Rabu, 26 September 2012


Apr 8, '12 11:35 PM

Kita tinggalkan Abrahah dan 'Abdul Muthalib. Kita kini belajar bahwa dalam hiruk pikuk di Yaman dan Hijjaz, konflik agama menjadi latar belakang semua jenis pergolakan politik, ekonomi, maupun militer. Bukan sebaliknya. Dzu Nuwas menghancurkan orang Nasrani Najran atas nama Yahudi. Kaisar Romawi dan Raja Habasyah juga bertindak atas nama agama Nasrani, Abrahah menghancurkan Yahudii, dan juga menyerang Ka'bah semua itu atas nama agama Nasrani.

Mungkin kita bisa menelisik, apakah pembesar yang terlibat dalam pergolakan ini; Dzu Nuwas, Heraklius, Negus, dan Abrahah adalah pemeluk agama yang baik, yang bertabur keshalihan dalam setiap tindakannya. Dan jawabannya bisa jadi adalah bukan. Baik. Jadi bisa kita katakan bahwa agama bukanlah sumber konflik.

Tetpi semua pertimbangan politis Dzu NUwas, Heraklius, Negus, maupun Abrahah tidak bisa dilepaskan dari agama mereka. Atau minimal pemeluk agama mereka. Bayangkan misalnya, sulitnya kedudukan Heraklius di hadapan para Patriark dan Uskup-uskupnya jika ia tak turun tangan membela orang-orang NAsrani yang tertindas. Kemenangan Abrahah juga terasa hampa karena ia tak berhasil menjayakan agama Nasrani yang murni di Yaman. Sekali lagi, yang terjadi adalah konflik agama, itu juga benar.

Mari kita ingat dua hal yang saling menyisi ini; agama bukanlah sumber konflik dan konflik agama selalu terjadi. 
George Bush, relijiuskah dia? Itu bisa dipertanyakan. Motif politik dan ekonominya beraroma kuat. Tetapi disebaliknya, dan disebalik semua presiden Amerika -Kaisar Romawi zaman ini- bekerja tangan-tangan yang sangat relijius, yang dengan sejuta jari telunjuk mencoba mengarahkan kita, "Tinggalkan agama kalian, karena hanya dengan begitu agama kami yang akan berjaya di bumi!"

Maka, kita sulit percaya bahwa krisis yang melanda negeri kita sejak 1997 itu semata-mata peristiwa ekonomi. Tidak! ini dilatarbelakangi oleh peristiwa agama. Bahwa kebangkitan Islam di Asia Tenggara sudah mulai mengancam. Coba tengok sorotan media terhadap kawasan ini. Asia Week pernah memuat sebuah ulasan, "The Face of Islam in Asia". Gambar covernya; seorang wanita berjilbab mengendarai skuter matik dengan latar belakang pabrik dan pencakar langit. Artinya, di kawasan ini orang bisa memadukan keberagaman, pertumbuhan ekonomi, dan teknologi sekaligus. Itulah yang mengancam!

Maka kita, lebih-lebih lagi, sulit percaya bahwa krisis Timur Tengah hanya masalah minyak atau kepengecutan Raja dan Amir! 


*finish 
Lebih lengkap di Jalan Cinta Para Pejuang




0 comments:

Posting Komentar

feel free to comment ^^d