Kamis, 11 Oktober 2012



Mar 10, '12 10:05 AM

Mungkin karena kesibukankmu. Satu guru mengajar 30 orang murid satu kelas, ada dua kali jadwal mengajar dalam satu hari, dan di sekolah itu ada delapan kelas. Ya dalam seminggu kau bisa mangajar 30x8 = 240 murid. Lebih dari mengajar, kau harus memotivasi kami, harus menyiapkan materi, harus memberi kami ujian/ulangan. Bisa jadi alasan membuat soal pilihan ganda adalah jalan yang harus engkau lakukan agar mudah, ringkas, tidak capek dalam menilai hasil belajar kami. 
Engkau membuat soal pilihan ganda dimana ada pertanyaan yang diikuti oleh 4 pilihan jawaban, dan hanya satu diantaranya yang benar. Satu saja tidak boleh lebih. Jika menurutmu dan menurut buku jawabannya A, maka jika aku menjawab B pastilah salah.

Kau tahu apa yang aku lakukan dengan soal yang kau berikan guruku..
Bagiku soal pilihan ganda adalah melengkapi kalimat. Kalimat terbatas tanpa alasan. Kalimat itu menjadi benar karena memang tidak ada alasan. Kalau kau bilang salah ya jawabanku salah.
Warna pelangi adalah ...
a. merah, kuning, hijau
b. merah, biru, hijau
c. merah, kuning, biru
d. biru, hijau, kuning
Seperti yang kau ajarkan lewat lagu.. "pelangi pelangi alangkah indahmu merah kuning hijau di langit yang biru".. kujawablah a. merah, kuning, hijau
Aku percaya kata-katamu, pelangi = merah, kuning, hijau. Saat melihat lampu lalu lintas ada merah, kuning, hijau aku pikir pak polisi yang membuatnya dipengaruhi oleh warna pelangi.


Lalu tahukah yang selanjutnya terjadi..
Aku merasa dibodohi olehmu saat tahu warna pelangi tidak cuma tiga. Di bangku SMP kami belajar lebih dalam, bahwa warna pelangi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu disingkat mejikuhibiniu. Dan pak polisi tidak terinspirasi dari warna pelangi.

Guruku, engkau pasti pernah SMP, engkau pasti tahu bahwa warna pelangi tidak hanya merah kuning hijau, tetapi kenapa kau ajarkan kami warna pelangi yang tidak lengkap. Itu baru satu soal pilihan ganda. Masih banyak lagi yang lain, tanpa alasan. Bagaimana dengan soal : 
Ibu Budi pergi ke pasar untuk .... singkong.
a. membeli
b. menjual
c. memasak
d. merebus
Aku tahu kalau aku menjawab b, c dan d salah. Karena kau bilang begitu. Jadi aku setuju Ibu Budi pergi ke pasar untuk membeli singkong. Saat aku dan ibu pergi ke pasar, bisa saja seorang ibu ke pasar menjual singkong di pasar. Pernah juga aku melihat pedagang menggoreng/memasak singkong di pasar. Guruku, engkau bohong lagi. Ibu Budi tidak harus membeli singkong, ia bisa saja menjual, memasak, merebus.

Mengapa begitu guruku? 

Hey, aku tahu sekarang, engkau bukannya tidak mau jujur, tapi mungkin kau akan sangat lelah menjelaskan kepada kami warna pelangi yang banyak itu mejikuhibiniu, karena ketika salah satu dari kami bertanya kenapa warnanya merah kuning hijau, engkau hanya menjawab ala kadarnya, kau menganggap kami hanya cukup memahami itu. Ketika yang lain bertanya kenapa tidak biru? engkau menjawab karena di gambar tidak ada warna biru, kami percaya. Ada lagi yang lain, kalau hitam bagaimana? ah aku yakin payah sekali duhai guruku, engkau menjelaskan kepada kami yang banyak tanya, apalagi di usia "otak emas". Engkau pasti lelah, jika setiap murid bertanya di kelas, yang jumlahnya 30 orang, yang kelasnya ada tujuh. Itu baru satu soal ya, bagiamana dengan yang lain. Ya, aku paham sekarang, itu bukan salahmu semata. Engkau mungkin tidak bodoh dan tidak ingin bohong. Tapi keadaanlah yang memaksamu. Aku berharap nanti jika aku punya anak, gurunya tidak mengajar satu kelas dengan murid sebanyak itu, paling tidak 5-8 murid saja. Karena aku yakin anakku yang cerdas akan banyak bertanya. Atau kalau sampai nanti aku punya anak, dan tidak menemukan sekolah seperti itu, akulah yang harus bersiap-siap.

#berharap Indonesia Mengajar segera ditiadakan...












0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d