Jumat, 19 Juni 2015

Hai. 
Apa kabar tubuhku? Alhamdulillah kamu tetap sehat ya. Masih bisa bergerak dengan normal. Oh apa? Aku harus bertanya satu per satu? Pada tangan kaki mata perut? Oh ya. Baiklah.


Hai tanganku, apa kabarmu?


Sedikit gelap ya punggung tanganmu. Matahari di sini memang terik. Maaf, lain kali aku akan menggunakan sarung tangan kalau keluar rumah. 
Kalau kamu lelah, aku akan meminta bantuan tangan lain memijatmu. Maaf, aku sering menggunakanmu untuk melakukan ini itu. Tanpa kamu bisa apa aku? Terimakasih ya tetap utuh, kuat dan terampil mematuhiku. Aku berjanji akan menjagamu dari berbuat dosa, agar nanti kamu ikut bersamaku ke surga. Tetapi kamu juga harus berjanji, ketika kuajak tangan kanan bersedekah, tangan kiri harus bersembunyi. Oke? Baiklah, aku pergi menjenguk kakiku dulu ya.





Hai kakiku, apa kabarmu?
Oh ya ampun kamu kekar sekali. Sudah panjang perjalanan kita rupanya ya. Banyak pula bekas luka. Rupa-rupanya kau bersusah payah sembuh sendiri dibalik pakaianku. Maaf, aku sering lalai melihatmu ketika sedang asik bekerja. Terkena becek, tersandung batu, terinjak duri, aih banyak sekali salahku. 

Maaf, besok-besok aku akan lebih berhati-hati. Ini aku sudah menggunakan alas kaki yang nyaman buatmu. 
Aku tidak ingin menyiksamu dengan alas kaki jinjit cantik. Sudah cukup penderitaanmu menahan tubuhku yang tidak ringan ini. Aku berjanji tidak akan membawamu ke tempat-tempat dosa. Asal kamu tetap kuat membawaku ke taman-taman surga ya. Oke? Baiklah aku akan berkunjung ke perutku.




Hai perutku, apa kabarmu?
Hmm ya ya aku tahu. Mungkin kamu sekarang masih sibuk mengolah makanan buka puasaku. Tapi kamu senang kan sejak subuh tadi bisa beristirahat. Untung ya, Allah memerintahkan puasa. Karena aku sangat suka makan, sehari bisa 3-4 kali. Meskipun aku tahu kamu lelah, tapi aku sering memaksamu mengolah makananku karena aku butuh energi untuk beribadah, berfikir, bekerja. 
Maaf ya, kadang aku memasukkan makanan senafsuku, sehingga kamu kewalahan. Andai di dalam sana kamu berkeringat, mungkin keringatmu melebihi keringat kulitku saat sauna. Atau kalau kamu jadi berotot, mungkin kamu sudab six pack. Aih, hebat sekali kamu. Maaf, kalau kadang aku tidak tahu telah memasukkan makanan haram. Seharusnya aku lebih berhati-hati. Lain kali kamu langsung mual atau mencret saja kalau aku ternyata tidak sengaja menelan makanan haram. Kita harus saling menjaga. Oke? Baiklah aku berkunjung ke kepalaku dulu ya.



Hai kepalaku, apa kabarmu?
Ada mata, ada telinga, ada hidung, ada mulut, ada rambut, ada wajah sempurna. Ups, ada sedikit jerawat. Maaf, noda itu pasti karena aku terlalu lelah dan tidur begitu saja tanpa bersih-bersih. Aku tadi sudah berjanji pada tangan, kaki, dan perut untuk berbuat yang baik dan lebih baik. Janjiku pada mereka pasti akan tampak padamu kepalaku. Sama, aku juga akan berjanji pada kalian. Mata dan telinga yang tak pernah lelah untuk menuntut ilmu, aku tidak akan merusakmu dengan melihat dan mendengar yang haram. Dengan begitu pasti kamu akan ikut menasihati mulut agar berbicara yang baik dan halal saja. Bantu ia menahan lidahku agar tidak menyakiti orang lain ya. Mudahkan ia meminta maaf. Selalu ajak untuk tersenyum meski aku tahu kondisi tidak selalu menguntungkan atau bahkan senyum itu tidak dibalas dengan senyum pula. 

Ups, mungkin pertanda gigi harus disikat, boleh jadi ada sisa makanan menempel. Oh atau ada umbel nenyangkut di lubang hidung. Aih. Aku sadar bahwa tak cukup dengan wajah ramah, mukaku harus bersih dan bercahaya seperti Rasulullah. Baiklah, aku akan perawatan ala-ala wanita muslimah super solihah, dengan wudhu, amalan sunnah, dan kosmetik alami. Iya, aku tahu jangan berdandan menor, nanti jadi alay. Aku juga tidak mau berjumpa dengan malaikat kubur dengan wajah suram apalagi menor. Pun nanti berjumpa wajah Allah di surga kelak. Oh aku harus segera berkunjung ke hatiku, aku harus memastikan ia bersih dan terus berdoa.



Permisi, hai, hatiku. 
Iya. Aku selalu tahu kabarmu tanpa bertanya. Hari ini dan kemarin. Aku hanya tidak tahu kabarmu nanti atau besok atau lusa. Aku tahu kamu bisa senang, sehingga bibirku tersenyum lalu tertawa, kamu juga bisa sedih, kemudian air mataku banjir, dan kamu juga lebih banyak khawatir. Oya jangan lupa berdoa ya. Sungguh aku selalu memohon pada Allah agar menjagamu. Kamulah satu-satunya yang bisa membantuku memegang janjiku pada tangan, kaki, perut, dan kepala. Kamu lebih tahu apa-apa yang tidak diketahui oleh tangan, kaki, perut, dan kepala. Ya di saat mereka lelah atau salah kamu berteriak. Oh hatiku jangan kemana-mana ya kecuali mendekat ke arah Allah. Biarkan Allah mendekatimu lebih dekat lagi. Karena hanya disitu aku akan tersungkur dan merenung. Saat aku putus asa seperti kemarin-kemarin aku bergantung padamu, aku sangat-sangat berharap nasihatmu, tentu nasihat sayang yang kau dapatkan dari mendekat pada Allah. Hatiku, berlarilah sekencang-kencangnya pada Allah, setiap kali kamu bersalah. Merangkaklah sekuat tenagamu setiap kali kamu berdosa. Bertahanlah sampai aku nanti mati. Kumohon bersaksilah pada Allah, bahwa engkau sedang mengemis ampunan ketika malaikat misahkanku dari tubuhku. Kumohon.





Hatiku, sini-sini, aku ingatkan bahwa sekarang Ramadhan, satu-satunya bulan yang bisa membuat hati manusia suci maksimal. Ayo-ayo, bantulah aku duhai hati. Bantulah aku agar layak bertemu dengan Allah, agar aku layak mendapat ampunanNya. Tentu aku juga tidak henti meminta bantuan Allah supaya kamu tetap kuat dalam perjalanan mencari ridoNya.

Baiklah. Aku sudah selesai berkunjung hari ini. Andai besok tidak lupa aku akan berkunjung lagi. Jika besok lupa semoga hatiku tidak lupa. Pastilah Allah tidak lupa, dan semoga Ia mengingatkan hatiku. Bilamana itu tidak terjadi, semoga ada hati manusia lain yang mengingatkanku beristighfar.
Dah.

#hikmahsemalam

0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d