada disitu, dimana? diwajannya? terus kalau kalian ke WC trus buang air ada Tuhan juga ngikut gitu?"
ERrr.. Hssssss!
Teman di samping saya berbisik. "Des, aku ada ide, tapi kamu yang ngelakuin ya?"
Hahaha... sepertinya kali ini beliau akan terjepit.
Saya memanggil beliau untuk menghampiri posisi duduk saya. Lalu memintanya untuk mengulurkan tangannya. Dan "plak!" saya memukul tangan beliau dengan sebuah pensil. Lalu saya bertanya "sakit pak?"
Beliau tersenyum "ya sakitlah! emangnya ini kulit besi apa, enak aja main pukul"
"Apa buktinya Pak? Mana kita nggak bisa liat kalau tangan bapak sakit?"
Beliau masih mengelus-elus bagian tangan bekas pukulanku. Hwadu, semoga nggak parah. Lalu beliau mengambil penggaris panjang berjalan lagi ke arahku. "Sini, kalau mau tau rasanya."
Hedew, senjata makan tuan. Beliau tidak segan-segan memukul lengan saya dengan penggaris panjang. Duh!
Beliau tanya balik "Sakit kan? mana buktinya?"
Saya meringis. Seluruh ruangan malah tertawa. Pukulan itu tidak merubah pendiriannya.
Kami mutung (bahasa jawa artinya : ngambek). Setiap pernyataan dan pertanyaan beliau tidak lagi kami jawab.
"Terus bapak ini maunya apa sih?"
Teman saya tampak marah.
"Saya datang kesini, untuk mengajak kalian ikut dengan agama saya."
Badan tegak kami menjadi lunglai. Ada yang berbalik ke belakang.
"Kalau kalian ikut dengan saya, saya jamin akan selamat."
Tanpa mengangkat tangan saya nyeletuk lagi : "Apa buktinya pak kalau kami bisa selamat?"
Beliau tidak menjawab, malah menantang lagi "Lhah tadi pertanyaan saya belum dijawab, kenapa kalian memilih agama kalian itu, yang nggak jelas!?!"
ERrr...dibolak balik doang.
"Gimana ada yang mau ikut dengan saya?" beliau menunjuk satu persatu wajah kami.
"Enggak, emoh, enggak lah, tidak, no way, islam paling benar, apapun yang terjadi agama saya tetap islam." Kami bersikukuh memeluk islam dengan modal YAKIN.
Eitz, ada dua orang teman kami yang terjebak.
"Nah, ini teman kalian ada yang sudah cerdas! mereka mau ikut dengan saya."
Semua mata tertuju padanya. Dia hanya diam sambil tersenyum. Mata beralih ke salah seorang lagi. Dia mengajukan syarat "tapi bapak harus menjelaskan dulu pada kami, agama bapak itu seperti apa?"
"Oke. Saya sudah cukup puas sampai sini. Sudah dapat dua anggota. Saya doakan semoga yang lainnya cepat menyusul. Saya yakin pasti kalian akan mengikuti saya. Baiklah, kita istirahat dulu."
_________
*Kejadiannya sudah cukup lama. Saat ilmu yang cetek masih bikin malu. Ni postingan terinspirasi dari sini.
ini kisah nyata..??
BalasHapusjadi bapaknya agamanya apa?
heuheu..jadi inget waktu join SKI di SMA dulu...ahahahahahaha
BalasHapusSiapa bapak itu Des?
BalasHapusiya nyata mbak Ndha.
BalasHapusnyata nyata dramatisasi.
bapaknya islam tulen.
setelah istirahat dia menjelaskan panjang lebar tentang aqidah.
*maunya dilanjutin ceritanya, tapi panjang benerrr..
cerita muh. penasaran.
BalasHapusbapak utusan dari kampus mbak Rien. aktor hebat sepertinya.
BalasHapusharus ditanya begini: bapak punya otak? mana? saya ga lihat otak bapak....
BalasHapuswah.... kisah nyata ya?
BalasHapushahaha.. ngeselin memang.. :)) meskipun maksudna baik haha.. endingna gimana? dapet siraman aqidah & baikan sama bapak itu ngga?
BalasHapuswooww.. Trs ini critanya si bapak cuma akting yaa??
BalasHapusWow. Keren. Kirain dosen filsafat. Adikku di kelasnya dari awal udah diwanti2 sama si dosen: jangan bawa2 agama yaa!
BalasHapusAku juga pernah diajak diskusi pas nunggu kereta. Tapi bukan orang yang nyamar gitu. Dia beneran orang sekte gitu.. Salah 1 pertanyaan yang kuingat: katanya Maha Penyayang, tapi kok Tuhan memberi hukuman? Trus dimasukin k neraka... *asli langsung pindah tempat duduk waktu itu*
jurus itu juga udah dipake pak.
BalasHapustrus beliau bilang gini : "Kalian mau jamin kalau saya nunjukin otak saya, habis itu bisa kembali lagi seperti semula?" (yaelah ogah)
iya mbak arni. kisah nyata yang direkayasa.
BalasHapus*tiba2 pengen ketemu bapakny lagi. hohoo
endingnya. masih ngeselin. setelah ngasih tau ayat2 Alquran yang membernarkan islam dan bukan aga,a lain, dan bahwa Allah itu hanya ada di Ar-Rasy.
BalasHapusbeliau bilang gini : "hah kalian itu, coba dari tadi ikut saya saja, kan nggak sampe sore begini, capek saya daripagi ngomong terus. gimana? percaya kan sekarang kalau agama saya benar, kalian sih pada su'uzon, saya itu cuma mau membawa kalian pada agama yang lurus. Islam"
*gubrak! yaelah pak..
iya dan. akting yang meyakinkan. sampe temenku ada yg percaya trus nanya : "eh kok bapaknya aneh c? jangan2 kampus salah kirim orang lagi" haha.. ;p
BalasHapushah? sampe segitunya ya mbak? terus adeknya mbak Ai gimana nanggepinnya?
BalasHapuspernah juga ngerasain kelas filsafat tapi tetep islami (*ya iyalah des)
hahahaha.. a good way to give a good point anyway! salut sama si bapak! hihi
BalasHapusiya...Alloh itu di ArsyNya :)
BalasHapuswow. lebih seru kayaknya mbak!
BalasHapuswaktu mbak Ai pindah dia nggak ngikutin? ;p
lupa detilnya, tp garis besarnya masih inget..
BalasHapusDulu di SMA, kegiatan KDI (Kajian Dinul Islam) diadakan setiap ba'da Sholat Jum'at. Saat itu kami (siswa kelas 1, anggota SKI yg baru) dikumpulkan di salah satu ruang kelas oleh Mentor ikhwan (kalo di kelas advance mungkin disebut Murobbi yah?)
Beliau mulai menanyakan pertanyaan pertama
"agama kalian apa?"
seisi ruang kompak menjawab "Islam"..
"sudah yakin Islam itu yang paling benar?"
keadaan menjadi tegang. tidak ada yang menjawab karena pada saat itu keyakinan yang kami miliki tidak diimbangi dengan dasar yang kuat, kami bingung bagimana harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
"sekarang kita buat kesepakatan, saya akan tunjukkan kebenaran agama saya..kalau terbukti agama saya benar maka kalian harus menganut agama saya"
Seisi ruang sontak kebingungan, beberapa nyeletuk "ini KDI atau apa toh..kok mbahas ginian" *jiaah baru beberapa pertanyaan udah ketakutan*
tanpa menunggu jawaban dari siswa, Mas Ivan (nama mentor ikhwan tsb) meneruskan penjelasannya.
"sekarang kita bedakan dulu mereka yang atheis dan mereka yang beragama, yang mana yang benar".
beliau kembali bertanya.
"tuhan itu ada atau tidak"..
bisa ditebak,seisi kelas jadi bengong berjamaah
Mas Ivan kembali berujar "yang menjawab ADA silahkan angkat tangan"..*seisi kelas mengangkat tangan, pertanda setuju*
"sekarang kita buktikan kebenaran jawaban kalian"
Pertanyaan kedua pun diajukan "mengapa tuhan itu ada?"..*weits makin aneh nih pertanyaan*
Kali ini suasana beralih dari tegang menjadi lebih cair, beberapa siswa mulai mencoba berpikir dan mencari jawaban.
salah satu menjawab "karena memang ada"...
"tuhan memang ada, tapi bukan itu jawaban yang saya cari.."
belum terjawab pertanyaan pertama,tapi beliau kembali bertanya "kenapa ada siang?" sambil menulis kata "siang" di papan tulis.
"karena diciptakan Tuhan"...salah satu siswa menjawab dengan lantang.
"semuanya memang diciptakan oleh Tuhan..tapi lagi-lagi bukan itu jawaban yang saya cari".
seisi ruang kembali hening mengira-ngira jawaban yang mungkin.
beberapa saat tak terjawab, Mas Ivan pun memberikan jawaban atas pertanyaannya sendiri dengan menuliskan kata "malam" di papan.
dhuenngg...seisi ruang jadi bingung berjamaah.
kembali Mas Ivan menjelaskan "semuanya diciptakan berpasangan"
"siang dengan malam",
"panas dengan dingin" sambil menuliskan kedua kata teresbut berdampingan.
sejurus kemudian beliau menulis kata "terbatas" dan bertanya "mengapa ada yang terbatas?"
seisi kelas menjawab "karena ada yang tidak terbatas"
"manusia dan mahluk seisi alam adalah yang terbatas, yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha tidak terbatas.
jadi mustahil ada kita yang terbatas tanpa ada kekuatan tidak terbatas yang menciptakan dan menghidupkan kita."
"dalam diri manusia sebenarnya sudah tertanam naluri untuk menyembah,lihat kaum atheis yang tidak mengenal tuhan mereka berbondong-bondong mendatangi patung patung orang yang mereka anggap superior, ini karena naluri dalam diri mereka untuk menyembah" kurang lebih beliau menjelaskan seperti itu.
pertanyaan "mengapa tuhan itu ada?" sudah terjawab.
kembali Mas Ivan berkata "dengan demikian sudah jelas keliru kalau kita memilih menjadi seorang atheis yang tidak percaya tuhan."
pertanyaan pertanyaan selanjutnya beliau arahkan untuk membedakan Islam dengan agama yang lain.
beliau membandingkan antara monotheis dengan politheis dengan berkata "kalau Tuhannya banyak trus kalo tuhannya pada bertengkar gimana dong?"
(detilnya silahkan PM saya, soalnya takut kalo di detilin mengandung isu SARA)
sampai pada akhir Kajian kami mendapatkan keyakinan yang mantap akan agama Islam yang kami anut.
wih ini persis yang dilakukan bapaknya juga.
BalasHapusiya ini juga sama. dijelasin sama bapaknya juga.
BalasHapus*jangan jangan emang ada kursus drama dengan naskah begitu ya.
iya. saya juga khawatir. cz saya juga belum berkapabilitas.
BalasHapusternyata bagus ya.
yeah. of course dania. i think, this is the way of islam. not only "just believe" but also "know the reason"
BalasHapus*udah gak pernah ketemu bapaknya lagi semenjak itu.
iyap. yang kalau pada sepertiga malam menjenguk hambaNya di bumi. *bener gak?
BalasHapushihihihihihi..mungkin ini metode mereka menanamkan keyakinan dengan dasarnya pada anak2 umur segitu yang masih mengedepankan logika ....
BalasHapuswah, bagusnyaa...
BalasHapussuka juga dengan komen mupengml.
matur tengkyuu.. :D
BalasHapustengkyu-nya matur ke siapa?
BalasHapus*garuk2 kebingungan*
BalasHapusyoi betul2. kena juga ya. tetep diinget sampe sekarang. semoga sampai seterusnya. ^^b
BalasHapusu/ afirdaus n muha : matur tengkyu udah sharing juga ^^b
BalasHapus*ikutan bingung hehehe
aamiiiinn......
BalasHapusadikku baru semester satu. masih polos gitu. dosennya atheis. tapi tetep aja adikku dan temen2nya ga bisa ngelepas pikiran mereka dari agama. yaiyalah..
BalasHapusamin juga.
BalasHapuswih baru tau ada dosen atheis. hmm betul2 mana bisa. lha itu yg dibawa sampai mati. ^^b
BalasHapusdi kampusku ada yang agamnya fisika :D
BalasHapus*agak lupa dest atheis atau noni. yang pasti di filsafat harus kuatin iman deh..
nggak.. untungnya trus keretaku dateng.. tapi aku udah sempet dikasih brosur dari dia gitu.. katanya suruh telp aja kalo mau tanya2. hiii...
BalasHapushah? agamanya fisika? gimana itu mbak?
BalasHapus*aku juga da filsafat tp islami. (yaiyalahya)