Jumat, 31 Juli 2020

Ya tidak mengapalah yang bertumbangan tenaga medis, dokter-dokter itu mereka kan sudah kaya, setidaknya mereka masih bisa bekerja walaupun begitu kondisinya. Resiko lelah sampai meninggal, tetap masih punya cadangan uang yang cukup untuk hidup dan kalaupun mereka kewalahan atau marah tidak akan parah, tidak akan sampai melakukan hal bodoh, kan dokter pada pinter-pinter. Masa kalau marah mau maling tetangga? ngejarah mall? 

"Tapi kalau yang dikorbankan masyarakat kelas menengah kebawah seperti kita ini Mas, yang lulusan SMP ke bawah, yang seumur hidup bekerja sebagai buruh atau pekerjaan dengan upah harian tidak sempat mengenyam pendidikan yang cukup, hidup di lingkungan yang kurang pendidikan. Kalau tidak bisa makan sendiri bisa sabar tapi kalau sudah berkeluarga bagaimana, apa tega istri anak gak makan, tapi gimana caranya? Pekerjaan berhenti, tabungan seadanya sudah habis. Kalau kita ga bisa mikir ya langsung ambil jalan gampang. Nyuri." 

Kalau masyarakat seperti mereka kewalahan dan marah, kadang-kadang sudah sulit diajak kompromi, karena basic need sebagai manusia harus terpenuhi. Mereka merasa diperlakukan tidak adil, saat mereka melihat orang-orang kaya hidup mewah, rumah besar, mobil mentereng. Mereka pikir diambil sedikit saja tentu tidak akan mengurangi jatah makan mereka. Diambil motornya, masih punya mobil dan gaji bulanan untuk beli motor. Diambil dompetnya, masih punya rekening bank terisi tabungan berencana. Diambil sepedanya, masih bisa beli sepeda lagi. Diambil anaknya, diculik karena katanya sayang anak, uang mereka pasti banyak. Kalau mereka marah mereka menjarah.

"Saya tu bukannya nggak berusaha lagi ya tho mas. Karena anak butuh biaya sekolah, ditambah harus beli fasilitas tambahan supaya bisa sekolah online, saya nyoba bisnis sama temen saya. Ehlahdalah malah ketipu. Uang tabungan saya sisa sedikit, ngerti ditipu gitu saya nggak usah buat modal bisnis mending buat makan. Orang kok jahat tho ya, dikira saya nggak bisa jahat juga."

Sedihnya masih ada orang serakah yang memanfaatkan keyakinan orang "kepepet" ini untuk keuntungannya sendiri. Tidak semua orang pemaaf, bahkan ada yang menjadikan itu contoh. Ketika perut memberontak, logika dan empati sering terabaikan. Untuk orang-orang seperti ini bagaimana kita yang "berpendidikan" ini menasihatinya? Dengan makalah penelitian kedokteran terbaru? 



Ditambah lagi jika orang-orang seperti ini seolah-olah dibela oleh artis favorit mereka. Para femes person itu bilang : Covid-19 itu adalah konspirasi yang hanya menguntungkan rumah sakit, dokter, dan pengusaha vaksin. Mereka kaya kita sekarat! Kita juga dibuat cacat otak pakai thermo gun, supaya apa? Supaya kita berobat dan mereka lagi yang dapat untung. Ayo kita lawan! Tapi mereka cuma berani sounding lewat medsos. Paling banter jualan kaos! Situ yang beli nggak ngerasa dijualin?

Terusss yang ngebelain mereka itu bukan hanya yang "sekarat" hidupnya. Tetapi sebagian mereka masih aman tentram tapi terusik gaya hidupnya. Nggak bisa ngumpul, nongki cantik di cafe, nonton konser, traveling, deesbre deesbre. Saat mereka kena covid-19 pas lagi enak-enak, mereka masih punya uang buat berobat, jadi gapapalah ya "gue" sepakat konspirasi itu. Tapi yang nggak punya cukup uang dan kena covid-19, mau kemana? Ga ke rumah sakit dong, tapi semakin nular-nularin ke yang lain karena otaknya udah percaya bahwa covid-19 is a prank! Ah ini cuma flu biasa. What a life.

Di Indonesia jumlah orang yang berpendidikan tinggi lebih sedikit. Itu juga baru status pendidikan, belum menggambarkan kualitas hasil pendidikannya. Ada yang sekolah dan kuliah tapi masih "bego"? Adaaa.... Pura-pura bego demi keuntungan ada? Banyaaakkk..... Yang mau tanggung jawab atas kebodohan dan kepura-puraan mereka siapa? Apakah setelah mereka bilang covid-19 itu konspirasi, kamu percaya, eh terbukti keluargamu kena? Bisa nggak minta mereka ngobatin? Nggak bisa sayaaangg..... Nggak bisaaa... mereka cuma bisa ngomong di medsos! pansos! Dan kalian bikin mereka kaya secara nggak langsung. Berita mereka viral, medsos mereka melejit, iklan banyak, mereka makin kaya, kamu makin bego dan ketularan covid-19 karena terlanjur percaya mereka buat nggak ngikutin protokol kesehatan.

Saya nggak ngerti gimana perasaan kalian datang ke dokter, pas didiagnosa ternyata kena covid-19. Eh rupanya kamu adalah para kaum masa bodoh dengan protokol kesehatan karena bela mati-matian artis kesayangan yang nyebarin covid-19 tanpa bukti. Kalau dokter itu tau kamu golongan hoaxer, sesungguhnya dalam hati mereka ingin sekali ninggalin kamu, tapi mereka gak tega. Tapi konspirator2 itu? Mereka sejak awal sudah tega. Kalau kamu kena covid-19 ya tanggung sendiri dong, kita kan cuma "menginfokan", keputusan ada di kamu.  Motif yang sama dilakukan para tenaga medis, kita menginfokan supaya jaga diri baik-baik, kalau terlanjur sakit yaudah sini saya bantu. 

Sekarang kamu mau pilih berkorban demi "artis" konspirator itu atau untuk mematuhi protokol kesehatan?  













0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d