Rabu, 26 September 2012



Apr 8, '12 11:10 PM

Berangkatlah pasukan besar itu, dengan hingar bingar sepanjang halan. Gajah-gajah yang belalainya dipersenjatai gelang-gelang berduri runcing menjadi barisan depan menakutkan. Dzu Nafar yang terkenal ketangguhannya hancur berantakan. Kuda-kuda gesitnya kaget melihat gajah-gajah menyeramkan Abrahah, lalu menjadi sasaran hantaman belalai-belalai bergelang mematikan itu. Mereka gagal. Kalah. Takluk. Al Khats'ami yang tertawan bahkan dipaksa menjadi penunjuk jalan ke Makkah.

Di padang gembalaan Al Mughammas, antara Thaif dan Makkah pasukan Abrhah merampas ribuan hewan ternak. Termasuk di antaranya adalah 200 ekor unta milik 'Abdul Muthalib, pemimpin Makkah, datuk Rasulullah saw. Mencoba menjajaki kekuatan lawan, Abrahah mengirim utusan kepada pemimpin Makkah itu, mengajaknya berunding; bahwa dia hanya ingin menghancurkan Ka'bah, bukan yang lain.

'Abdul Muthalib datang dengan pesona seorang keturunan Isma'il; tampan, ranggi, anggun, dan santun. Abrahah kagum dan bersimpati padanya. Dia bahkan turun dari singgasana besar di kemahnya lalu duduk bersama di atas permadani dengan 'Abdul Muthalib.

"Aku datang dengan pasukan yang telah menaklukan Yaman, yang jaya tak terkalahkan, hanya untuk menghancurkan Ka'bah. Tak ada maksud lain. Jika engkau dan pengikutmu tak menghalanginya, aku jamin bagimu keselamatanmu dan semua kaummu!"

"Silakan saja. Tapi sebelumnya, tolong kembalikan 200 ekor unta saya yang telah kau rampas!"

"Apa?! Demi Al Masih dan ibunya yang suci! Aku tak percaya orang sepertimu yang kuhormati begitu kulihat tadi, ternyata memuakkan! Menjijikkan!" Abrahah bangkit sambil melemparkan pandangan menghina pada 'Abdul Muthalib. "Demi salib agung! Gila! Bagaimana mungkin kau tak peduli ketika lambang suci agamamu hendak kuhancurkan?!"

'Abdul Muthalib tersenyum. "Ka'bah punya pemilik", ujarnya, "Dan aku hanyalah pemilik 200 ekor unta."


0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d