Rabu, 03 Juni 2020

Wajar kan kalau manusia lupa. Setingan otak manusia itu memang harus ada lupanya. Bahkan kadang lupa itu anugerah. Bagi seorang penderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), bisa lupa pada hal yang bikin trauma di masa lalu itu cita-citanya. 

Lupa sama orang lain, atau dilupakan orang lain pun hal yang sangat wajar. Andai bisa, kita ingin sekali mendelete hal-hal buruk, menyedihkan dan memalukan, serta menyimpan hal-hal bahagia di masa lalu. Namun diantara memori-memori itu ada hal menyenangkan yang peristiwanya terangkai dengan adegan yang bikin pilu. Sekalinya teringat kejadian itu, tawa dan tangisan menjadi satu. Ada kan? 

Herannya, entah kenapa, meski ini otak kita, tetapi kita tak punya kuasa untuk mendelete file-file tersebut seperti menghapus foto-foto alay di galeri smartphone. Sampai-sampai ada yang bikin lagu "Pura-pura Lupa". Sanking berusahanya buat lupa, ya coba pura-pura saja berharap nanti jadi lupa beneran. Bisa? Bahkan ada yang hujan-hujanan ngarep tu air hujan bisa melunturkan sakit hatinya. Sekalian wudhu aja deh buat ngelunturin dosa-dosa. 


Kalau dipikir-pikir lagi, seberapa efektif kah menerapkan sikap "pura-pura lupa"? kemudian, apa sih yang sebenarnya ingin kita hilangkan dari ingataan kita? 



(sumber gambar : google)

Menurut saya ini menarik, bahwa ada hal-hal atau peristiwa yang kita ingin banget terlupa, tapi kok ya masih inget terus, hanya saja.... perasaannya, feelnya, hawa-hawanya itu udah gak seemosional dulu. Seolah-olah, ya gapapa sih keinget udah santuy aja gitu. Dan kita tidak lagi merasa itu sebagai memori yang perlu banget kita delete permanent dari recycle bin. Kalau keinget yaudah kalau lupa ya lupa. Kita bersyukur karena hati menjadi lebih selow meski masih ingat kejadiannya. 

So, ini kuncinya. Kita ingin menghilangkan emosinya. Biar jadi tenang. Semoga kita disadarkan pada setiap peristiwa yang ingin kita ingat atau lupa, ada Allah di situ. Kalau memang masih emosional banget, bilang ke Allah supaya hati kita dijadikan lebih terkontrol. Nantinya kalau kita disibukkan sama Allah dengan hal-hal berfaedah insya Allah tanpa kita minta bisa lupa sendiri, dan tanpa kita inget eh pas sekelebat muncul, kita udah punya sikap. 

Kalau yang keinget itu dosa kita jadi lebih sering istighfar, kalau itu musibah kita jadi lebih sering sedekah, kalau dapat hikmah kita jadi sering bilang Alhamdulillah. Pokokmen jadi lebih kalem gitu. Kita kayak jadi pribadi yang "new normal" gitu. Hehehe apa aja dikaitin sama "new normal" dah. 

Ingat Allah, Allah ingat kita. Banyak ingat Allah, insya Allah akan lebih banyak syukur, kalau udah banyak syukur, kejadian gak nyaman di masa lalu lambat laun jadi debu, fuh, seolah hilang. Syukur dan tenang itu kayak sistem imun yang menjaga kita dari gundah karena teringat masalalu yang ingin dilupakan.  Tanpa perlu vaksin sebenarnya kita bisa mengusahakan itu dari diri kita sendiri. Meskipun kadang nggak hilang total tetapi kitanya udah berdamai. Cie.


~ pas baca ulang tulisan ini, eh kok kagum sendiri ya sama penciptaan manusia, masya Allah ~





0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d