Selasa, 03 Mei 2016

Ikhlas itu 
seperti engkau berjalan di pantai, 
berbekas jejak kakimu di pasirnya, 
lalu kau biarkan ombak menyapu jejakmu.

Ikhlas itu 
seperti engkau berlari di padang pasir, 
berbekas pijak langkahmu, 
lalu kau tak mencari-cari lagi tapak kaki yang terhapus angin.

Jerih bekas perjuanganmu mungkin akan hilang tak terkenang manusia, 
tetapi tiadalah luput sedetik pun sang Malaikat 
menghitung pahala pada setiap langkah-langkah itu. 

Ikhlas itu 
seperti air bening, 
yang rela bercampur dengan sirup, teh, kopi, jamu, 
bahkan ramuan obat terpahit, lalu itu lebih bermanfaat bagi orang lain, 
namun tahukah, 
bahwa air bening meski tak berwarna, 
tak pernah mengundang bosan lagi penyakit.

Tak utuh 
kita mendapati kisah jejak perjuangan hati-hati yang ikhlas itu,  
sebagian besar tersapu zaman dan angan, 
lalu sebagian diizinkan membekas 
menjadi hikmah pada hati-hati yang bening. 
Hati yang bening 
tidak menolak rasa manis dan pahitnya 
perjalanan.

Hingga mungkin, 
estafet perjuangan itu hanya bisa dilanjutkan 
oleh mereka yang tak merasa bening, suci lagi berjasa. 

Ikhlas itu 
tergenggam erat oleh Sang Pemilik, 
yang Ia lepaskan pada mereka yang terpilih 
pada waktu-waktu yang Ia kehendaki. 
Siapakah yang lebih mengetahui di antara kita?





"Membeningkan hati yang pikuk dengan hiruk."
Bontang, April 2016



0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d