Rabu, 15 Oktober 2014

“Hei hei.. psst.. ibumu belum datang?”

Anak kecil itu menggelengkan kepala. Lalu asik dengan jam tangannya yang juga bisa digunakan untuk ngegame.

Aku asik membaca koran di kursi halte yang sama. Telingaku masih awas degan orang-orang di sekitar. Termasuk anak muda penjual mainan anak. Anak muda ini merakit sesuatu, mimik dan gayanya seolah ingin pamer pada si anak ini, namun yang ditujunya lebih suka jam tangannya.
Tak menyerah, anak muda itu  mendekati anak kecil. Sejarak satu lengan dari tempat aku duduk.

“Mau coba ini dek?”

Anak kecil itu menghentikan permainannya. Mulai tertarik dengan barang yang ditawarkan oleh pemuda itu.

“Ini bagus lho dek, bapak polisi sering pakai ini untuk mengejar penjahat. Nah, kalau ada yang jahat sama kamu bisa pakai ini untuk menakut-nakuti, dijamin deh semua musuh-musuhmu akan takut sama kamu. “



Oh, ternyata pemuda itu merakit pistol-pistolan sedaritadi. Sayang anak kecil itu hanya menengok-nengok mainan itu tanpa menyentuhnya. Tak putus asa, anak muda penjual mainan mengambil beberapa bola-bola kecil di sakunya, lalu dimasukkan ke dalam pistol mainannya.

“Eh dek, lihat ini!”

Sambil bergaya ala penembak jitu, anak muda menembakkan pistolnya kea rah balon-balon yang ada di gerobak mainannya. Dor! Balon pecah. Aku kaget, anak kecil itu juga sedikit berteriak.

"Nah, keren bukan?! Gimana?"

Aku melipat koran dan hendak membentak anak muda ini. Namun, anak kecil di sebelahku angkat bicara duluan.

"Tapi pistol itu tidak bisa mengalahkan musuhku yang ada di dalam jam tangan ini Kak. Balon itu bukan musuhku. Musuhku si bundong, di sini. Kata anak kecil itu sambal menunjuk jam tangannya. Ibu bilang jangan membeli sesuatu yang tidak ada gunanya."


Mendengar itu, aku menahan mulut. Tak berapa lama, seorang ibu muda mengenakan gamis dan jilbab panjang memanggil anaknya. Anak kecil di sampingku berlari menuju ibunya. Mencium tangan sang ibu. Berlalu. Anak muda penjual pistol terbengong tanpa jawaban, sambil melirik ke arahku. Aku mengangkat bahu sambal nyengir, membuka koranku lagi. Tidak segera membaca berita. Sekelebat berfikir. Cerdas Nak. Kau tahu siapa musuhmu sebenarnya, kau yang paling tahu senjata paling ampuh untuk mengalahkannya. Mungkin dalam hidup kita akan hadir orang-orang yang menjadi pilihan solusi masalah kita. Ada yang hadir dengan tulus ada pula yang hadir disambil mencari keuntungan. Pilihlah solusi yang tepat guna, bukan justru sebaliknya. Apapun. Kadang kita menganggap musuh itu orang lain, namun bisa jadi, di dalam diri kitapun ada yang harus kita bunuh. Salah satu contohnya stress. Ketika stress melanda banyak tawaran solusi bersenang-senang, minum, clubbing, drugs, dll padahal kita sudah tahu hal itu tidak akan benar-benar menyelesaikan akar masalah yang menyebabkan stress.  Thank’s kid, you teach me this moment, thank’s kid’s mother, you teach him well, thank’s God you save my heart. 

2 comments:

  1. Anak kecil yang cerdas, dan sudah mengerti komitmen atas apa yang dipesankan orangtuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe Iya,,, #baru baca komennya Pak Iwan ^^

      Hapus

feel free to comment ^^d