Kamis, 23 Oktober 2014



Aku dulu membencimu hujan.
Hanya karena kau datang begitu cepat sehingga jemuranku basah semua. 
Padahal itu seragam sekolah yang baru sempat kucuci setelah satu minggu sibuk.

Aku dulu membencimu hujan.
Hanya karena aku tak punya cadangan kaos kaki
dan harus menggigil di dalam ruang kelas ber AC karena kakiku basah.

Aku dulu membencimu hujan.
Hanya karena mantelku tak sanggup menahan derasmu. 
Basahlah separuh badanku, kadang sakit jadinya.

Aku dulu membencimu hujan.
Setelah kupikir dan kurasa, membencimu hanya karena aku tak mengenalmu. 
Mencacimu karena ego dan kebodohanku.

Sekarang aku menyukaimu hujan.
Hanya karena kau tak pernah meminta ganti rugi 
pada para petani, hutan lindung, binatang-binatang, dan aku.

Sekarang aku menyukaimu hujan.
Hanya karena kata kekasihku di setiap bulirmu jatuh ada malaikat-malaikat penjaga.
Kata kekasihku jika aku berdoa saat itu maka terkabullah.

Sekarang aku menyukaimu hujan.
Tak apa aku akan berlindung lima menit menghindari tetesan-tetesan air pertamamu.
Karena kata si pintar kau saudara embun. Jujur dan murni.

Sekarang aku menyukaimu hujan.
Tetapi sepertinya kau tak perlu sering-sering datang, 
nanti aku tidak bisa merindumu, kalau bosan aku khawatir kadar sukaku padamu berkurang.

Sekarang aku menyukaimu hujan.
Tak peduli mereka yang sama bodohnya denganku dulu terus membencimu saat ini.
Aku yakin kau hanya setia menunaikan tugas.

Sekarang hingga entah kapan aku akan menyukaimu hujan.
Bolehkah aku secara khusus mengundangmu? 
Di momen momen penting, saat itu ada banyak tangan tengadah berdoa untuk kebahagiaanku.

Duhai hujan, sampaikan salam pada pengirimmu. 
Aku ingin bertemu dengannya. 
Kalau bisa kau juga ikut mengantarku.

0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d