Jumat, 07 September 2012



Random from my funny blog.

Jun 27, '10 9:55 PM

Antara kasihan dan memang sudah resiko. Kalau maling kelas teri ketangkep ya jatahnya digebukin. Kemarin eh kemarinnya lagi, diceritain sama temen bahwa maling sandal di Masjid Kampus UGM udah ketangkep, digebukin sama orang2, kerennya lagi difoto dan fotonya dipajang di papan pengumuman masjid. Mendadak tenar tuh maling. Sayang saya g sempat minta tanda tangan.



Kalau ada kabar maling sendal di masjid, kadang dalam hati saya bertanya-tanya :

1. Kenapa si maling, nyuri sendal?
2. Si maling sadar nggak cepat atau lambat dia bakal ketangkep? Apa dia nggak belajar dari maling2 senior sebelumnya?
3. Kenapa nyurinya dimasjid? dibanding tempat lain, tempat "masjid" lebih sering q dengar.
4. Sandal seperti apa yang diincar si maling?
5. Apa yang dilakukan si maling terhadap sendal-sendal curiannya?
6. Apa sandal harus dikunci/digembok (kayak motor, rumah, koper) biar aman?
7. Biar udah tau banyak maling sendal di masjid, kenapa banyak orang juga tetep enjoy ke masjid?


Untuk pertanyaan nomer 1-6 saya tidak berpengalaman. Untuk pertanyaan nomer 7,, hmm,, barangkali ini yang membuatq selaku korban maling sandal juga tidak pernah jera datang ke masjid.

1. Dulu semasa TPA, sandal pertama yang hilang adalah sandal hijau bagus baru dibeli'in ibu dari pasar senggol. Di antara jejeran sandal yang ada di tangga masuk masjid, saya rasa sandalku yang paling keren (apalagi yg punya). Tampaknya saya salah dengan perasaan bangga itu, sandal keren itu tiba2 hilang dan saya pun menangis   (namanya juga masih kecil)

2. Trus sandal kedua yg hilang adalah sandal jepit kegedean yang udah jelek banget. Saya nggak nangis, biar aja sandal jelek. Walopun di jalan ngomel2 dalam hati karena harus jalan 1/2 kilo sampe rumah sambil nyeker-man!

Lalu merenung, sandal bagus hilang, sandal jelek juga hilang. Bisa jadi ini sebagai pengingat bahwa:
1. Ke masjid itu buat sholat, bukan buat pamer sandal!
2. Masjid itu rumah Allah Des, banyak malaikatnya juga, masa g malu klo malaikat bersaksi : Ya Allah,, sesungguhnya aku melihat si Desti datang ke rumahMu dengan sandal terjeleknya.

Baiklah saya ikhlas (*ikhlas kok ngomong), setelah itu saya merubah niat dan ganti sandal. Alhamdulillah sampai sekarang, tidak ada maling yang berminat dengan sandalku.

3. Di Masjid Kampus UGM juga, saya dan beberapa teman janjian ketemu, tempat putri di lantai atas, dan itu berarti kita tidak bisa memantau keberadaan sandal kita. Pulangnya, salah satu sandal dari teman kami hilang. Heran juga, kenapa sandalny yg terpilih untuk hilang, padahal sandal itu diapit sandal yg lebih bagus punya temenku yg satunya lagi dan sandal yang lebih jelek punyaku, eh bukan, g tau punya siapa. Tawaf tujuh keliling juga g ketemu, walhasil dia memilih u/ nyeker-man! Temanku tak panik, wajah biasa saja seperti tidak kehilangan, pulang dengan jalan lenggang kangkung bahkan masih becanda.

4. Pernah diceritain juga sama pak guru yang naik haji bersama istrinya. Ketika masuk masjid, sang istri berpikir "kalau sandalku hilang gimana ya?" kekhawatiran itu membuat sang istri menyimpan sandalnya di tempat tersembunyi yg dirasa aman. Namun, apa daya akhirnya hilang juga sandal itu. Pak guru hanya bisa bilang, makanya bu jangan suuzhan sama Allah.

Lagi-lagi saya merenung  , walopun sandal itu belinya pake' duit hasil kerja keras kita, atau duit kerja keras orang tua tetap saja tidak berarti sandal itu milik kita sepenuhnya. Sambil ngeliatin benda-benda disekelilingku, mereka itu juga bukan milikku sepenuhnya. Lalu milik siapa? Kata Guru Ngajiku : milik yang Maha Memiliki yaitu Allah swt, termasuk ni badan ni. Kita cuma dipinjemin, supaya dirawat, dijaga, ada juga yg supaya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk nambah penghasilan dunia dan akhirat.
Jadi :

  1. Kalau ternyata barang pinjemannya nggak berguna buat apa dipinjemin, mending diambil aja. 
  2. Kalau ternyata yang dipinjemin nggak percaya sama yg minjemin, mending diambil aja. 
  3. Kalau ternyata pinjemannya digunain buat yang enggak-enggak, mending diambil aja.


Tapi bisa jadi juga :

  1. Yang minjemin barang pengen ngetes yang dipinjemin, amanah nggak dia, biar suatu saat kalau yang minjemin punya barang yang lebih berharga bisa dipinjemin ke dia lagi.
  2. Siap-siap ya, barang pinjeman akan diambil pemiliknya jika suatu saat dirasa memang harus diambil. Sebagai pemilik, sesuka hati donk mau ngambilnya kapan. Dari awal kan sudah dibilang ini cuma pinjeman. Mau nggak mau harus ikhlas.


Kalau si maling baca postingan ini, mungkin dia bakal beralibi "kan ini bukan punya lu!"
Saya akan menjawab "juga bukan punya lu ling! dipinjeminnya ke gue, ya gue bakal rela balikinnya ke yang punya"















0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d